White Label Social Application

White Label Social Application

Kiss from rose

Kesuksesan Friendster, MySpace dan Facebook memicu keinginan untuk memiliki social network sendiri. Entah karena ingin menggunakan untuk hal yang spesifik atau privat, atau memuaskan keingintahuan dalam hal monetisasi.

Untuk meniru Digg, dipakai Pligg. Untuk memakai Friendster, dipakai phpFox atau Elgg. Dan kini seiring berkembangnya tren cloud computing dan Software As A Service, usaha yang harus dikerahkan untuk memiliki social application tak lagi sebanyak dulu. Alih-alih harus menginstall, kini hanya perlu mendaftar, dan aplikasipun bisa langsung dipakai. Dan dengan ditambah domain sendiri, aplikasi sudah bisa dibungkus dengan brand pribadi. Contohnya, Ning.com dan Slinkset.com.

Ada beberapa tantangan yang kini harus dihadapi pemilik aplikasi-aplikasi white label ini. Antara lain:

  1. Banyak pesaing. Karena membuat aplikasi sangatlah mudah, setiap orang pun bisa memiliki satu atau lebih social application. Jumlah calon pemakai yang cenderung tidak berubah berujung pada semakin kecilnya jatah pengguna pada masing-masing aplikasi.
  2. Terlalu generik. Meskipun brand bisa dipasang sendiri, tetap saja fitur yang tersedia tidak akan beda antara social application satu dengan yang lain.
  3. Susah dikustomisasi. Karena kita tidak punya akses pada bagian internal aplikasi, pengembangan lebih lanjut akan susah dilaksanakan.

Meskipun demikian tren kemudahan ini sepertinya akan berakibat baik pada para pemainnya. Kini pemain social application bisa lebih fokus pada strategi pengelolaan aplikasi dan komunitas, alih-alih disibukkan oleh masalah teknis.

Bagaimana menurut Anda, apa faktor positif dan negatif di balik white label social application ini? Anda sudah memakainya? Yuk, kita diskusikan sama-sama 🙂

8 thoughts on “White Label Social Application

  1. In my opinion ………….

    Social Networking semacam NING dan white label lainnya bakal menjadi Yahoo! Groups yang baru… Coba pikirkan, elemennya khan sama, malah lebih bagus pakai format social networking.

  2. On top of what Toni have mentioned, a success for social application really depends on the adoption. Especially even more true for companies, brands that wants to go social.

    And the biggest challenge of going social is that Brands and Companies now need to be “open” to criticism, praises, feedbacks, etc etc… to a lot of them is a double edge sword.

    A lot of education is really required for people to adopt this strategy successfuly.

    My 2 cents.

  3. Untuk start dan membangun pasar sangat bagus sebenarnya. Sementara menggaet konsumen, juga harus diikuti pengembangan program mandiri. Pelan – pelan program milik sendiri itu dialih fungsikan mengganti white label tadi, kan databasenya sama, jd ke depannya kustomasi mudah dan database sudah terbangun sejak dini. Nggak tergantung white label tadi.

  4. Suatu waktu nanti, kita mungkin malah akan bisa membuat Ning sendiri. Jadi, kita bisa membuat software as a service sendiri yg bisa dipakai para membernya utk membuat software as a servicenya milik mereka sendiri.. hihihi…:D

  5. Mungkin tren ke depan adalah situs-situs “klon” lokal ya. Karena kelihatannya hal-hal yang berbau lokal selalu laris. COntohnya ya film-film biru lokal yang masih kerap diburu sampai sekarang, hehehe…

  6. Menurut saya hal ini menarik untuk diadopsikan dalam level corporate. Untuk mempererat hubungan antar pegawai laa. Terutama mereka yang mempunyai pegawai yang sangat banyak. Kan asik tu kalau data kita, kita sendiri yang ubah dan menjadi menyenangkan untuk dilakukan

Comments are closed.

Comments are closed.