All Marketers Are Liars: Konsumen Menipu Diri Sendiri

All Marketers Are Liars: Konsumen Menipu Diri Sendiri

All Marketers Are Liars, begitu kata Seth Godin. Soal benar dan salahnya, kita kembalikan ke diri kita masing-masing. Kita tidak akan berusaha membuktikan kebenaran atau kesalahannya. Sebagai gantinya, mari kita bahas bagaimana seorang psikologi konsumen sewaktu berhadapan dengan marketer.

Ada tiga unsur yang terlibat dalam proses interaksi antara konsumen dan marketer.

Yang Pertama adalah Perhatian. Perhatian muncul dari cara pandang konsumen terhadap suatu hal atau kebutuhan. Jika Anda merasa tidak perlu mencoba game-game terbaru, mungkin Anda tidak akan perhatian pada rilis kartu-kartu grafik baru dengan teknologi GPU dan pendingin spektakuler.

Kedua adalah Bias. Setiap orang menyimpan harapan, dan juga dendam. Dua hal ini akan terus mereka bawa dan mereka cocok-cocokkan dengan tawaran-tawaran yang muncul di hadapan mereka. Kalau Anda senang dengan Microsoft, besar kemungkinan Anda akan sangat gembira mendengar rencana rilis Windows 7. Sebaliknya, jika Anda dendam pada Microsoft, mungkin rencana rilis Windows 7 akan Anda sambut dengan umpatan.

Ketiga adalah Jargon. Jargon di sini adalah nilai-nilai ideal yang diakui dan diharapkan oleh konsumen. Dan seberapa besar konsumen peduli terhadap hal tersebut. Pilihan media yang dipakai untuk menyampaikan pesan ke konsumen, bisa punya banyak pengaruh. Bagaimana suatu pesan disusun. Bagaimana tata letak restoran yang baik, posisi gelas, piring dan garpu. Jika hal-hal ini tak diperhatikan maka akan muncul hal-hal aneh yang tak diharapkan.

Ayo, mari kita renungkan bersama. Apakah kita sewaktu memposisikan diri sebagai konsumen memang terpengaruh 3 unsur di atas? Sebagai marketer, atau calon marketer, unsur mana yang terkadang lebih dominan? Nilai-nilai apa yang mempengaruhi tingkat dominasi masing-masing unsur di atas?

Jadi siapa nih yang menipu dan ditipu?

4 thoughts on “All Marketers Are Liars: Konsumen Menipu Diri Sendiri

  1. akhirnya, setelah sekian lama, tergelitik pula untuk menjadi komentator di NavinoT (bukan hanya lurkeRSS :P)

    biasanya aku sendiri lebih condong ke unsur pertama. Terlepas dari hobi saya tentang hardware, biasanya saya akan fokus pada produk tertentu bila ada rencana melakukan suatu pembelian. Ini buat saya sangat penting, I’m a cheap bastard, produk yang saya beli harus sesuai dengan kriteria price/performance saya 🙂

    Untuk unsur nomor 2, saya berkutat di bidang pekerjaan dimana saya diminta untuk tidak bias dalam menyikapi .suatu produk/brand. Jadi hal ini terbawa kemana2. Berusaha untuk fair aja. 🙂

    Jargon? ya bolehlah ini cukup berpengaruh juga, walau tidak besar2 amat pengaruhnya.

  2. Sebagai ‘seasoned buyer’ saya cenderung nomor 1. Atau lebih tepatnya: “Buy the Best Bang for Buck But Based on Necessity”

    (sorry, gak ketemu sinonim “necessity” yang diawali huruf B)

  3. wah,,kalo saya lebih memilih unsur yang pertama. Mungkin memang agak berkaitan dengan kepribadian seseorang dalam memilih unsur – unsur yang tersedia & unsur – unsur yang ada jadi manifestasi kepribadian manusia 😀

  4. Waktu nyontreng kemarin, ketiga unsur di atas memang mempengaruhi pilihan saya 😀

Comments are closed.

Comments are closed.