NWMC: Kreatif Memandang Pasar Dalam The Long Tail

NWMC: Kreatif Memandang Pasar Dalam The Long Tail

Setelah Blogging is Dead, sekarang ada hal kontroversial lagi. The Long Tail sebenarnya tak akurat![1] Paling tidak inilah yang diutarakan dalam artikel di The Register. Ini adalah pukulan telak bagi fan atau orang-orang yang percaya pada fenomena The Long Tail. Artikel dalam The Register mengklaim bahwa The Long Tail adalah merupakan teori yang menimbulkan sebuah gerakan, memotivasi ekonomi yang sedang lesu, memunculkan harapan baru. The Long Tail diklaim tidak memiliki data yang akurat, atau lebih tepatnya data yang disediakan diduga memang diarahkan untuk mendukung teori yang diangkat.

Diperlukan kapasitas tertentu untuk bisa pro atau kontra dalam hal akurasi data The Long Tail, oleh karena itu agaknya lebih baik jika kita bahas The Long Tail dalam kaitannya dengan New Wave Marketing.

The Long Tail memberikan informasi bahwa selling less is more. Bahwa ada pasar potensial yang diremehkan atau tak pernah dilihat padahal memberikan kontribusi luar biasa pada banyak perusahaan sukses. Amazon, Rhapsody, Netflix, dll adalah beberapa contoh yang disebut dalam The Long Tail. Dalam konteks New Wave Marketing, mengingat teori penting dalam buku Hermawan Kartajaya — On Segmentation, The Long Tail bisa dikategorikan sebagai proses kreatif dalam memandang pasar. Dengan cara kreatif memandang pasar, segmentasi berdasar demografi dan psikografi (watak konsumen) menjadi kuno karena memandang konsumen sebagai organisasi sosial (komunitas) adelah lebih kreatif dan tepat sasaran. Model komunitas yang mandiri dan saling menguatkan adalah lebih menarik dibandingkan dengan model pemasaran one-to-one.

Dengan mengangkat communitization, The Long Tail bisa menjadi lebih panjang lagi. Teori Long Tail hanya mencontohkan pembagian pasar berdasar popularitas produk dan preferensi konsumen. Menambahkan metrik (ukuran) komunitas akan memberikan satu aksis/poros tambahan untuk melihat Long Tail yang lain.

Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda juga terinspirasi oleh The Long Tail?

Photo by dan taylor

[1] via @budip

Artikel ini merupakan bagian dari New Wave Marketing Contest 2008 yang diadakan oleh MarkPlus, Inc. Silahkan simak juga artikel lainnya.

7 thoughts on “NWMC: Kreatif Memandang Pasar Dalam The Long Tail

  1. *baca artikel di The Register dulu*

    *selese baca artikelnya*

    Aku mengakui artikel itu bener 😀 Walopun gitu, bukan berarti The Long Tail tidak bisa terjadi. Saat ini memang musik mainstream (karena contoh yang dipake itu musik) masih jadi jawara karena media utama kita masih TV, dan (kemungkinan) penetrasi Internet di masyarakat luas juga belum merata. Apalagi di Indonesia 🙂

    Mungkin kita bisa menunggu saat di mana Internet sudah benar-benar meluas (broadband seluruh Indonesia, huhuy, amieeen…) dan kita bisa melihat bagaimana industri musik saat itu 😉

  2. Kalo menurutku, The Long Tail masih valid diterapkan buat giant operator ala Amazon yang telah punya Brand & Resources. That ini telah menjadi motto mereka untuk menjual apapun A-Z. Perlu diingat, sebagai online store sebesar Amazon, karena sudah punya nama, bukan berarti semua dalam inventory mereka itu ready-stock. Toko2 lain seperti Toys R US atau Target malah ikutan nimbrung.

    Sebaliknya, Pendekatan Komunitas ala NWM jadi lebih cocok bagi Brand Owner untuk memasarkan produknya secara langsung tanpa peduli mereka ada di posisi mana dalam grafik long tail. Entah itu most wanted by most consumer, atau least wanted. Karena setelah masuk suatu komunitas, diharapkan produk anda sudah menjadi the most wanted di komunitas tersebut.

    Hmm .. bener ga sih? 🙂

  3. kalo baca artikel di atas, saya setuju dengan teori long tail itu.. tapi kan belum mendalam, harusnya baca bukunya dulu ya..

  4. The Long Tail itu mengikuti hukum Pareto. 20% produk/servis/inventory justru menghasilkan 80% penjualan. Hal itu sendiri bener dan ga. Bener, karena terima kasih kepada Internet, sekarang itu yang namanya selera musik konsumen bisa luas banget. Jaman dulu sih masih bisa disetir oleh produsen musik bahwa “ini keren, ini ga keren”. Masih pada inget 40 top hits atau apalah itu kan? Jaman dulu kita masih disetir oleh ‘hits’. Jaman sekarang? ‘Klik’. Bukti paling nyata adalah berjamurnya band-band dari MySpace dan macem-macemnya. Band musik tumbuh dan tumbang. One hit wonder.

    Tapi juga salah, kalo kita mengharapkan itu akan terjadi sekarang. Paling tidak bukan untuk waktu dekat 😀 Kenapa? Karena penetrasi Internet belum luas banget 😉 Kalo kita bilang se-Indonesia udah ber-Internet ria ya salah banget 😀 Internet udah menjamur di kota-kota besar, tapi di beberapa kota lainnya ya jangankan komputer, TV aja barang mewah.
    Lalu adanya anggapan “kalo bisa nyari yang gratis, ngapain bayar?” 😀 The Long Tail ini kan ada kaitannya dengan sales/penjualan produk. Katakanlah di kasus ini, lagu. Anggapan konsumen (ya ya, termasuk saya :D) kalo masih bisa dapet yang gratisan, jadi ya ngapain bayar? Nah, profit yang seharusnya bisa didapet malah jadi ilang karena konsumen ada yang memilih untuk donlod lagu secara gratis.

    NWM sendiri menurutku itu bagian kecil dari The Long Tail. The Long Tail adalah konsep besar yang melihat dari segi produsen sampe end consumer. Dan cara untuk masuk ke dalam The Long Tail adalah dengan menggunakan NWM 🙂

  5. @Nindya
    Masak sih Long Tail mengikuti hukum Pareto? Not exactly 80/20 kali ya :p. Tapi saya setuju, a small portion of things affect the rest bigger things.

    BTW, Pareto itu real atau coincidence sih?

  6. @Toni – Long Tail vs Pareto Mirip. real atau coincidence? Kalo itu ga tau. Kalo aku sih pakenya pas butuh mau ambil asumsi, kalo ga ada acuan, ya terpaksa pake 80/20.

    Like 80% of NavinoT visitor yg ga pernah komen. Ayo komen! hehehe 🙂

  7. Update:
    GigaOm menuliskan secara komprehensif mengenai perdebatan kebenaran teori Long Tail di sini

    Ada kesimpulan bagus yang bisa dibaca di sana:

    Whatever its flaws, it is still a powerful way of expressing the changes the web has wrought in content-related markets of all kinds. Whether content producers, distributors and creators want to adapt or not is a different question

Comments are closed.

Comments are closed.