NWMC: Please Take Pictures and Blog About It…

NWMC: Please Take Pictures and Blog About It…

Kisah ini diambil dari pengalaman saya ketika menemani sang calon istri untuk memilih baju pengantin. Karena saya berdomisili di Chicago dan sang calon istri masih di Indonesia, maka kita memutuskan agar dia jalan2 terlebih dahulu untuk mencari gambaran baju pengantin yang dikehendaki. Anehnya hampir semua tempat persewaan tidak memperbolehkan pelanggannya untuk mengambil foto baju2 pengantin yang disukainya. Memang ini bukan alasan satu2nya dan wajar bagi seorang perancang busana untuk melindungi hak intelektualnya. Tapi kita2 yang telah biasa dengan dunia internet jadi merasakan ini sebagai suatu ganjalan.

Tanggapan sedemikian rupa tampaknya bukan hanya timbul dari para perancang busana, namun juga para seniman atau artis pada umumnya. Mungkin hal ini adalah sikap kuno yang beranggapan bahwa tujuan seseorang untuk mengambil gambar adalah untuk meniru hasil karyanya. Mungkin masih bisa dimaklumi bila kalender anda masih menunjukan tahun 1990.

Di jaman informasi ini kehadiran seseorang jadi semakin berpengaruh dengan adanya akses langsung ke media, terutama internet. Hal ini memudahkan seseorang menjadi lebih aktif untuk menerbitkan segala sesuatu yang disukainya dengan mudah. Kesempatan ini telah diterima dan dimanfaatkan dengan baik oleh para digital desainer untuk giat berkarya, memperbaharui, dan memamerkan hasil karyanya lewat blog atau online portfolio.

Lewat internet seorang desainer bisa menembus batasan geografis, ruang, dan waktu untuk memperkenalkan dirinya di dunia global lewat media sosial. Karya yang ditampilkan juga digunakan untuk mencari reputasi, serta berbagi sesama desainer. TIdak jarang mereka juga berbagi tip cara pembuatannya, lengkap dengan foto2 tiap langkah. Perasaan untuk takut ditiru sudah bukan lagi hambatan untuk berbagi, karena menjalin hubungan dan meraih reputasi di suatu komunitas menjadi lebih penting. Bukankah anda sebagai seorang desainer harus tetap berkarya, berinovasi, dan meningkatkan standart anda sebagai seorang seniman?

Di jaman informasi, menjadi exclusive hanyalah memperkecil peluang pasar anda, dan bila berkelanjutan akan membuat anda jadi excluded. Dengan tarif penerbangan yang jauh lebih murah, maka tidak heran bila desainer Jakarta banyak menerima orderan dari luar kota, luar pulau, atau bahkan luar negeri. Maka katakanlah dengan lantang…

Please take pictures and blog about it. Don’t forget to add me on Facebook later!

Dengan memperbolehkan pelanggan anda untuk mengambil foto merupakan kesempatan emas bagi brand anda untuk menjadi bahan perbincangan di kalangan sosial sang pelanggan. Sesuai dengan konsep New Wave Marketing, komunikasi secara horizontal antara pelanggan anda adalah prioritas, yaitu untuk lebih fokus terhadap kebutuhan pelanggan (seperti kebutuhan menggunakan foto untuk membantu mengambil keputusan), dari pada memikirkan kemungkinan seorang kompetitor untuk meniru hasil karya anda.

Kata pujian dari sesama pelanggan bukankah jauh lebih berarti? Dibanding pujian dari anda sendiri sang pemilik?

Nah, sekarang apakah anda sudah mempersiapkan markas besar untuk kampanye anda di media sosial?

Artikel ini merupakan bagian dari New Wave Marketing Contest 2008 yang diadakan oleh MarkPlus, Inc. Silahkan simak juga artikel lainnya.

9 thoughts on “NWMC: Please Take Pictures and Blog About It…

  1. Tidak mau difoto bisa jadi tanda bahwa personal terkait tidak siap bersaing. Tidak siap bersaing berarti tinggal menunggu waktu saja untuk digilas oleh yang benar-benar lebih baik 🙂

  2. Actually, aku pernah ambil kelas tentang problem ini. apa yang dimaksud dengan “plagiarism” and how much “plagiarism” is allowed??? May i remind you, that i took this course in the States… negara yang menghormati hak cipta!
    The biggest problem about COPYRIGHTS, REGISTER, and TRADE MARKS, even in the States, is not the law, but the people. The Law clearly stated that “without the consent of the owner of the COPYRIGHTS, REGISTER, and TRADE MARKS item, it can’t be use or release in what so ever form”.
    The problem starts with Media, s.a Papers, Magazines, Photography, and Internet. so how much law can protect the owner of COPYRIGHTS, REGISTER, and TRADE MARKS item from “the rights of journalism”?? Remember the “Yearly Award’s Red Carpet”? where all the famous people are compete to be the best? well, right after the perfect dress was flaunt on tv, the very next day you can actually find copies of the same dresses that was used the night’s before, complete with minor adjustment just to avoid “plagiarism” law.
    By understanding this, I think i can understand why those Bridal places refused for it’s gown to be photoed, whereas “plagiarism” happen in The States, the country that’s supposed to protect its creation.
    So, in my experiences of my two-years-back-home-again-life, there is very little appreciation of others works. people tends to copy, cheat, and steal, even though we have law in here, but there’s no guarantee the people will abide by it. there’s other law in here, “as long as no one knows, it’s allowed” am i right?
    By the by, waktu change clothes kan mesti e in private, asks ur sis or mom to take the pix for u hihi. all my friends did it.

  3. Saya juga mengalami tu masa2 seperti itu. Ribet memang kalau mau kasih liat dan minta pendapat kepada teman/saudara kami.
    Mungkin memang karakter orang Indonesia yang terlalu lihay dan “ada aja akalnya” untuk berhemat dsb.
    Hal ini sepertinya belum bisa disandangkan dengan sifat bisnis website dengan sosial horizontalnya. Karena kasihan juga designer baju pengantin kalau ditiru terus2an. Saya bisa memaklumi mereka sih.

    Ngomong2 pakai HP fotonya boleh koq, yang ga boleh kalau pake kamera beneran. Solusinya: pinjem HP teman yang super mahal, yang hasil jepretannya bagus hahahah!

  4. Penjiplakan selalu merupakan bagian dari industri busana. Desain dan inspirasi terbaru biasanya berangkat dari desainer AAA dengan fashion week-nya. Lalu 3-6 bulan kemudian, kita mulai melihat desain contekan muncul di toko2 pakaian yang agak ‘atas’. 6 bulan kemudian mulai muncul di department store kelas atas dan toko pakaian menengah. Dua-tiga tahun kemudian desain-desain itu sudah ‘dijual bebas’ di toko diskon seperti Ramayana, atau malah Carrefour dan WalMart.

    Permasalahannya, dengan penetrasi internet yang semakin dalam dan penggunaan social media yang semakin luas, fase jiplak menjiplak yang semula bisa bertahun-tahun, kini bisa bergulir lebih cepat. Zara dan H&M sudah membuktikan, dan membuat lapisan termutakhir inudstri busana panik.

    Saya rasa, industri busana memang harus berubah. Tidaklah masuk akal kalau mereka keukeh dengan way-of-life lama, sementara medan informasi terus berevolusi. Mungkin benar bahwa krim industri ini harus memperkuat reputasi dan citra. Sementara soal desain, mereka harus lebih garang ‘merekatkan’ ciptaan mereka dengan nama merek mereka.

  5. Jika artikel ini ditujukan untuk desainer pemula, maksudnya tepat sasaran. Tapi jika artikel ini ditujukan untuk desainer ternama, sekelas Vera Wang, John Galliano, ataupun Roberto Cavalli, di mana karyanya selalu diburu-buru, bahkan sebelum diluncurkan, tentunya pembatasan ini sangat berdasar.

  6. saya bangga kalau produk saya dijiplak, berarti saya ada di depan dan pesaing / penjiplak saya ada di belakang saya. I’m leading the market and that’s gotta be a good thing. 🙂

  7. setuju.. yang aneh, kalo aku bawa anak main ke tempat bermain di mall seperti Jump n Gym, kenapa ya gak boleh difoto / video? padahal kan itu di tempat umum, kalaupun ada yang mau menjiplak tinggal datang aja ke sana, gak perlu foto2an.. gak habis pikir.. 🙁

  8. @jimmy kids area memang off limits untuk child protection purposes. Rasanya larangan itu lebih ditujukan ke foto anak2, bukan ke lokasinya per se karena ada kemungkinan penyalahgunaan foto anak-anak untuk hal yang enggak2.

Comments are closed.

Comments are closed.