Apakah Strategi Lokalisasi Masih Mempan?
Bagi kalian yang bergelut dengan aplikasi web, tentu mengerti apa itu lokalisasi, yaitu urusan lokasi dan bahasa pengguna. Banyak yang beranggapan bahwa dengan menyajikan layanan dengan target lokal, termasuk bahasa lokal, merupakan cara gampang untuk kesuksesan suatu aplikasi.
Mungkin inilah salah satu alasan kuat mengapa begitu banyak terdapat layanan lokal yang merupakan jiplakan dari yang telah ada. Mulai dari Fupei, LintasBerita, bahkan Detik.com dengan Ngecap-nya, masih tidak ragu dengan strategi ini.
Apakah strategi lokalisasi masih mempan?
Andai saja…
Facebook yang kini sedang ngetren di Indonesia, tiba-tiba bersedia bekerja sama dengan serentetan media massa lokal dan mengadakan kopdar nasional, apakah Fupei masih spesial? Mengingat sudah banyaknya jumlah pengguna Facebook Indonesia, keberadaan pasar Indonesia sudah tidak bisa dianggap ringan.
Digg.com selama ini masih didominasi oleh konten berbahasa Inggris, diselingi dengan gambar-gambar yang tidak terlalu membutuhkan kata-kata untuk diartikan. Apabila Digg.com memutuskan untuk menambah variabel lokasi dan bahasa pada tiap artikelnya, apakah LintasBerita bisa bertahan?
Lantas, apa strategi kita untuk menghindari situasi seperti di atas?
Kebudayaan
Salah satu kunci sukses Mixi dalam urusan social network adalah kebebasan pengguna untuk tidak memakai nama asli. Satu hal yang lebih disukai oleh para pengguna di Jepang. Namun hal ini sangatlah bertolak belakang dengan aturan Facebook untuk tidak menggunakan Nickname/Username.
Konten Lokal
Bukan hanya berita atau tulisan blog yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tapi benar-benar berita atau tulisan lokal, termasuk kejadian dan tokoh lokal. Ini juga merupakan salah satu alasan untuk bertahan bagi tiap portal berita online di tiap negara.
Jadilah Berbeda
Peduli itu aplikasi web atau blog, berusahalah untuk tampil beda dan unik. Dengan demikian, anda telah satu langkah di depan. Baik dalam hal pengenalan diri dibanding blog jiplakan yang akan datang, atau persaingan baru dengan blog yang sudah ada.
Jadilah Bermutu
Bukan hanya berbeda dalam konsep atau layanan, tapi juga bermutu. Dalam hal ini adalah perlakuan dalam tiap aspek, mulai dari konsep, penyajian, dan layanan terhadap pengguna.
Dengarkan Usulan Pengguna
Banyak yang beranggapan bahwa pemasaran adalah membawa pengguna (atau pembeli) baru, dan sering lupa faktor internal marketing, yaitu pemasaran terhadap pengguna yang sudah ada. Dengan mendengarkan suara pengguna, sebagai pengembang, kita setidaknya bisa mengarahkan perubahan-perubahan yang benar-benar bermanfaat. Yang lebih penting lagi, perubahan ini tidak akan sama dengan pesaing anda.
Giliranmu..
Apakah ada saran lain yang membuat aplikasi lokal untuk bisa lebih bersaing?
10 thoughts on “Apakah Strategi Lokalisasi Masih Mempan?”
Aku sih masih optimis dg layanan lokal, baik yg orisinil ataupun yang ‘jiplakan’. Paling tidak dalam peran turut mem-bootstrap konten lokal.
Kalo jiplakan persis ya mungkin agak susah, tetap harus disesuaikan dengan karakteristik lokal.
Namun ada juga startup yang benar-benar unik seperti cerpenista, dan ngaku.in yang kayaknya diluar negeri juga belom ada (ada sih, cuma beda platform).
Tapi saya yakin konten lokal pasti bisa menjadi Raja di Negeri Sendiri! (rock)
Rasa kebangaan daerah itu pasti ada. Kita punya budaya yang sangat beragam, dan itu bisa dimaksimalkan. Misalkan saja Fupei punya theme per daerah, atau member tiap daerah sudah otomatis dilengkapi rss berita daerah, dll. Kalau bicara lokalisasi tentu lebih dalam ke detil lokasi, cuma itu yg membuat aplikasi lokal kita bisa unggul. Lebih mengerti budaya sendiri. Mungkin menjadi tool exclusive per provinsi lebih mudah penetrasinya daripada langsung menyasar nasional. Cara esia (atau FB dulu) membangun pasar juga seperti itu. Bottom up. Benar2 fokus area sempit dulu baru menasional. Kalau terasa benar manfaatnya, expansi itu tidak sulit.
Musti inovatif, kasi killer feature yg ga ada di aplikasi luar 😀
anlisis nya BudiTyas ok dech..
memang bottom up lebih efektif tapi harus disertai ketelatenan yang tinggi untuk menseleksi feature yang berguna dan tidak berguna..
@Toni – But How? 🙂
@Rama – Setuju! Perlu ada penyesuaian, tidak bisa jiplak apa adanya deh.
@BudiTyas – Betul! Salah satu trik yang kepikir adalah bottom up, meskipun bukan secara geografi.
@Jiewa – Iyah, sodorkan satu dua biji saja cukup rasanya.
@Pico Seno – Setuju! Kalo itu semua juga harus. Kalo ga perlu, tidak perlu ikut 🙂
@Ivan
How tentang optimisme? Mirip dengan apa yang diyakini Lintas Berita. memakai layanan luar membuat konten kita tersembunyi akibat tumpukan konten luar yang jauh lebih besar jumlahnya. Mengaggregasi konten lokal tentunya akan bermanfaat bagi penyumbang konten lokal itu sendiri.
Masih banyak aplikasi yang bisa dijiplak untuk mengakomodasi konten lokal. Tentu saja, harus ada penyesuaian bentuk dan strategi. Ini kan yang sedang kita obrloin bareng-bareng di sini? 😀
harus sesuai dengan demografi pengguna internet disini, seperti contoh yang Jepang itu. Tapi jadi penasaran nih, pengguna internet di sini, mayoritas aktifitas nya apa aja yah? Sudah ada hasil survey yang mendekati masa kini belum? Kalau masih sebatas cek social space dan email sih agak susah yah..
hmm bener de kata BudiTyas, harus sasaran ke kelompok kecil dulu, soalnya kayaknya faktor tren (ikut2an) masih kuat banget disini.
Kalo saya boleh share, lokalisasi itu perlu bila ingin membesarkan suatu web. Bener yg dikatakan BudiTyas, start from bottom then up.
Diibaratkan anda ingin buka usaha di daerah baru yg tak dikenal, maka pasti anda akan berusaha untuk mengerti sifat2 dr penduduk daerah tersebut utk bisa masuk ke pasar daerah tsbt.
Saya yakin yg surf ke inet adlh org2 yg intelek. Tapi apakah org intelek tersebut 100% bisa mengartikan dan memahami bhs inggris? Saya yakin TIDAK.
Dan banyak disuarakan bahwa, kemajuan dr suatu negara harus dimulai sejak dini. Ini yang dilakukan oleh negara maju sangat masuk akal, ibarat china dgn banyaknya web lokal mereka skrg mampu bersaing dgn negara lain dlm hal teknologi dan imitasi. Weew di dunia skrg booming brg imitasi dr china, hahaha..
Nah bila sejak umur dini dikenalkan dengan dunia luar lwt internet alangkah baiknya.. Tetapi apakah sanggup bagi mereka di usia dini bisa memahami tulisan2 internasional spt bhs inggris, baca mungkin saya yakin bisa. Tapi memahaminya apakah bisa?
Banyak org bernapsu untuk belajar & paham dunia internet, tapi adakah web lokal yg bisa menuntun mereka?
So saya berpikir strategi lokalisasi itu perlu, sangat perlu saya pikir……
If you’re involved in software localization projects, you will want to use an online tool to manage the string translation process, like the collaborative https://poeditor.com/ Â
It’s great for automating the workflow.
Comments are closed.