Menyaring Noise di Plurk

Menyaring Noise di Plurk

Layanan yang satu ini masih menjadi perbicangan hangat setelah sekian lama, terutama bagi pengguna di Indonesia. Inilah Plurk, sebuah layanan microblogging dari Kanada, yang mengandalkan Karma sebagai fitur andalan. Namun setelah sekian lama bermain di dunia Plurk dan sejalan dengan bertambahnya jumlah kawan, mulai terasa dampaknya, yaitu noise.

Akses Mudah, Motivasi Karma, dan Nirvana

Selain lewat browser seperti umumnya sebuah web aplikasi, layanan Plurk juga bisa dinikmati lewat layanan mobile. Hal ini membuat aktifitas Plurk jadi semakin mudah dilakukan di mana saja dan kapan saja. Sebagai dampaknya, jumlah Plurk dan tanggapan jadi semakin bertambah, termasuk yang tidak berkualitas (noise).

Penerapan sistem karma di Plurk sendiri boleh terbilang sangat efektif, terutama untuk memberi motivasi bagi penggunanya untuk tetap aktif dengan harapan mencapai Nirvana. Tapi bagaikan pisau bermata dua, sistem karma ini juga membuat pengguna menerbitkan materi yang ‘apa-adanya’ guna menaikkan nilai karmanya.

Menyaring Noise

Pengelola Plurk dari awal telah menyarankan berbagai macam cara untuk menikmati layanan dengan aman dan nyaman. Namun layaknya manusia saran tersebut belum tentu dihiraukan, belum lagi unsur narcis yang selalu ingin beken πŸ™‚

Bila diamati dari berbagai thread yang beredar, paling banyak noise ditimbulkan dari pengguna yang kurang kita kenal. Berhubung tidak mempunyai koneksi di dunia nyata, thread yang dihasilkan tidak ada keterikatan dengan aktifitas normal kita. Jadinya kita sebagai pembaca tidak terlalu tertarik dan thread ini jadi masuk ke kategori noise.

Faktor lain yang cukup berperan adalah pengguna hiperaktif, entah apa tujuannya. Bisa karena motivasi karma atau kurang perhatian di dunia nyata. Tidak jarang kita jumpai thread yang hanya berupa emoticon, atau sepanjang 2 suku kata saja (seperti: sedih atau hore.) tanpa informasi tambahan.

Kita sendiri juga bisa dengan bijaksana menerima sesorang sebagai Friends, atau hanya sebatas Fans. Bila berkelanjutan, fitur “Turn-Off” juga bisa digunakan untuk mengurangi nada sumbang dari pengguna yang hiperaktif.

Plurk: mIRC baru?

Fenomena ini semakin mengingatkan saya tentang mIRC yaitu layanan chatting kuno yang penuh dengan BOT, saling tendang, dan percakapan yang tidak beraturan. Untungnya sebagai pengguna plurk kita masih punya kekuasaan, termasuk tombol “Turn-Off” andalanku.

Anda merasakan hal yang sama? Atau baik-baik saja? Plurk di bawah yah πŸ™‚

29 thoughts on “Menyaring Noise di Plurk

  1. iya tuh, sering banyak noise.
    Apalagi kalo ada yang ngga kenal tapi maksa minta dijadiin friend.. (doh)
    makin penuh deh timeline-nya, tapi saya sih lebih sering respon daripada ngeplurk…

    asik pertamax… (dance)

  2. Emang kadang2 noise itu mengganggu, tapi kadang2 ada juga yang secara tidak sengaja memberikan informasi yang penting. Karena itu live with it klo menurutku. Kecuali ada yang bener2 noise banget, mending di unfriend aja skalian πŸ˜€

  3. Noise di Plurk emang nggak bisa dihindari, kecuali kalau kita cuman membatasi lingkungan *friends* yang kita punya. Tapi apa seru-nya nge-plurk kalau nggak punya temen banyak, iya nggak ?
    Kalau tujuannya nge-plurk untuk ngomong sama orang yang kenal doang, ya mendingan lewat IM aja kan ? Atau Facebook, MySpace, Friendster, Multiply, dll.
    Saya sendiri punya lebih dari 1000 Friends πŸ™‚ Dan saya selalu enjoy membaca posting-posting teman-teman saya yang seringkali aneh-aneh πŸ™‚
    Betul memang kita tidak bisa menjawab semuanya, but that’s not *really the point*.
    In anyway, kalau memang merasa keteteran dan nggak suka dengan postingan orang yang suka nggak jelas, bisa di-mute, atau kalau mau drastis di-unfriend.

    Good post, and good blog.
    Sampai ketemu di Plurk !

  4. ya gampang, jadiin fan, atau unfollow, atau unfriend. makanya pas terima friend itu pilih2 juga.

    gampang kan?

    *kapps, you have more content in a single plurk than most people can muster in a year of postings*

  5. @Kosha – Salah satu cara ya selektif pas add friend πŸ™‚

    @Felix – Pangsit alot, dan masih nge-plurk.. ya itu noisenya πŸ™‚ hehehe

    @Yoppi – Khan dah di singgung di atas. Selektif pas terima teman, juga mute atau turn off sekalian.

    @Randu – Berhubung Randu baik, ga deh …

    @Bagus – Memang tergantung tujuannya koq. Kalo ga keberatan, ya bukan maslaah donk.

    @Nindya – Ga koq, 205 baik2 aja πŸ™‚

  6. @Felix
    Gw merasa tertohok neh, karena gw baru2 aja makan pangsit. Huahaha. Awas loe klo gk nraktir inyong bakso goreng!

    @kapkap
    205 masih aman. Plurk is a great hose control πŸ˜‰

    @wcxjg, @mahadewa
    Awas,posisi kalian terancam :p. j/k. Kalian good signals kok

    Btw,ngomongin signal. Ada yg pernah feeling so strong dpt bnyk good signal dr plurk? Berapa banding berapa kira2?

  7. Plurk masih terlalu besar noise:signal ratio-nya dibanding Twitter. And this coming from a guy who posts up to 90 tweets a day πŸ˜›

    There’s a few gems but still too risky to jump in head first.

  8. dulu pernah juga ngedaftar diplurk atas provokasi temen, tapi lama-lama ngak ngeh didunia itu . Tak tahu kenapa saya lebih suka menghabiskan bendwith internet saya untuk blogwalking :mrgreen:

  9. sejauh ini plurk baik-baik saja. user juga punya kuasa untuk private, unfollow, unfriend dll. pernah ada kejadian gak enak, makanya saya private saja timeline-nya.

    bagi saya plurk itu sarana penghilang stress, karena sering bikin cekikikan sendiri kalau membaca plurk orang lain, maupun respon-respon yang masuk… :mrgreen:

  10. Saya meregistrasi email saya dalam Plurk….tanpa pernah menggunakan fasilitasnya. Bahwasannya saya melihat masa depan Plurk sebagai microblogging (Dilihat dari sudut blogger) tidak pernah akan berjalan bagus. Karena argumen yang panjang cenderung hanya bagus apabila diabadikan di blog. Yah…saya pro-blog, dan tidka mau ketularan Plurk. πŸ˜›

  11. @Mihael Ellinsworth
    Plurk hanya pilihan kok, jadi tak wajib dipakai. Ada dua kesamaan sebenarnya antara blog dan plurk. Dua-duanya mengagungkan conversation. Sekarang tinggal pilih saja, atau gunakan keduanya, dengan memahami karakteristik masing-masing. Jika anda memang menginginkan conversation, dan Plurk bisa memberikannya pada Anda, dan mungkin jauh lebih cepat? Why not? Hehehe.

    Duh, jadi pengen membandingkan microblogging dan blogging nih. Intinya di soal engagement dan bagaimana jaringan pertemanan terbentuk. Ada perbedaan fundamental di sana!

  12. lha tagline-nya plurk kan ‘your life on the timeline’.
    jadi yo suka2 yg punya plurk mo ngeplurk paan.

    soal yg lain terima ato gag ya itu haknya dia, plurk sudah menyediakan fasilitas mulai mute sampai unfriend.

    kalo aku sih selama ini enjoy2 aja meski baca juga sekip2.
    kadang malah buwat refreshing baca plurk orang2 “gila” itu dan yg jelas dari plurk (@neofreko dan @turboduck) jadi tau kalo navinot ada artikel baru πŸ˜€

    * jebul nggonku di mute to *
    (idiot)

  13. Nasehatnya oke, karena saya sudah mendaftarkan email di Plurk tapi belum sempat “aktif”…..jadi ya belum sempat kena noise

  14. Aduh, saya introvert sejati. Paling abis register ditinggal pergi… Nirvana? Karma? Nggak tertarik tuh…

  15. sampai dengan detik ini sih saya masih menikmati semua tret-tret yang ada, walaupun sebenarnya “Mark all as read” semakin banyak berbicara akhir-akhir ini, he he he…

  16. Memang skarang sudah agak bosan bermain plurk. Makin makin hari makin banyak noise. Jadi makin gak berguna aja.

Comments are closed.

Comments are closed.