Kultur Internet: Disclaimer/disclosure, perlu?

Kultur Internet: Disclaimer/disclosure, perlu?

Dalam artikel “Pernak-pernik Sponsored Review” kemarin Pitra berpendapat bahwa melakukan review produk di blog (sponsored review) itu oke-oke saja. Dengan catatan diberi disclaimer/disclosure (pemberitahuan awal) bahwa artikel terkait adalah advertorial. Penambahan disclaimer/discosure ini bertujuan untuk memberitahu bahwa artikel tersebut ditulis dengan pesan sponsor dan akan memberikan keuntungan bagi penulisnya. Dengan disclosure, penulis berharap supaya pembaca tahu bahwa ada konteks yang harus dipakai dalam membaca. Yang berujung pada penghindaran munculnya tuduhan bahwa penulis telah memperdaya pembaca.

Hari ini di Friendfeed saya menemukan kembali peristiwa yang masih terkait dengan disclaimer/disclosure. Louis Gray menulis tentang “Scoble mungkin telah menemukan cara monetisasi stream Twitter/Friendfeed-nya”. Well, sebenarnya yang terjadi adalah Scoble mem-publish tentang bagamana Amazon Kindle telah sold out, dengan menyertakan sebuah tautan. Tautan tersebut sudah dipendekkan sehingga pembaca tidak tahu bahwa tautan tersebut mengandung kode afiliasi Scoble di Amazon. Paling tidak, di halaman Twitter terlihat seperti itu.

Reaksi yang timbul adalah bermacam-macam, ada pro dan kontra. Kebanyakan pembaca memaklumi apa yang dilakukan Scoble. Mungkin Scoble hanya testing the water, mencoba mengetahui bagaimana reaksi orang-orang dalam jejaringnya.

Poin untuk didiskusikan bersama:

  1. Apakah strategi ini masuk akal untuk dijalankan? Beberapa mungkin sudah mencoba lewat blog, atau AdWord. Tapi untuk microblogging, apakah hasilnya akan sama dengan blogging?
  2. Seberapa penting disclosure bagi Anda? Apakah disclosure tak jadi penting jika yang memasang afiliasi adalah teman Anda sendiri?
  3. Kapan disclosure wajib dipasang?

Referensi:

PS:

NavinoT juga hadir di Friendfeed. Jangan khawatir, isinya bukan artikel dari NavinoT saja. Ada beberapa sumber lain, dan di sana juga ada komentar. Pembaca juga bisa menyumbangkan link untuk didiskusikan dengan pembaca yang lain. Jadi, kalau artikel harian NavinoT belum juga berhasil menuntaskan dahaga Anda, segera saja meluncur ke ruang “Sinyal Baru”

4 thoughts on “Kultur Internet: Disclaimer/disclosure, perlu?

  1. Tidak ada salahnya dengan kode afiliasi. Toh, seseorang tidak dapat uang dari sekedar klik, tapi jika klik tersebut berlanjut ke transaksi. Dan dalam hal ini, Scoble-lah yang berjasa membuat pelaku transaksi menemukan hal yang diminatinya.

  2. masuk akal itu, ya sebaiknya klo di sponsori oleh produk kita memberi tahu pembaca dulu..

    klo di microblogging, aga susah juga yah.. takut jadi spam? klo blog kan jelas panjang lebar reviewnya..

    wajib dipasang klo kita bukan tipe blogger yg sering mereview produk atau jasa tertentu..

  3. Akhirnya buat jualan juga :p…

    Bagi publisher, disclaimer/disclosure penting utk menghindari pertanyaan lbh lanjut ke depannya. Bilang aja silakan tanya langsung ke perusahaan yg berkepentingan. Ini advertorial.

    Tanpa itu, penulis ada kewajiban menjawab soalnya konteksnya jadi personal.

  4. Saya setuju: disclosure (penyingkapan? pengungkapan?) itu memang perlu. Tapi saya baru sadar juga setelah mbaca artikel ini… link dengan kode afiliasi itu butuh diclosure gak yah? 😕 *sempat memasukkan link berafiliasi di beberapa blognya tanpa disclosure, ndak merasa kalo itu iklan*

    Sepertinya saya sependapat dengan mas/mbak pepoluan di atas: selama link afiliasinya tidak mendatangkan keuntungan finansial dari sekedar ‘klik’ belaka, mungkin tidak apa-apa kalau tidak menyertakan disclosure. 😐

Comments are closed.

Comments are closed.