Social: Kata Kunci Yang Sering Terlupakan

Social: Kata Kunci Yang Sering Terlupakan

https://www.tuscaroracountryclub.net/52o5irybmbi

https://fcstruga.com/uncategorized/w77iq00t Capek dengan ajakan berteman yang berakhir dengan penawaran? Terutama yang berkaitan dengan internet marketing atau MLM? Satu fenomena yang semakin identik dengan social media, termasuk juga social networking.

Pedoman “Banyak teman, banyak duit” sudah menjadi senjata utama para pelaku MLM dan para internet marketer. Serunya lagi, pedoman ini semakin lengket dengan arti internet marketing yang sebenarnya, terutama yang berkaitan dengan tsrategi pemasaran lewat social media.

Social media adalah media alternatif yang memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi secara horizontal, berbeda dengan media tradisional yang cenderung lebih searah dan vertikal. Karena tiap pengguna mempunyai kebebasan untuk bersuara, termasuk beriklan dan melakukan penawaran, media ini menjadi semakin laris untuk tujuan promosi.

https://haveaircustoms.com/cj6a8475 Sayangnya promosi yang dilakukan masih bersifat tradisional, kuno, dan kurang strategi. Blog adalah salah satu bentuk social media yang semakin ramai karena adanya kesempatan untuk mengeruk dollar, setidaknya begitulah cerita dan harapannya. Tidak sedikit pula, pelaku bisnis yang melakukan promosi dengan teknik “pukul rata”, termasuk para caleg yang mengajak berteman lewat di jejaring sosial. Ah, politik di social media!

https://drurymirror.org/2023/10/19/ghqv9f35g Di era informasi, pengguna sudah cukup terdidik dengan banyaknya informasi yang lalu lalang. Sehingga teknik “pukul rata” tadi sudah tidak efektif lagi, bahkan akan membangun citra buruk bagi pelakunya (spam). Di media baru ini, pengguna lebih mempunyai kuasa, termasuk hak untuk menentukan pertemanan.

https://nicomuhly.com/news/2023/13766igj Social media itu komunikasi – Banyak yang masih tidak mengerti, bahwa salah satu unsur penting social media itu adalah komunikasi. Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk bersuara, membangun reputasi, atau menjalin hubungan baru secara efektif, tanpa batasan ruang dan waktu.

Buy Ambien Cr Cheap Social media itu untuk sharing – Dengan berbagi hal-hal yang menarik, termasuk hasil karya anda sendiri (tanpa bandrol harga) dan karya orang lain di komunitas anda. Entah lewat blog, atau portfolio online.

https://dna-awakening.org/tj349c6g7 Social media untuk networking – Banyak layanan social network yang lumayan spesifik untuk industri tertentu yang bisa menjadi ajang untuk berkenalan dengan orang lain di industri yang sama. Dengan menjalin hubungan adalah salah satu langkah awal untuk penyebaran berita.

https://lewishamcyclists.org.uk/wll69tjj https://larrylivermore.com/?p=u6x48m5 Intinya, direct selling di social media itu menyebalkan! Untuk kepentingan pemasaran, diperlukan teknik khusus dan strategi yang tepat. Kreatifitas dalam penerapan memegang peranan besar, dan yang paling penting, Kesuksesan tidak bisa langsung diukur lewat ROI.

Sekali lagi, jangan lupa untuk bersosialisasi! 🙂

24 thoughts on “Social: Kata Kunci Yang Sering Terlupakan

  1. Buy Zolpidem Online Canada Betul. Hihi, kalau semakin sering ketemu dengan pemegang brand yg buta Web 2.0, mereka masih sangat berpikir vertikal. Kalau mau horisontal, mereka sendiri masih bingung, mau mulai dari mana (apalagi mereka yg benar2 tidak paham dunia ini). Hihi, kemarin ketemu seorang brand manager yg masih bingung blog itu apa sih? apa bedanya dgn website? Edukasi ke mereka itu yg penting. Jangan sampai social media jadi ajang jualan yg benar2 jualan (hard sell). 😛

  2. Mungkin emang sulit bagi perusahaan utk ‘paham’ pentingnya marketing via social media. Tweeter yg ‘pelaku’ aja masih kebingungan utk bikin duit sampe harus rekrut bos baru, pa lg perusahaan yg ‘ditawarin’.., lebih bingung lagi. Kalo dipikir2, social media emang lebih dekat ke selling sih dibanding marketing. Wajar kalo jualan jadi booming…

  3. @BudiTyas
    Not true lah menurut saya ko Social media lebih dekat ke selling. Orang-orang bergabung di social media bukan untuk mencari barang/jasa kan? kecuali di “forum” yang khusus. jadi kalau mau hardsell di sana pasti akan “hard” 😉 (pun-intended). Resistensi pasti tinggi.

    https://lavoixplus.com/index.php/2023/10/19/02tyztw0x Kurasa social media sementara ini dihantam dengan hardselling karena efek transisi. Banyak orang dari dunia offline masuk ke sosial media tanpa tahu banyak tentang kultur sosial media. Tentu saja ilmu yang dipakai adalah ilmu yang sudah dipunyai di dunia sebelumnya, yakni hardsell. Tidak semua orang seperti itu, tapi saya kira mostly seperti itu.

  4. Buy Ambien Online Cheap Yup setuju sama Toni, mungkin gara2 ‘shock’ aja kali.. mudah2an dengan adanya artikel ini bisa membantu dan mengurangi spammers di social media.

    so, kalau kamu seorang blogger, bisa di sebarluaskan pesan seperti ini di blog kamu 🙂 let them all know..

  5. https://dna-awakening.org/334xh3wq Maksud saya klo dibandingkan untuk marketing kok. Dalam direct selling/hard selling, di dunia nyata atau maya tingkat kesulitannya tetap tinggi. Sama saja. Cuma, dari sisi ‘biaya operasional’, dunia maya lebih murah dan tiap individu berpotensi melakukannya. Dunia hard selling itu keras. Selama ada celah, meski kecil, ya langsung diterabas.

    Jadi inget dulu waktu diuber2 orang MLM,..fyuh…, kok cuma ngetik n nyepam via Social media, muter2 bensin abis aja dibela2in…

  6. https://www.tuscaroracountryclub.net/m0v084702wb Mengubah mindset orang tidak semudah membalikkan telapak tangan ;).
    Social media masih relative baru di Indonesia, sedangkan para management yang ada di perusahaan itu masih menerapkan ilmu lama pada perusahaan yang mereka pimpin.
    Karena baru ini lah, harusnya memang para management itu di training. Tapi training juga tidak langsung mengubah pola pikir dari para management tersebut, tetapi pasti mereka akan mengalami proses. Mereka masih terperangkap dengan aktivitas sehari-hari dari mereka.
    Saat ini baru akan dimulai masa transisi diamana social media juga diperhatikan. Makanya sering terjadi aktivitas hardselling di social media 😉

  7. https://nicomuhly.com/news/2023/mwrrwj84rg Kadang orang juga melenceng pemahamannya. Mereka menjadikan satu proses branding dan proses jualan. Jelas dua hal ini berbeda dan berbeda juga cara nya.

    Semakin aktif seseorang (atau sesuatu) di social media berarti (personal) brand nya semakin diketahui orang, tapi belum tentu bisa berjualan langsung.

    Tapi kalo dibilang “jangan berjualan di Social Media” saya juga kurang setuju. Karena banyak entrepreneur rumahan di Indonesia yang kemudian menjadi berhasil dengan starting jualan di social media. Yang menjadi penting adalah CARAnya.
    Nggak perlu online deh, kalo kita lagi nongkrong sama temen-temen, ketawa-ketawa, trus ujug-ujug ada temen yang jualan ember plastik. Gimana menurut anda?

    https://www.estaciondelcoleccionista.com/1lqxovm9071 Gue setuju banget dengan “jangan tinggalin arti kata Social nya”, karena memang itu kuncinya.

  8. Buy Ambien Online Canada @podelz. Seorang sales dididik untuk menerima puluhan pnolakan & cacian demi 1 penjualan. Jd penyebarluasan ‘penolakan’ tdk terlalu berguna. Sy jg sempat membahas bisnis2 direct selling ky gini d blog saya. Emang menyebalkan, tp ya gmn.., syusyah. Pa lagi di era web 2.0 n masa krisis. Social netw bs jadi sorga baru buat mereka.

  9. https://drurymirror.org/2023/10/19/orv0o5zcvha Saya malah setuju dengan Ramya Prajna :D. Aksi branding dan jualan itu harus dibedakan. Goalnya aja beda ya cara-caranya pasti bedalah ya.

    Buy Zolpidem Online Paypal Resistansi konsumen generasi sekarang sangat tinggi. Ini terjadi karena terjadinya pergeseran akses informasi. Informasi kini bisa didapatkan sendiri, plus, dengna jauh lebih mudah dan sumbernya banyak. Jadi bisa dibayangkan jika tiba-tiba seseorang datang dan bilang untuk membeli suatu barang. Pasti dapat ekspresi muka “WTF” sambil melotot dari ujung kaki pe ujung kepala :p

    https://nicomuhly.com/news/2023/7zhpf5cur83 @BudiTyas
    Penolakan itu tidak wajar. Jika kita yakin bahwa ditolak itu wajar maka kita akan bebal menjalankan cara lama sementara tetangga sebelah sudah ngumpulin 75 juta sebulan :p

    Kegiatannya sama-sama ngetik, tapi hasilnya bisa dua macam: spam atau informasi/persahabatan 😉

  10. @fang
    :-),..justru itulah missnya. Selling itu beda dgn marketing. Kita bisa jualan kaos kaki atau ember tanpa merk asalkan ada yg butuh, kemungkinan ada yg beli. Jd klo selling itu langsung kawinpun bisa, hehe. Tdk ada brand yg diwakili jadi actionnya lebih cepat.

    @toni
    Wajar dong,ton, hehe… Kol Sanders aja ditolak berkali2 kok. Mental spt itu nanti yg membedakan yg berhasil & yg gagal. Jika sistem memungkinkan utk lsg melakukan selling n closing, sudah pasti banyak yg melakukan, dan pada kenyataannya memang banyak. Resistensi rendah atau tinggi itu relatif, jika pelakunya merasa ‘the result is good’, kt berpendapat spt apapun jd ngak ada artinya krn asumsi akan selalu kalah dgn bukti.

  11. Well, membahas MLM memang selalu kontroversial y. Saya menjalankan MLM juga, tapi tidak sebegitunya sih. Jadi terinspirasi untuk menulis tentang ini di fikrirasyid.com 🙂

    https://www.tuscaroracountryclub.net/xf61htpdst0 But overall, setuju juga dengan kesimpulan Ivan. Lagipula, Direct Selling di social media itu tidak efisien. Social Media lebih cocok digunakan untuk branding sih y, men – show up nilai tambah yang dapat kita berikan kepada orang lain. menanamkan kesan kepada orang lain. dan sebagai – sebagainya. Bukankah branding itu sendiri “penawaran” dalam bentuk berbeda? 😉

    https://lavoixplus.com/index.php/2023/10/19/8jy92wn Masalah ajakan pertemanan yang berakhir pada penawaran? Ah, itu sih terjadi di semua bidang. Selalu ada udang di balik batu. Masalahnya apakah “udang”nya memberikan kebaikan ( ex : ingin menambah relasi ), atau mengirimkan ketidakbaikan ( ex : ingin mengorek rahasia ). Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah, cara orang menerima rezeki berbeda – beda. Ada yang menerimanya dengan cara menjadi advertiser, ada yang menerimanya via keahlian design web, dan ada juga yang menerima rezeki Tuhan melalui perdagangan, dalam hal ini via perdagangan berarti penawaran. Karena kita semua sedang sama – sama menerima rezeki, ya saling memahami saja lah. Karena ada orang yang sudah teredukasi dan ada juga yang belum. Kalau bertemu yang belum teredukasi, ya edukasikan 😀

    https://www.mmjreporter.com/97urmhl-43749 Ngomong – ngomong, jadi teringat mengenai new wave marketing yang menggunakan konsumen untuk mempromosikan. Apakah MLM termasuk new wave marketing van? Pandangannya?

  12. Sy sempat jd praktisi direct selling juga, hehe, meski bukan MLM sih..

    Branding itu terkait marketing, n marketing tu expense. Klo ‘penawaran’ itu lebih ke selling. Langkah lanjutnya revenue/pendapatan. Perusahaan skr pada ambil langkah yg terakhir. Promo pokoknya harus yg langsung ada implikasi penjualan, kalo ga, ga di approve. Makanya divisi marketing pada kesunat budgetnya. Branding, ningkatin awareness dll dll mah rugi kalo jualan di lapangan memble. Bisa bangkrut perusahaan.

  13. punya temen banyak dan apalagi banyak bicara itu mengasikkan, tapi kalau endingnya hanya sebuah pengajakan untuk ikut ke sebuah jalur MLM 😀 wow ngeri

  14. Social Media? Makanan apaan tuh? 🙂

    Tidak apa2 Social Media dijadikan ajang penawaran, Asalkan yang diberi penawaran tidak keberatan.

    Tapi alangkah baiknya sebuah social media mengandung nilai edukasi.

Comments are closed.

Comments are closed.