Bukan Takut, Tapi Perlukah?
Dalam prakteknya, social media sudah terbukti sukses untuk membangun komunikasi yang lebih horizontal dan terbuka. Tren ini tidak luput dari pengamatan para pemasar dari perusahaan ternama, sehingga partisipasi mereka di dunia maya jadi semakin terasa.
Banyak juga yang berpendapat, bahwa social media yang serba terbuka membuat sebagian perusahaan enggan, atau bahkan takut untuk berpartisipasi. Sebenarnya apa memang perlu untuk berpartisipasi di social media?
Tergantung barang atau jasa yang ditawarkan, dampak social media bisa terasa langsung. Contohnya barang-barang seperti elektronik bisa mendapatkan ulasan di dunia maya lewat tulisan para blogger. Lain halnya dengan barang pokok atau komoditi yang hanya begitu-begitu saja.
Mengingat Indonesia masih dalam tahap transisi, perilaku konsumen juga masih dalam tahap perubahan. Yang awalnya gaptek, kini mulai melek teknologi, termasuk dalam penggunaan internet. Bila internet sendiri masih terbilang baru, apa mereka sudah siap untuk social media?
Karena jumlah pengguna yang masih kecil, praktek segmentasi di dunia marketing membuat target jadi semakin sempit. Ujung-ujungnya jumlahnya tidak lagi pantas untuk diperjuangkan. Bahkan dari hasil segmentasi, penetrasi tidak selalu 100%.
Alasan klasik lainnya adalah social media tidak terlalu jelas dalam hal ROI. Selain praktek social media sendiri adalah barang baru dan masih misterius bagi banyak orang, hasil yang diperoleh juga tidak selalu jelas.
Konsumen di dunia maya lebih indentik untuk lebih berpendidikan, oleh karena itu juga lebih rentan dengan trik marketing yang sudah kuno, sehingga perlu banyak inovasi dari sisi pemasar. Bahkan iklan dalam bentuk banner sudah tidak semanjur dulu.
Dari beberapa kasus di atas, terlihat bahwa perkembangan internet di Indonesia masihdalam tahap transisi, sehingga perusahaan belum merasa perlu untuk berpartisipasi secara serius, bukan takut.
Apakah kamu merasa masyarakat maya kita sudah siap?
4 thoughts on “Bukan Takut, Tapi Perlukah?”
kalo menurut saya, usaha2 di Indonesia, khususnya UMKM lebih baik menggunakan fasilitas2 begini, seperti blogs dan juga social networking untuk pemasaran produknya.. kenapa? supaya lebih mudah lagi penetrasi pasar
Tambahan lagi, sukses jualan bergantung banyak hal, bukan skedar marketing. Ini bikin celahnya makin sempit. Jd emg utk smentara penggiat net harus maklum dgn sikon. Tdk perlu menjustifikasi perusahaan begini atau begitu sbg penyebab. Wong team marketing mereka tu sbenarnya pinter2 kok. Klo emg blm perlu, dibujuk2 kyak gimanapun ya tetep aja lewat.
semua saluran komunikasi perlu dicoba satu2 kalo emang baik diterusin, tapi kalo merugikan ditinggal aja. gampangkan???
Mungkin masyarakat maya kita masih dalam proses adaptasi. Namun, lambat laun masyarakat maya kita akan siap dengan partisipasi perusahaan di sosial media, khususnya di internet.
Comments are closed.