Naked Conversation: Kenapa Perusahaan Takut Ngeblog?
Blogging bagi banyak orang hanya soal sepele. Mau ngobrol apa saja juga bisa, tak perlu terlalu banyak pikiran aneh-aneh. Tapi lain halnya dengan perusahaan. Yang jelas, perusahaan bukan milik satu orang saja, dan cara interaksinya dengan pihak lain adalah tidak sama dengan komunikasi tingkat personal.
Naked Conversation mendaftar tujuh alasan kenapa perusahaan takut memulai blog. Mari kita bahas satu per satu.
- Komentar Negatif (Negative Comments). Perusahaan mana coba yang suka dijelek-jelekkan? Tapi perusahaan tersebut lupa, bahwa cepat atau lambat, jika mereka memang jelek pasti akan mucul komentar jelek. Blog hanya salah satu kanal yang sebenarnya malah lebih bisa dikontrol. Dikontrol tidak dalam artian dihapus atau dimoderasi selamanya, akan tetapi dijawab secara langsung di tempat yang sama.Percaya atau tidak, ternyata komentar dalam blog perusahaan cenderung lebih sopan daripada komentar yang ditulis di tempat lain. Bagi yang berpikiran positif, komentar negatif adalah βtough loveβ seperti jeweran seorang ibu pada anaknya yang nakal. Jika perusahaan tidak melakukan hal yang buruk, tak perlu takut dengan komentar negatif. Masih ada Hancock effect. Mungkin saja customer loyalty (customer evangelists) Anda akan turun tangan memberikan pembelaan.
- Membeberkan Rahasia (Disclosing Confidential Information). Ya, perusahaan takut bahwa blogging bisa (tak) sengaja membuat resep atau skandal rahasia perusahaan tersebar. Sebenarnya bukan hanya blogsaja yang harus diwaspadai sebagai sumber kebocoran. Kanal-kanal lain yang lebih jauh dari publik justru bisa jadi lebih berbahaya. Walau memang kekhawatiran kebocoran rahasia lewat blog adalah nyata, sebenarnya efeknya telah dibesar-besarkan oleh FUD (Fear, Uncertainty and Doubt). No one really sure, not?
- Tidak ada ROI (No ROI). Perusahaan takut, blogging jelas-jelas akan makan waktu sementara tidak menghasikan Return of Investment. Padahal ROI mutlak vital sifatnya bagi perusahaan.Sebenarnya, banyak juga aktifitas perusahaan yang tidak menghasilkan ROI. Seperti press release, undangan CEO menjadi pembicara, brosur profil perusahaan, dan lain lain. Tapi hampir semua paham bahwa aktifitas tersebut adalah investasi jangka panjang. Bloggin juga bisa dianggap investasi jangka panjang sebagai bagian dari bentuk goodwill, kontribusi non-profit, atau layanan pada komunitas. Bahkan blogging bisa dianggap perpanjangan brand, jika kita mendefinisikan brand sebagai: apa yang orang rasakan tentang perusahaan Anda
Bagaimana? Itβs not all bad. Indeed, memang ada resiko yang harus di-manage. Tapi bukannya selalu begitu? Bahwa setiap langkah perusahaan adalah permainan resiko. Bahkan mungkin ada yang bilang: greater risk leads to greater profit π
PS:
- Katanya tujuh, kok di atas cuma tiga? Yang tiga gratis, sisanya bayar dong. Kidding? Empat sisanya boleh ditagih minggu depan π
- Buku yang dibahas di atas adalah Naked Conversation
13 thoughts on “Naked Conversation: Kenapa Perusahaan Takut Ngeblog?”
Prinsip selling : Klo udah ngerasa nggak butuh, dibujuk2 terus mlh jadi resist. Mereka akan mencari saat butuh, saat itu blog bisa ditawarkan utk jd solusi.
perusahaan takut ngeblog, karena mereka takut jam kerja pasti bakal berkurang banyak..
karena mereka tau, ngeblog itu bisa bikin addicted..
karena mereka tau, ngeblog bisa bikin karyawannya lupa waktu
dan yang paling penting adalah, image ngeblog kan ‘apa adanya’ atau ‘as is’ sementara perusahaan kan, ga bisa begitu.. mereka punya image yang harus dibikin dan dijaga π
kecuali, kalo perusahaan itu adalah perusahaan blogging π
@billy
Perfect.
Hayo kerja…kerja! Ngeblog mulu, π
bisa aja blogging pas jam kosong. kaya perusahaan skimkotputih juga ada blognya. sodara saya pernah disuruh isi blognya(karyawan disana sih).
Kalo kata pak Nukman: “…corporate culture adalah penghambat utama corporate blogging…”
Kalo perusahaan terbiasa ‘tertutup’ maka akan sulit untuk memulai sebuah blog yang identik dengan prinsip keterbukaan. Kalaupun punya blog, biasanya garing dan terkesan ingin menampakkan ‘yang bagus-bagusnya saja’. Ya itu, takut menerima komentar yang negatif…
Dear Navinoters and navinot.:)
Quote
Percaya atau tidak, ternyata komentar dalam blog perusahaan cenderung lebih sopan daripada komentar yang ditulis di tempat lain.
Unquote
Kata siapa ini? adakah yg pernah meriset atau sebatas observasi navinot?
Perusahaan takut py blog kira:
1. Budaya perusahaanya yang emang masih merem era web 2.0
2. Tidak punya sumber daya untuk memanage blog karena ngurus blog juga butuh energi loh, iya kan?
3. Parno terhadap komentar minor juga sangat mungkin
4. Orientasi perusahaan masih duit melulu.
Klaim tersebut saya ambil dari bukunya, disertai pemikiran bahwa tamu cenderung sungkan (polite) sewaktu berbicara di rumah tuan rumah. Beda dengan kegiatan menggosip yang tidak dilakukan di depan korban gosip, yang cenderung blak-blak-an atau kejam π
mikir kerjaan aja ampe lembur, apalagi ditambah ngeblog. musti tambah divisi khusus ngeblog
Sebuah kasus unik baru2 ini, Astra Honda Motor (AHM) sebagai salah satu ATPM sepeda motor terbesar di indonesia, tempo hari mengadakan gathering dengan para blogger otomotif roda dua dan pengamat di bidang ini. Sebuah tindakan yang berani dan patut diberi pujian mengingat apa yang diperbincangkan dalam blog biasanya sangat pedas (kalo ga boleh dikatakan kejam). Apalagi AHM selama ini bagi kalangan biker dianggap pelit teknologi dan inovasi, padahal dari segi harga sangat tinggi untuk produknya (bayangkan mesin GL series yg sudah sangat berumur, dr GL Pro sampe Tiger Revo yg doyan ganti baju). Sudah dapat dibayangkan apa isi dari gathering tsb.
Tetapi sepertinya AHM mulai belajar membuka diri terhadap kritik dan pandangan para blogger. Dari sisi yang lain, saya yakin bahwa perusahaan2 seperti AHM, YMKI, dan lainnya sebenarnya sudah ngikut ngeblog secara bawah tanah, terlihat dari beberapa antek2 perusahaan yg aktif di dalamnya.
Saya sih cuma 1 aja mikirnya sekarang. Mudah2an banyak blogger yang menduduki tampuk kepemimpinan sebuah perusahaan. Dari yang sudah2 sih kalau memang iya, lebih gampang mengajak perusahaan ngeblog.
@ Toni : Hmm mengutip isi buku naked conv itu. Logika yang diajukan Toni bisa diterima, tapi itu untuk kondisi face to face secara fisik. Inikan berbeda, walaupun tamu berkunjung, tetap saja mereka tidak berkomunikasi secara langsung dan verbal.
Mungkin perusahaan melihat penetrasi pengguna internet di Indonesia masih kurang… jadi ya dianggap komunitas kecil2an aja yang suaranya juga kecil ^^
Wah malah sebaiknya ngeblog jadi bisa lebih “dekat” dengan pelanggannya… CMIIW
Comments are closed.