Blogging: What Was That Again?
Mungkin Anda pikir penulis ini gila.Tiba-tiba saja bertanya tentang blogging dan tujuannya. Tak ada salahnya kita menengok kembali apa yang telah lama kita tekuni ini. Atau bagi yang belum melakukannya, untuk melihat apa saja yang bisa diperoleh dari blogging.
Dulunya, blogging dimulai dari keinginan untuk bersenang-senang, berbagi dengan dunia. Informasi yang ternyata mudah dipertukarkan, menjadi jauh menarik lagi setelah ditaruh dalam suatu jaringan besar. Percakapan yang dulunya lokal menjadi global. Tak lama kemudian setiap orang merasa berkepentingan dengan apapun yang terjadi di pelbagai belahan dunia.
Dan kemudian blogging pun dikomersialisasikan. Pihak-pihak yang cerdas mulai melihat blog sebagai suatu media baru melengkapi media-media yang telah mereka kenal sebelumnya. Baik individu maupun kelembagaan, turut mengeksplotasi manfaat blog sebagai media publikasi dan interaksi. Dan tampaknya tahun ini blogging belum juga surut. Early adopters mungkin sudah menjadikan blogging sebagai alat publikasi kedua, tapi bagi the rest of the world, blogging sedang naik daun.
Dengan gencarnya berbagai macam strategi pemanfaatan dan komersialisasi blog, sebenarnya apa sih yang benar-benar bisa dijual di sana?
Hanya satu, authority. Authority adalah (pengakuan atas) penguasaan domain ilmu atau kemampuan tertentu. Bagi blog yang ditujukan untuk bersenang-senang, authority yang dijual adalah pada kualitas cerita. Konsistensi blogger dalam cara bercerita dan efeknya pada pikiran kita menjadi standar penilaian. Sedangkan untuk blog komersil, tentunya authority yang dijual adalah penguasaan pengetahuan akan barang atau yang dijual. Blog seorang VC yang sudah berinvestasi ke 10 startup tentunya juga lebih punya nilai jual daripada seorang VC yang baru mulai.
Meninjau kembali isu tempo hari, tentang White Label Social Application dan beratnya kompetisi yang disandangnya. Agaknya authority ini bisa menjadi jawaban. How to convince those brands and companies to believe what we say?. Mudah, jawabannya adalah: “Percaya saja pada saya karena saya tahu apa yang saya lakukan”. Tentu saja, kita harus mengantongi authority dulu. Dan salah satu caranya adalah dengan memberitahukan pada orang-orang, bahwa Anda memang punya authority. Dengan pemikiran, percakapan, dan interaksi Anda, lewat blogging.
So, what was that again?
17 thoughts on “Blogging: What Was That Again?”
Dan authority itu akan datang dengan sendirinya ya Ton?
Iya, authority akan terbentuk seiring waktu 🙂
so, it’s “yet another media” ??
terlepas dari ada atau tidaknya sebuah otoritas, yang menjadi pertanyaan adalah,
“sudah seperti apa blogging itu?”
blogging, bentuk pengakuan diri jaman modern 😛
agaknya dunia maya dan nyata tidak bisa dipisahkan..
I think Authority akan terbentuk sejalan dengan reputasi, bukan hanya seiring waktu. Kalo Kwik Kian Gie blogging tentang ekonomi, 1 minggu saja bisa langsung ramai.
*Kalo NavinoT, masih perlu rayu Rama, Richard, Billy, dll … hahaha 🙂
@Ivan
Lho,itu part of authority building. To let people know :D.
Good point on “reputation” 🙂
Yep, setuju. Membangun otoritas atau membuat orang tahu sebenarnya apa spesialisasi yang kita miliki kan? Branding. 🙂
Sayangnya, saya dapat info dari riset sebuah Konsultan PR di Jakarta (risetnya belum di resmi dipublish), ternyata blog (atau media online lainnya) masih menduduki peringkat bawah bagi konsumen untuk mendapatkan product insight/review. Konsumen lebih percaya akan apa yg TV/majalah/koran ucapkan ttg suatu produk.
Lucunya lagi, survei ini dilakukan oleh Konsultan PR ini bersama Komunitas Blogfam, dgn target respondennya para blogger sendiri. Nah, kalau blogger saja lebih percaya apa kata TV daripada kata blogger lain, authority blogger berarti sangat rendah bukan?
Tunggu saja nanti setelah resmi dipublish. Saat ini proses survei masih berlanjut dgn interview lanjutan dgn para serious blogger untuk mendapatkan data kualitatifnya.
Blog ekivalen dgn media lain seperti tv, tabloid, koran etc. Di saat yg sama, media lain tsb wajib untuk ‘perform’ atau mereka nggak laku. Apa yg dipertaruhkan sangat besar. TV, tabloid, dll tidak banyak, n kalo dirata2 tentu media lain ini authority r kredibilitasnya nya jauh lebih tinggi dibanding blog.
Blog yg kualitasnya setara atau diatas tabloid/majalah ada banyak, cuma, yg dibawah itu ribuan kali lebih banyak.
Kalo yg dijadikan wacana adalah blog overall, kayaknya authoritynya emg rendah, tapi seandainya boleh dipilih jml yg sesuai, dalam arti jml blog yg diperbandingkan sejumlah tabloid/tv yg ada, bisa saja blog menang,..hanya saja,..ndak mungkin gitu, ya toh?
Try to think as an advertiser guy, the smart advertiser always have objectives for their campaign. The simple one, creating the awareness for internet user, how much is your media exposure, pageviews, unique user, reach, etc. Can your blog deliver that?
Think why advertiser should try your blog? why why and why?
Bloging is like outsourcing, have weakness* *Wikinomics. that weakness is a barrier for advertiser to make a campaign on your blog.
Don’t worry there is always a way to crack the barrier, the point is do you know how? 🙂
Apa Authority itu sama dengan membangun brand ya??? apa itu artinya ketika kita mulai nge blog berarti kita sedang membangun brand personality kita di mata orang lain kah?? brarti kita harus konsisten dong dengan authority kita, betul gak sih pndapat saya ini????? *menanti sebuah jawaban*
Iyap, kita juga harus menspesialisasi diri kita dengan kemampuan yang kita miliki dan membuat sebuah niche blog yang memang spesialisasi kita. Seperti halnya para desainer ketika mengenal Richard Fang. pasti yang ada didalam pikiran mereka langsung tertuju pada satu kata. Desainer 😀
Postingnya bagus sekali dan provocative. Sangat menarik buat didiskusikan.
@Pitra,
“Nah, kalau blogger saja lebih percaya apa kata TV daripada kata blogger lain, authority blogger berarti sangat rendah bukan?”
Karena blogging di Indonesia baru mulai, tentu banyak experts yang belum maksimal memanfaatkan ini, sehingga on average authority bloggers menjadi sangat rendah. Lagipula authority hanya ukuran, kan. Blog sebagai sebuah media, bisa digunakan untuk objective apa saja, bisa profit, non profit, self actualization dan sebagainya. Jika authority yang tinggi yang dicari, berarti sang blogger harus menjadi specialist atau expert dalam bidang tertentu. Di dunia ini spesialisasi dan personal branding go hand in hand, bukan? Yang lebih penting dan strategis itu, setelah authority tinggi, so what? Berapa persen blogger (atau non blogger) setelah membaca blog tertentu jadi berubah behaviour-nya secara offline. Misalnya dari tadinya yang mau beli MacBook, tiba-tiba setelah baca blog tentang review dan penggunaan MacBook malah tidak jadi beli? Hal-hal seperti ini jauh lebih menarik untuk study dibandingkan tinggi rendahnya authority itu sendiri. Kalau non-profit, misalnya dari yang tadinya ga tertarik untuk ikutan bakti sosial, ternyata stelah baca blog tentang kegiatan sosial, jadi pengen ikutan juga.
@BudiTyas,
“Blog yg kualitasnya setara atau diatas tabloid/majalah ada banyak, cuma, yg dibawah itu ribuan kali lebih banyak.”
Saya setuju. Kembali ke survei dari konsultan PR tersebut, metodologi survei-nya sangat penting. Karena bagaimanapun, pasti hanya sedikit (saya pikir kurang dari 5%) blog Indonesia yang punya influence besar. Jadi seperti apa pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan dalam survei itu? Tentu setiap blog punya niche reader nya masing-masing kan. Jadi harusnya yang di-compare, tiap niche itu lebih banyak baca blog itu atau baca media tradisional (TV/Majalah). Contoh untuk niche gadget freak/tech freak : beberapa contoh blog luar yang wildly popular : Engadget dan TechCrunch. Saya punya hunch bahwa banyak blogger Indonesia yang juga baca dua blog ini, terutama yang gadget freak. Apa benar mereka yang gadget and tech freak lebih milih media tradisional dibanding dua blog ini?
Yang lebih menarik lagi, apakah benar blogger (dan juga non blogger) Indonesia lebih percaya TV/majalah? Bagaimana dengan blog yang dibuat oleh TV dan mainstream media? Beberapa media ternyata sudah membuat blognya sendiri. Contoh : blog.liputan6.com, kalau dari luar (CNN) : ac360.blogs.cnn.com.
Memang ini terrain yang baru, jadi masih susah ditebak nanti larinya ke mana. Tapi dunia online dan offline memang sudah menyatu, dan akan jauh lebih mudah mereka yang sudah jadi pakar di dunia ‘offline’ untuk meleverage communication reach nya lewat blog.
Coba juga cek link ini, studi menarik yang luar biasa tentang 1200-an blog di dunia, by Technorati : http://technorati.com/blogging/state-of-the-blogosphere/
thanks 🙂
Comments are closed.