Brand dan Transporter: Brand adalah Janji

Brand dan Transporter: Brand adalah Janji

Jika kemarin kita sempat melontarkan sebuah shortnote tentang brand dan Hancock di mana kita bisa membaca bahwa brand must speak itself. Atau jika tidak mampu, brand harus menggaet PR untuk meluruskan image. Lebih jauh lagi, brand harus mampu membentuk laskar pribadi yang tidak hanya berfungsi sebagai pasar tapi juga pejuang pembela di saat brand sedang terluka.

Tidak mengulang Hancock, kali ini kita akan membicarakan hal serupa dengan contoh berbeda: Brand dan Transporter. Saya berharap paling tidak Anda telah pernah menonton atau mendengar film ini. Lebih baik lagi jika Anda pernah melihat Transporter paling tidak yang pertama dan salah satu sekuelnya. Jika tidak, saya akan mengalami kesulitan men-transport (pun intended) ide saya ke pihak Anda 😀

Seperti yang kita tahu, Transporter adalah film tentang kisah seorang sopir. Bukan sopir sembarangan. Sopir di Transporter ini berpenampilan rapi, memakai jas serta dasi serta memiliki mobil sendiri. Dan yang paling penting, si sopir punya aturan dalam pemakaian jasanya.

Dan inilah yang dijual dan diulang, bahkan dalam semua sekuelnya. Inilah contoh brand. Frank Martin, si Transporter, selalu dicari orang karena dia selalu berhasil mendeliver apa yang dijanjikan. Pelanggannya semakin menyenanginya karena Frank Martin bertingkah sangat simple. Semua suka produk yang simple dan bekerja sesuai gambar/iklan bukan? Inilah konsistensi. Brand is a promise. Consistency means fulfilling the promise.

Lalu apa yang dijanjikan? Transporter punya 4 aturan:

  1. Never change the deal. Apa yang disepakati di awal akan berlaku sampai dengan akhir pengantaran paket.
  2. No names. Tak perlu repot dengan detil-detil yang tidak perlu. Yang terpenting adalah paket dan alamat yang dituju.
  3. Never open the package. Paket tidak akan pernah terbuka. Ini adalah jaminan privacy yang tak semua orang mampu memberi.
  4. Never make a promise you cannot keep. Jika dia tak bisa melakukannya, dia akan menolak tawaran. Dan sebaliknya, jika dia setuju, paket dijamin pasti akan sampai tujuan.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda mendeskripsikan aturan dan janji untuk brand Anda? Kalau kita ambil contoh produk Apple, kira-kira apa ya janji brand-nya?

PS:
Tergantung sudut pandang dan cara berpikir, banyak yang menganggap sekuel Transporter terbaru (Transporter 3) sebagai pelanggaran semua janji. Bagi saya, sama sekali Frank Martin tidak melanggar janji Transporter. I’ll let you know if you ask 😀

8 thoughts on “Brand dan Transporter: Brand adalah Janji

  1. yang aturan ke 3 itu bukannya dilanggar sama si frank yang di film transporter yg di perancis itu … , dan ceritanya berawal dari situ bukan …, lupa oe …

  2. Nice..betul banget brand is anything linked in people memory…orang ingat brand sebuah produk karena ada value khusus yg diberikan dari produk yg bersangkutan.. btw saya belum nonton transporter 3 nih..kyk nya recomended ..regards..

Comments are closed.

Comments are closed.