Peluang di Tengah Krisis Ekonomi

Peluang di Tengah Krisis Ekonomi

Seperti yang ditulis Ivan kemarin, krisis adalah kesempatan emas. Adalah hukum keseimbangan jika ada yang kuat maka ada yang lemah. Selalu ada kesempatan-kesempatan baru di balik kesulitan-kesulitan yang datang.

Krisis membuat media online dilirik lebih banyak orang. Krisis ekonomi membuat semua orang menjadi lebih haus akan informasi. Semua sudah tahu, siapa yang menguasai lebih banyak informasilah yang akan tertawa di akhir hari. Media tradisional tak bisa memenuhi hal ini. Media tradisonal memiliki keterbatasan distribusi dan jadwal penerbitan. Media online tidak.

Di tempat itulah pilihan ditentukan. Siapa yang bisa memberikan informasi lebih cepat akan dipilih oleh pembaca. Siapa yang bisa memberikan informasi terlengkap tidak jadi prioritas, karena pembaca tahu bahwa jika informasi tidak bisa ditemukan di suatu tempat maka informasi itu pasti bisa ditemukan di tempat lain. Ini adalah kesempatan bagi yang ingin bermain di ranah berita online. Ada banyak vertikal yang bisa digarap di ranah berita online. Jangan takut dianggap “me too”! It’s a long tail!

Kesempatan lainnya muncul karena banyak orang ingin menyingkirkan perantara. Membeli rumah, mencari barang antik, bahkan sekedar berbelanja ke toko akan mengalami pergeseran kebiasaan. Mungkin agak ekstrim, tapi jika memang berbelanja sayuran dari rumah bisa dilakukan, kenapa harus pergi ke toko dan menghabiskan bensin yang mahal? Krisis membuat banyak orang ingin berhemat. Aktivitas-aktivitasnya akan dipertimbangkan dan ditelaah kembali. Jika bisa dilakukan sendiri, kenapa harus membayar orang lain? Ini peluang! Well, mungkin bukan soal berjualan sayur online 😉

Dan tentu saja masih banyak lagi peluang yang bisa ditemukan. Peluang apa yang sudah Anda tangkap gejalanya?

Photo by PhotoGraham

10 thoughts on “Peluang di Tengah Krisis Ekonomi

  1. Menyinggung bukan soal berjualan sayur online, saya mendapatkan ide baru.
    Jualan sayur online tentu bisa menjadi bisnis yang menjanjikan…
    Jepang mungkin bisa menjadi salah satu tempat yang empuk..

  2. @Yodi – Bisnis grocery merupakan bisnis dengan profit margin yang kecil, dan ada hambatan waktunya (barang busuk atau kadaluwarsa). Jarang dengar bisnis grocery yang sukses, meskipun peapod.com masih selamat, bukan berarti sukses. Hati2 yah 🙂

  3. yg jelas, siapa yg bisa menyediakan barang yg murah, pertumbuhannya akan cepat di tengah krisis apapun jasa/produk yg dijualnya

  4. @Adit
    Murah blm tentu jadi prioritas utama. Hihihi, saya malah punya bahasan menarik terkait hal tersebut. Tapi lain kali saja ya :D.

    @Yodi
    Iya tuh kayaknya memang perlu strategi ekstra untuk berjualan sayur online. Jika tidak banyak yang sukses berarti peluang sukses masih terbuka lebar. Cuma perlu menemukan secret formulanya 😉

  5. Kalo bisnis online mungkin cuma 3 : jual jasa, jual produk, jual knowledge (informasi). Yang paling menguntungkan mungkin menjual informasi, tapi yang lain (produk, jasa) juga masih terbuka lebar di Indonesia.

  6. Mungkin agak ekstrim, tapi jika memang berbelanja sayuran dari rumah bisa dilakukan, kenapa harus pergi ke toko dan menghabiskan bensin yang mahal?

    Saya kok jadi ingat Indonesia pas bubble dotcom akhir abad 20 yang lalu ya? Lippo sempet bikin yang kayak gini juga kan (belanja keperluan rumah tangga secara online)? ^^;

    Hehehe, apapun idenya, yang penting business modelnya jalan… *berharap navinot kelak tidak perlu bikin daftar deadpool ala techcrunch*

  7. Menurut aku sich ide itu ga buruk.. klo emg bisa dan dikonsep yang bener.. jualan sayur juga amat sangat berpotensial. Dulu aku pernah survey tentang penghasilan seorang “juragan” kangkung. Aku pake term karena sehubungan angka penghasilannya yang tidak bisa dibilang kecil. Dalam penjualan sehari, bahkan ga sampai sehari cuma dalam waktu setengah jam, kangkungnya habis terjual dengan nett profit Rp. 700.000,-. Silakan hitung dech sebulan. Dan itu notabene yang ambil adalah pedagang. Dan apa yang dilakukan oleh temenku itu? NOTHING. Sesibuk apakah dia? SANTAI. Bayangkan bila hal tersebut bisa dipasarkan secara professional (tidak bermaksud mengatakan bahwa jualan secara tradisional itu ga pro), market untuk pasaran kangkung untuk kelas atas adalah restoran dan hotel. Dan jumlahnya ga sedikit. turun lebih ke bawah lagi ada warung makan2 kecil atw warung lesehan. dan itu jumlahnya jauh lebih banyak lagi.. tapi untuk yang kedua tentu aja mereka jarang ngorder online. (aku yang belum pernah tau siy). Masuk akal khan jika pemasaran yang dilakukan secara online, otomatis itu mengurangi biaya transportasi or marketingnya. Karena semua penawaran tinggal di email ajah. Dan jikalau mereka perlu ngecek produk qta apa ajah toh tinggal buka website ybs. Ada yang berminat? 🙂

  8. Jualan sayur secara online?

    Wow, berdasarkan data kecil yang disampaikan Locca Loco, sulit membayangkan apa yang akan terjadi jika Bob Sadino sang founder Kem Chick mambaca tulisan ini, terinspirasi dan lalu take action segera. 🙂

  9. @F @ Bloggingly
    Jangan salah, menurut rumor, anaknya Bob Sadino (klo aku ga salah inget)yang notabene lulusan Amrik itu sekarang “jualan” lele. Percaya gak? omset lele jauh lebih besar dari sayur. Tapi sekali lagi ini menurut rumor,belum pernah aku cek kebenaranya. hehe… Mungkin temen2 yang di Jakarta tau tuch.. Tapi aku ga tau itu jualannya online pa gak? wekekeke… 😀 tapi yang kangkung tuch aku udah cek langsung koq ma bosku..

Comments are closed.

Comments are closed.