Konsekuensi dari Variasi Produk & Layanan
Salah satu strategi perusahaan untuk meningkatkan penjualan, yang nantinya berhubungan dengan profit, adalah dengan menyajikan variasi produk atau layanan. Strategi ini sudah terbilang umum, yang tujuannya adalah menguasai berberapa segmen yang berbeda dengan memberi pilihan bagi konsumen.
Variasi produk bisa berwujud macam-macam, mulai dari rasa (makanan ringan), model (elektronik atau mobil), fitur (elektronik atau mobil), harga (paket layanan), atau kuota (web aplikasi). Pada penerapannya, banyak produk yang variasinya jadi tumpang tindih dan malah membingungkan konsumen. Salah satu contohnya adalah General Motors dengan berbagai merek dan model yang tidak beda jauh harganya. Meskipun merger/akusisi bisa dibilang biang keladinya, tapi tampaknya tidak banyak perubahan dalam beberapa tahun terkahir.
Apa yang kira-kira terjadi bila jajaran produk & layanan saling tumpang tindih?
Reaksi Konsumen
Konsumen yang dihadapkan dengan berbagai banyak pilihan cenderung jadi lebih bingung dan membutuhkan waktu ekstra untuk mengambil keputusan. Bahkan tidak jarang dijumpai konsumen malah mundur untuk mempertimbangkan kembali pilihannya. Bila sudah memilih, ada kemungkinan kecewa karena pilihannya tidak memuaskan setelah sekian waktu. Apa memang perlu membuat 80 variasi GPS? 50 Macam kamera? 30 Macam handphone?
Operasional Perusahaan
Karena variasi produk dan layanan, masing-masing perlu perhatian khusus. Mobil perlu suku cadang yang berbeda. Tiap model kamera perlu buku panduan yang berbeda. Tiap model handphone perlu kemasan berbeda. Bagaimana dengan distribusi, atau aksesoris, yang hanya berbeda sedikit meskipun sama fungsi, dikarenakan bentuk yang sedikit berbeda?
Segi Pemasaran
Untuk kepentingan pemasaran, produk mana yang menjadi unggulan dan pantas mendapatkan anggaran yang lebih besar? Apa variasi lain tidak perlu diiklankan? Bila perlu, berarti perlu konsep iklan yang baru donk? Apa semua akan dipasarkan di media yang sama?
Bagaimana Seharusnya?
Variasi produk sebetulnya baik, asal tujuannya jelas, yaitu memenuhi kebutuhan pasar yang bervariasi. Namun perlu dipertimbangkan juga berapa banyak bedanya dibanding produk intinya. Apakah akan menjadi variasi, atau menjadi permasalahan baru. Berikut beberapa gagasan untuk membantu membentuk variasi produk:
Segmentasi yang jelas
Dengan pemisahan yang jelas, banyaknya pilihan yang disodorkan ke konsumen jadi berkurang. Sehingga konsumen lebih mudah mengadopsi produk & tawaran sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan.
Mengukur jenjang perbedaan
Pada umumnya yang dibuat patokan adalah harga, dibanding barang atau layanan yang diperoleh. Yang perlu diukur adalah seberapa jauh perbedaan tersebut, 10%, 25%, atau 50% lebih mahal? Apakah terlalu dekat? atau terlalu jauh?
Berpikirlah seperti konsumen
Yang dimaksud adalah membuat variasi produk menurut kebutuhan konsumen, bukan karena adanya variasi dalam spesifikasi. Apakah konsumen umum mengerti beda Core2Duo dan DuoCore? Apple melakukan ini dengan baik dengan jajaran laptopnya, yaitu entry-level, pro, dan mobility.
Konsentrasi membangun produk yang superior
Dengan barisan produk yang relatif sedikit, kita bisa lebih konsentrasi untuk menciptakan produk bermutu. Nantinya diharapkan memperkuat brand yang telah anda, sehingga peluncuran produk selanjutnya lebih diterima konsumen dan semakin berkualitas.
Siklus Produk sebagai Alternatif
Produk elektronik dan teknologi umumnya mempunyai siklus yang sangat cepat. Tentunya anda mau menjadi yang terdepan dalam hal inovasi. Salah satu caranya adalah memperbaharui fitur lewat siklus produk, selagi menjaga variasi yang jelas.
Nah, apakah anda masih pusing dengan Nokia atau Canon mana yang mau anda beli? Adakah gagasan lain?
21 thoughts on “Konsekuensi dari Variasi Produk & Layanan”
Netbooks. Too many netbooks! Beda ukuran layar lah, gk ada vga out lah. Oh crap! Not to mention they will release new series within a short interval. Early investment is really a difficult move.
Mas Ivan, Mas Toni..
Aku setuju banget.. Kebanyakan malah bikin binun.. kesannya malah menganggap bodoh konsumen deh…
Contoh kecil, HP-HP Nokia, SE dll. kebanyakan produk, mana produknya mirip2 fiturnya tapi selalu ada yang hampir perfect kemudian disunat fitur penting lainnya.. ooohh.. 🙁 capek deh..
Contoh Apple dengan produk2nya saya juga setuju, Apple buat kita fokus, walau harga relatif mahal tapi sesuai dengan fitur & layanan yang kita bayarkan..
sekali lagi saya setuju, sebaiknya produsen mulai memikirkan ini.. demi konsumen!
Ini juga bikin bingung:
Vista Starter Edition
Vista Home Basic
Vista Home Premium
Vista Business
Vista Ultimate
Dan Win7 kabarnya juga mau keluar dengan banyak versi, bahkan lebih banyak lagiiiiii…. ckckckck makin parah =_=”
Ah lupa, ternyata ada yang lebih banyak lagi ^^ :
Office Suites Home
Office Standard
Office Home and Student
Office Mobile
Office Small Business
Office Professional
Office Professional Plus
Office Enterprise
Office Ultimate
Semoga bisa jadi contoh untuk melengkapi artikel yang mencerahkan di atas ^^V.
jadi inget iklan rokok di tv kemaren hehehe kocak banget konsumen bingung, akhirnya malah ga berbuat apa2..
Sebenarnya tiap produsen sudah punya garis besar pemilahan produk, hanya saja dalam perkembangan semua berusaha merespon keinginan konsumen. Akhirnya varian jadi banyak.
Varian munculkan saat cukup banyak peminat yg benar2 ingin varian tsb & pasti membeli, jd seperti respon, kalau tidak dibuat, itu akan disambar kompetitor. Kalau bikin varian itu murah, mengapa tidak dibuat?
Konsumen bingungnya kayak apa, kalau butuh pasti beli, ntah varian yang mana. Mending bikin konsumen bingung 7 keliling tapi akhirnya beli produk kita, daripada tahu dengan mudah dan segera sadar bahwa produk kita nggak sesuai yang dia harapkan, dan kita nggak punya opsi lain.
Itu perspektif saya sih. Klo tentang Apple, ntah seharum apa namanya klo nggak sesuai preferensi saya ya nggak saya beli n nggak saya rekomendasikan, hehe…
@Toni – Betul! Someone need to get the right specs of that netbooks! I want one!
@Roy – Dipisah ga papa, asal jangan banyak banyak. Itu aja 🙂
@aerialsky – Aku masih ga tau maksud Microsoft apa dengan variasi yang segitu banyaknya.
@Richard Fang – Sayang gue ga liat! Jauh! 🙂
@Budi Tyas – Nah, Yang anda sampaikan memang benar-benar di garis pemisah produsen dan konsumen. Makanya salah satu gagasan adalah GAP nya jelas, anggap saja harga yang kita pasang 10-15% lebih mahal. Tapi produk kita lebih superior, apa user tidak mau mencoba produk yang lebih superior tadi.
Coba para pembaca, siapa diantara kalian yg mau bayar mahalan, asal internetmu full 3G dan ga putus.
Saya saya saya! Saya mau bayar (agak) lebih untuk koneksi yang benar-benar 3G. Tapi jangan sampe sekedar mahal supaya bisa cepet tapi harganya dibandrol per volume. Apalagi kalau bandrol per volumenya super mahal. Cape deeh.
Tergantung marketnya sebenarnya. Untuk produk/konsumen kelas atas memang boleh jadi seperti itu. Hanya saja, banyak orang saat ini tdk makan brand (mudahnya spt itu), lebih percaya spek. Yg paling mudah saja di PC branded & rakitan yg bisa pilih2 spek. Klo di sini menang rakitannya. Selama behave market masih dominan spt itu, pabrikan ya ngikut arus. Tumpang tindih jadinya.
@ Budityas _ that’s why , produsen/perusahaan harus berani fokus di satu kelebihan, memang ga bisa merangkul semua pasar kan? Apple tetep banyak yg mau pake, PC rakitan juga banyak yg pake (saya juga loh hehehe karena alasan duit 😛 ) jadi ga bisa di pukul rata juga..
@ Ivan _ tentu aja gue mau tuh hehehe ada duit ada barang (kualitas) lah 😀
@Budityas – Bukan tergantung produknya yah? Saya ngerti maksud anda ttg user yang pilih specs, tapi banyak juga user yg ga ngerti specs lho.
Kalo laptop gimana? ga rakit sendiri, juga tetep bandingin specs. Merk juga jadi perbandingan. Beli VGA card juga liat merk toh? Nvidia atau ATI?
Btw, kalo sudah rakitan, ya ga bisa dipisahkan, khan dah banyak merk dan model jadi satu PC. Bingung yah 🙂
setuju.
emank sih maksudnya baik, tapi paling tidak sosialisasinya harus ada. jadi konsumen tdk trll bingung.
Saya pikir lebih ke market. Utk klas low dimana jml konsumennya plg banyak, varian jg otomatis jd banyak. Acer bs hits krn kaya varian. Di level bawah, spek mudah dimainkan. Klo utk klas atas, kan max smua, tambah var cuma klo dah ada teknologi br yg muncul. Pertarungan klas atas lebih ke keunikan fitur, desain, teknologi, n utk pengembangannya makan waktu, otomatis var jg dikit.
Klo vga sih brani tarohan pasti liat spek n performa, ati r nvidia ndak masalah. Utk spek sama yg laku yg mana tgt frontliner outlet.
Mereference strategi apple sbnnya bagus, tp tdk utk semua hal.
You guys so funny, dikasih pilihan protes, ga dikasih pilihan protes.
Berpikir logikal saja ya dan yang kamu alami sendiri, ketika kamu akan BENAR-BENAR akan membeli sebuah produk (ingat ya BENAR-BENAR akan membeli karena butuh, bukan sekedar browsing-browsing) maka yang akan kalian lakukan adalah mencari produk yang benar-benar tetpat sesuai kebutuhan dan membanding-bandingkanya.
Bayangkan saja kalau mau beli Blackberry cuman ada satu model, pasti basi banget tuh. Atau microsoft office hanya versi ultimate dengan bandrol harga yang mahal dimana para pelajar dan anak kuliahan sebenarnya perlu juga sebagian fiturnya.
The point mereka menyediakan berbagai varian bukan hanya karena mereka sendiri yang ingin membingungkan customer tetapi menyesuaikan permintaan customer itu sendiri (market demand). They already think like customer.
Sebagai customer ngapain bingung? tanyalah ke salesnya, saya butuh barang ini dengan kemampuan ini ini ini dengan budget segini, apa yang cocok? nah kalau tidak ada varian pasti kalian hanya disodorkan satu barang dengan harga tinggi, sedangkan dengan adanya varian, maka kalian akan mendapatkan barang sesuai kebutuhan dengan harga yang sesuai juga.
@Andy
Jika kita tanya ke sales, memang pasti dikasih yang sesuai budget. Tapi kalau sesuai kebutuhan, itu belum pasti. Worst case, bakal dapat barang yang ada dan yang paling mirip kebutuhan. Entah mirip 99% atau 70%.
Come on, companies don’t think like customer. If they think like customer they won’t make new useless things. If companies think like the way consumer think, they will be no love-hate relationship.
Klo company mikir kayak konsumen, mungkin WiMax sudah masuk Indonesia. Mungkin karga internet sudah turun. Mungkin iPhone gk akan dibandrol mahal plus kontrak.
Klo ada company yang mikir konsumen, itu namanya lembaga Non-Profit :p
@Toni
Sales akan membantu, kita yang menentukan, Kalau kita jadi beli, artinya sesuai dengan kebutuhan donk, kalau ngga kenapa jadi beli? soal 99% mirip atau 70% hello? ya iya lah, manusia maunya banyak, kecuali kita bisa produksi sendiri seperti masakan misalnya, kita bisa custom sendiri itupun kita harus kerjakan sendiri.
Dan kalau company ngga berpikir seperti customer, ngga ada tuh yang namanya Apple iPhone, iPod Touch, PSP, Windows 7. Berguna atau tidak sebuah produk itu relatif Ton, the point is ketika mereka akan membuat sebuah produk, mereka akan berpikir seperti konsumen alias pengguna, kenapa? karena mereka ingin produknya laku terjual bukan?! kalau Apple ngga mikir sebagai pencinta gadget musik, ngga akan lahir itu iPod touch, Windows 7 yang belajar dari kekurangan vista, even linux yang awalnya ngga user friendly jadi sedikit user friendly sekarang dll.
You will learn, business is not just a business, business is how we look from customer eyes, and simply because they want to create the best product for the best selling.
@BudiTyas – Kalo urusan low, memang setuju banget dengan pendekatan anda. Karena orang dengan budget ketat pingin dapat yang maximum dr duit yang pas-pasan. 100% setuju!
Tapi anda masih terpaku di produk PC lho. Coba cari contoh produk lain deh.
@Andy – It’s never been funny 🙂 Dan kita ga protes koq. Kita cuman melihat apa yang ada aja.
Blackberry is doing OK koq. Entry level ada, Bold yg tangguh OK, Storm yg unik juga OK. iPhone yg cuman 1 macam juga bukan berarti 100% perfect koq. Tapi kalo diliat cara jual mereka, harusnya produk yg dianggap superior bisa terima market yg entry level karena adanya diskon dr operator.
Kalo saya mau beli dan harus dijelaskan oleh sales dulu, saya rasa produk tersebut udah gagal 50% explaining itself.
Setuju, kalo produk memang dibikin sesuai feedback konsumen. Tapi setelah divariasilah yang jadi titik permasalahannya.
Coba liat:
Office Suites Home – Di rumah?
Office Standard – Cukup buat keperluan standard.
Office Home and Student – Buat di Rumah? Dan buat Student?
Office Mobile – Begitu beratkan MS Office sampe boros battery laptop pas mobile?
Office Small Business – OK? Standard ga cukup?
Office Professional – Asumsi saya buat orang yang pake semua fitur
Office Professional Plus – Semua fitur? Lalu ditambah apa lagi?
Office Enterprise – Sama dengan Professional Plus, Tapi kita charge lebih mahal?
Office Ultimate – Wow! Banyak duit loe yah! Bisa beli yang Ultimate! Kalo gak, bingung mau beli yang mana, ini aja yang paling TOP. Duit ga masalah.
(rofl)
@Ivan,
Masalahnya anda menempatkan diri sbg pereview, bukan konsumen atau produsen.
Ok deh, sampel yg gampang Ponsel aja ya. Kenapa kok varian nokia banyak, terutama di low class :
1. Karena konsumen yg ditarget banyak, beragam negara dgn selera beda2. Produk dibuat sesuai konsumennya.
2. Utk low end, teknologinya lama jd ga perlu riset macam2, bisa bikin var lebih cepat.
3. Segmen yg dituju bervariasi, dari pengguna umum, kantoran, dll.
Nah, kalo kita melihat dari sisi produsen atau konsumen, kita liatnya by segmen, nggak dgn list spt contoh Ms Office itu. Saat kita bener2 butuh dan mo beli, kita merepresentasikan diri kita, segmen kita, kebutuhan kita, n otomatis list menyempit dgn sendirinya sesuai kebutuhan & preferensi kita.
Tentang 50% explaining itself, itu sekedar remah marketing dlm proses penjualan. Tidak selalu barang laku & dipakai banyak orang hrs berkonsep marketing spt itu. Contohlah Huawei. Tdk ada orang yg bener2 tahu huawei, dia jg ga ngiklan, tapi 1 jenis HPnya aja dipakai jutaan orang di indonesia. Dia berhasil. Make sale yg terpenting, dijelaskan 100% atau 50% oleh sales bukan suatu masalah, krn memang itu tugas sales.
Kita nggak familiar dgn produk blm tentu nggak OK loh, jg terlalu berpatokan ke trend Apple yg sejak dulu main di segmen niche, segmen yg nggak umum, sbg perusahaan yg paling mengandalkan brand image to make sale. Perusahaan yg masuk Good to be greatnya Jim collins kebanyakan malah ga terlalu famous kok, tapi perusahaannya Ok selama 20th, justru itu lebih layak dicontoh.
Soal office, itu sudah dijelaskan di komentar pertama, ketika kamu BEBAR-BENAR akan beli, ini fase yang akan terjadi secara real :
1. Kamu akan punya pilihan pertama pure dari opini sendiri.
2. Ketika kamu datang ke toko kamu akan melihat varian seperti yang kamu sebutkan, maka kamu akan baca brosur atau browsing http://office.microsoft.com
3. Masih bingung? kamu akan bicara dengan sales, sales akan tanya aplikasi utama apa yang kamu butuhkan, untuk skup apa aja, dan berapa budget kamu.
4. Dengan penjelasa sales, kamu akan paham dan membeli dengan lebih mantap. Pilihan kamu bisa saja tetap pada pilihan pertama karena asumsi kamu di awal memang benar, bisa juga berubah karena kamu akhirnya tahu bahwa kamu lebih cocok dengan produk lainnya.
Kamu diatas mention seperti itu karena kamu memang sedang tidak butuh/ingin membeli produk office. 🙂
Itu adalah salah satu tugas sales, ngga semua produk bisa menjelaskan sendiri, dan ngga semua orang itu tahu segalanya. Kalau g mau beli Lamborghini g akan minta salesnya jelasin bahkan kalau perlu test drive bukan?
Gilee panjang sekaleeee…
Biasanya customer sebelum membeli barang itu research dulu (biasanyaaa, but sometimes there’re ignorant people)
if it’s me, aku bakal search di web, cari review, ganggu orang kiri kanan, tanya pendapat actual user, terus play around aka test drive. then baru decide beli yang mana.
– Brand name, is one way to decide which product to buy, but lately, it’s not very reliable.
– Budget, the more money you can spend, the more choices you get (this will include custom made, limited edition items, or as request)
– Need, need vs want…
Memang benar mengapa harus ada berbagi macam product on market, karena apabila cuma satu macam = monopoli, dan setiap indivual adalah individualist. oleh karena itu tidak ada sesuatu barang yang sama persis di market dan untuk memenuhi kebutuhan market, this product will always be updated whether you like it or not. (just like my ol’ CANON printer,When i burn the adapter, i called the CANON 800 numbers, their answer was: it’s too old, we don’t produce for that product anymore…
it’s only 2 years ol’ hix hix my CANON RIP for good)
Ini topic yang sangat menarik.
Pada umumnya, terlalu banyak pilihan malah membikin konsumen bingung dan pada akhirnya ga jadi beli apalagi jika produsen masih dalam tahap pemula/startup. Tapi juga tergantung dengan barang/layanan yang dipasarkan. Apakah barang tsb diperlukan atau tidak. Contoh2 seperti software (OS), ponsel di atas kan merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebutuhan. Produsen bisa menwarakan pelbagai macam varian karena mereka adalah pemimpin di market tsb alias mereka bisa menawarkan plihan karena merea ada resource (human and capital). Microsoft, Hewlett Packard menguasai pangsa pasar besar di dalam operating system dan printer. Tidak heran kalau mereka bisa menawarkan begitu banyak pilihan. Mereka tidak usah takut konsumen bingung karena konsumen pasti akan beli.
Begitu pula layaknya Nokia dan Samsung di bidang ponsel.
Sekarang kalau dilihat Blackberry dan Apple di bidang ponsel, mereka belum bisa dan mungkin tidak mau melawan Nokia dan Samsung di ponsel kelas bawah. Mereka lebih mementingkan smartphone market. Di sini segmenting penting sekali dan manajemen lah yang harus menentukan. Jangan seperti motorola 🙂
Mungkin contoh yang paling umum bisa dibandingkan adalah Burgers/fast food. Kenapa McDonald’s begitu sukses ketimbang full-service burger restaurant yang menawarkan bermacam salad, menu utama, dessert dan bermacam2 minuman?
Tidak ada jawaban yang 100% pas, tapi semoga implementasi yang tidak sukses seperti industri auto di amerika bisa dijadikan pelajaran.
Comments are closed.