Manfaat & Akibat Blog bagi Dunia Korporat

Manfaat & Akibat Blog bagi Dunia Korporat

Sebenarnya ini adalah salah satu topik yang ingin saya bahas untuk New Wave Marketing, tapi kenyataannya sampai kemarin masih terdampar di deretan draft. Celetukan si Isya tentang blog internal perusahaan jadi mengingatkan saya kembali akan topik ini. Untuk kaum IT, jangan lewatkan sedikit catatan ringan di akhir artikel. Mari kita bahas uneg-uneg yang satu ini.

Blog sudah bukan rahasia lagi bagi para praktisi dunia maya sebagai media alternatif yang dahsyat. Kehadirannya lumayan diterima di kaum pengguna dan terbukti dengan banyaknya blog berbahasa Indonesia. Namun blog (ataupun situs) masih belum mendapatkan perhatian cukup bagi perusahaan ber-merk (terkenal), peduli itu perusahaan IT ataupun bukan. Meskipun sudah mulai diterapkan, tampaknya masih di prioritas bawah. Apa sih kendalanya? Dan apa saja manfaatnya?

Pertimbangan Manfaat vs. Akibat

Bagi orang awan penggunaan blog sudah banyak diterima dan manfaatnya sebagai media baru sudah mulai terasa. Namun hal ini masih menjadi pertimbangan berat bagi perusahaan pemegang merk, karena faktor akibat yang bisa ditimbulkan juga serius. Sebuah perusahaan bisa dibilang sebagai satu organisasi yang tertata rapi, pernyataan umum harus sama mulai atasan sampai bawahan. Belum lagi pertimbangan tentang intellectual property, marketing, timing, dan sebagainya. Blogger bawahan yang salah omong bisa menjadi masalah serius.

Siapa yang Menulis dan Apa yang Ditulis?

Dari pertimbangan di atas, perlu diputuskan siapa yang patut berbicara ke publik. Biasanya adalah pemimpin perusahaan, bagian humas, atau pemasaran. Tidak semua boleh menulis tentang apa yang terjadi di dalam suatu perusahaan. Hal kedua adalah apa yang harus di tulis dan bagaimana cara penyampaiannya. Blog sendiri adalah media baru dan perlu usaha serius untuk memasarkannya.

Pertimbangan Segmentasi Konsumen

Memang kita bisa mengarahkan kepada suatu komunitas untuk memasarkan produk kita. Tapi tidak semua produk (terutama di Indonesia) mempunyai konsumen yang paham internet. Contohnya saja provider selular yang sudah dekat dengan pemakai mobile internet, dan lain halnya dengan produsen pakaian kelas menengah bawah.

Blog sebagai Acuan

Sudah beberapa kali kita singgung tentang pentingnya untuk mempunyai markas di dunia maya. Salah satu manfaat blog adalah sebagai pusat dari segala informasi yang hendak disampaikan ke publik. Mungkin untuk press release atau chaos control, blog bisa dijadikan media informasi resmi dari pihak perusahaan kepada publik, termasuk wartawan, agar informasi tidak simpang siur.

Sedikit di Luar Ruang Lingkup

Berikut beberapa manfaat suatu blog yang bisa jadi pertimbangan sebuah perusahaan untuk mulai dijalankan:

  • Membentuk komunitas dari konsumennya
  • Sarana riset untuk mendeteksi produk yang diinginkan konsumen
  • Sarana menampung keluhan (daripada mengeluh sendirian)
  • Meningkatkan brand awareness lewat kegiatan-kegiatan online

Tentu saja masih banyak lagi manfaatnya. Sekarang tinggal tunggu saja (sambil berusaha) agar perusahaan besar lebih menerima kehadiran media internet. Tentunya bisa merembet ke hal-hal positif lainnya. Bila anda adalah bagian manajemen suatu perusahaan, apa pendapat anda tentang blogging untuk korporat? Mari kita berbagi.

PS: Mungkin artikel ini sangat berbau korporat dan marketing, tapi para pembaca IT bisa juga mengganti ‘perusahaan’ dengan ‘produk aplikasi’ yang berusaha dipasarkannya.

16 thoughts on “Manfaat & Akibat Blog bagi Dunia Korporat

  1. Bisa jadi blog justru berbahaya utk corporate. Seperti biasa, yg kecewa biasanya tereaknya kencang, sedang yg puas lebih banyak diam. Sudah hal yg wajar jika sebuah perusahaan menyampaikan klarifikasi dari suatu ketidakpuasan, tapi sumber ketidak puasan itu dari mana dan berkembang sejauh mana hanya perusahaan sdr yg tahu. Perusahaan biasanya punya web, bukan blog. Lebih aman seperti itu kayaknya.

  2. Saya install blog di kantor sebagai tool tuk kordinasi saja, simpan draft2 ide dan sarana laporan kerja teman-teman satu divisi, sejauh ini bagus 🙂

  3. @ceria jogja
    Bukannya justru yang tak puas itu yang harus “ditangkap”. Kalau yang puas tidak terlalu penting untuk diperhatikan karena itu sudah bisa jadi tanda bahwa yang perusahaan lakukan sudah pada jalur yang tepat 😉

    Menambahkan pada poin segmentasi konsumen, bisa jadi blog tidak dipakai untuk kegiatan menjual produk secara langsung (retail). Segmen konsumennya bisa dibatasi pada distributor produk atau bahkan mungkin partner dan press. Jadi seperti website 1.0 dong? Tergantung strategi pemakaiannya dong.

  4. @Ceria Jogja – Itulah salah satu ‘akibat’ yang saya maksud.

    @Yodi – Baca komentar Ceria Jogja.

    @Alam – Bukannya salah aplikasi? Bukannya Google Docs lebih cocok? Mungkin Basecamp?

  5. Karena dalam bisnis rumah makan ada falsafah : “Jika puas beritahu teman, jika tidak puas beritahu kami”..hehe.

    Prinsipnya hampir sama. “beritahu kami” nya ditulis di kertas dan dimasukkan ke dalam kotak. Tidak ditulis di papan tulis rumah makan atau di daftar menu. Blog kan kayak papan tulis. Bukan begitu?

    Kalo untuk partner atau internal udah jamak kalo pakai email. Blackberry tuh jadi kelarisan.

  6. @ceria jogja
    “Jika puas beritahu teman, jika tidak puas beritahu kami” ini falsafah yang saya ragu apa iya ada efeknya :p

    Kecuali konsumen benar-benar puas, melebihi ekspektasi, maka konsumen tak akan mau susah payah memberitahu teman. Kasus yang sama juga berlaku bagi konsumen yang tidak puas.

    Konsumen akan bercerita kepada orang lain jika proses bercerita ini memberikan keuntungan baginya. Tidak karena alasan apapun yang lain. Salah satu keuntungannya adalah kepuasan batin. Konsumen memperoleh kepuasan batin karena bisa berbagi kebahagiaan. Oleh karena itu dia bercerita kepada yang lain.

    Konsumen bercerita kejelekan produk kepada yang lain karena dengan bercerita dia akan menjadi puas. Puas karena dia telah melakukan peran tidak membuat orang lain merugi dengan membiarkan orang lain mengalami pengalaman jelek yang sama dengannya.

    Jadi, daripada sekedar menambah pemandangan tak berarti di ruangan, ada baiknya diganti dengan hal lain yang lebih berefek. Misal: “Pintu General Manager Kami yang Ramah Berada Tepat di Bawah Papan Ini, Jangan Ragu Menyampaikan Ketidakpuasan Anda” 😉

  7. jika kita bicara idealnya corporate blog itu sesuatu yg sangat2 bermanfaat,tapi apa para management mrk sdh aware akan hal ini?rata2 msh mengandalkan media konvensional.
    selain itu iklim politik diperusahaan indo lbh kuat dari iklim professionalitas.
    yang ada bkln bnyk blogger yg menulis diblog itu akan dibuang atau phk.

  8. seru sekali antara navinot and @ceria_jogja.
    kecendrungan org indo itu mrk akan diam atau bersikap soso jika puas dan mereka akan ribut skali jika sedikit kecewa.
    PR kita adalah gimana membuat market indonesia ini menjadi lebih kritis baik utk hal kebaikan atau keburukan.apakah blog bs merubah itu??
    btw perusahaan besar yg rentan complain mrk menghindari komunikasi langsung dgn konsumen secara luas ditempat terbuka (spt blog),karena record tsb bs membuat image company berubah.

  9. Sumkan, itu tipe org indo. Drpd ngeluh langsung, mereka pilih nulis, masukin kotak saran, trus ngacir. Adanya cs/line keluhan/email adalah pilihan tbaik utk layanan keluhan perusahaan besar. Blog lbh berfungsi utk menjaring opini publik, bkn pelayanan keluhan. Tanpa ada blog perusahaanpun sbnarnya itu sdh berjalan via blog2 individu. Bayangin jika blog resmi sehari coment ratusan keluhan, mo ditaruh dmn coba jwbannya? Apa ndak ngamuk ntar yg coment klo ndak dijawab ato loadingnya kelamaan? Klo buat mini2 company bolehlah, lumayan irit juga pakai blog.

  10. salam kenal,
    pertama kali nih masuk blog ini n judulnya menarik juga..klo boleh ikut berkomentar sih unutk blog internal harus dirumuskan terlebih dahulu maksud dan tujuannya,
    1. jika untuk mengeluh kayaknya tidak baik karena akan dibaca oleh pihak ketiga yang tidak ada hubungannya dengan perusahaan dan bisa2 nanti malah jadi perang antar divisi lagi
    2. jika tempat menuliskan ide, hati-hati ajah jangan sampai ide kita diambil orang trus orang tuh beralasan “saya punya ide yang sama cuman ga dtulis di blog ajah” atau malah dicuri oleh kompetitor
    3. untuk jualan produk?bisa ajah sih sebagai second linenya setelah website perusahaan
    4. tempat sharin…nah yang ini sih gw cenderung setuju dalam artian sharing disini merupakan sharing karya seni tulisan….untuk pihak ketiga akan menikmati tulisan2 indah dari karyawan perusahaan bersangkutan sedangkan untuk perusahaan (top manager) dapat melihat potensi dan karakter bawahannya melalui bentuk tulisan yang dituangkan. kli ajah dari karyawan menjadi penulis seperti dewi lestari wekekeke…amiin

  11. wahh boss Ivan ini, kok nama saya disebut? buat saya pribadi blog internal perusahaan lebih banyak kegunaannya untuk internal kmunikasi, bisa dibilang sedikit mengganti peran email lah… Tpi klo kita memang mau mncoba mmfokuskan keluar dengan audience nya yaitu masyarakat luas, betul sekali banyak prtmbangnnya, dan betul juga sih perlu divisi khusus yg menangani, gak bisa serabutan. beberapa buku saya baca menyebutkan “blog is the new way of public relation and marketing”. semoga prtmbuhan blog perusahaan, jmlahnya sama besarnya dgn prtmbhan individu yg mnjadi bloger…regards..

  12. iya, kalo blog perusahaan paling buat sarana komunikasi sama promosi aja. Tapi pengguna gk akan ngeliat rekomendasi dari sana.

  13. Corporate Blog atau pun personal Blog akan membeberkan “daleman” kita secara tidak langsung. Tapi situlah seninya, kita tak bisa hidup tanpa komunikasi.

    Dengan adanya Blog, perusahaan di tuntut lebih pro dalam menjual produk dan jasanya dan proses perbaikan terus berlangsung. Perusahaan bisa belajar lebih baik dengan adanya kritik, bukan begitu?

    Klo yang mengkritik cuma 1 orang tapi yang muji 100 orang, orang bisa menilai mana yang lebih rasional bukan??

  14. Yang menjadi point dari discuss yang panjang ini, penulis menyampaikan yang intinya adalah bahwa media yang sedang berkembang seperti blog dan direlasikan dengan corporate dapat menyebabkan uncontrollable media, semua tergantung pada strategi perusahaannya. Kalau perusahaannya sudah siap, apapun resikonya harus dijalankan.

    Semua bisa ngomong semaunya, cemooh, setuju, tidak suka,ngatain dan lain-lain semua ditampung dengan kepala dingin. Kalau menggunakan kepala panas yang ada jadi suatu bomerang bagi suatu perusahaan tersebut.

    Just remember, media web 2.0 hanya sebuah Tools, tetapi bagaimana perusahaan tersebut mengemasnya untuk dapat diterima oleh customer.

    Customer sudah mulai pintar dalam menilai suatu brand.

    Sudah ada beberapa contoh, perusahaan yang menggunakan blog sebagai media komunikasinya, antara lain Dell dan Starbuck, dan mereka berhasil menerapkan teknologi web 2.0.

    Dan website berita Antara dan 21cineplex pun juga terjun ke media microblogging-nya (Twitter) untuk komunikasi. Lihat target konsumernya dahulu sebelum memutuskan membuat suatu blog dan tidak harus membuat blog, gunakan media yang lainnya. Banyak hal dalam meng-komunikasi suatu brand didalam media Internet ini.

Comments are closed.

Comments are closed.