Facebook Berusaha Menjadi Twitter?

Facebook Berusaha Menjadi Twitter?

nyt

Mengamati perubahan tatanan homepage Facebook yang baru, bisa diambil kesimpulan bahwa Facebook tidak mau ketinggalan dengan tren microblogging. Meskipun ini bukan berarti sepenuhnya, Facebook bisa saja menggunakan trik microblogging untuk meningkatkan interaksi diantara penggunanya yang ujungnya adalah pageview tambahan dan revenue. Entah iya atau tidak, apa kira-kira alasan Facebook untuk melangkah ke arah ini?

Perkembangan Twitter yang semakin pesat di akhir-akhir ini semakin mengukuhkan bahwa tren microblogging tidak bisa dianggap remeh. Indonesia sendiri juga tidak ketinggalan dengan demam microblogging, terbukti dengan semakin menjamurnya berbagai layanan lokal. Pada dasarnya, microblogging merupakan salah satu alat untuk menerbitkan konten dengan cepat dan caranya terbilang sangat mudah. Serunya lagi, aktifitas ini diikuti dengan berbagai tanggapan dari jaringan sosial kita, yang sifatnya lebih cepat daripada blog, dan bahkan lebih nyaman dilakukan lewat perangkat mobile.

Dari tatanan Facebook yang lama, sudah mulai terlihat gerak-gerik pengguna yang semakin mengarah ke microblogging. Pengguna menggunakan fitur status update untuk berbagi dan interaksinya juga terasa. Frekuensi penggunaan juga tidak diharapkan serapat microblogging, dan lebih bersifat status, bukan berita. Tapi karena pengguna menginginkan hal lainnya, maka Facebook tidak perlu lagi bingung tentang posisinya di dunia microblogging. Dengan menumpang tren Twitter, Facebook bisa memanfaatkan penggunanya untuk menjalankan fitur microblogging-nya, sekaligus berhadapan langsung dengan Twitter.

Nampaknya tiap perubahan tidak selalu berdampak positif, termasuk dengan tatanan Facebook yang baru ini. Sebagian berpendapat bahwa pergantian status di Facebook seharusnya lebih jarang dan lebih bermakna. Lain halnya dengan microblogging yang jauh lebih sering dan tidak penting.

Sebagai seseorang yang normal dengan ratusan (bukan ribuan) teman, deras arus informasi di Facebook yang baru jadi semakin susah untuk diikuti. Bila melewatkan satu hari tanpa Facebook, bisa ketinggalan berita terbaru dari kalangan sosial kita. Ini juga karena kecenderungan saya untuk tidak menelusuri melewati halaman pertama.

Noise di deretan berita jadi semakin banyak dengan adanya dukungan aplikasi dari pihak ketiga, seperti Tweetdeck dan aplikasi-aplikasi survei lainnya, yang diperbolehkan menyisipkan pengumuman di news feed Facebook. Jadi semakin banyak noise deh!

Untungnya, fitur filter yang ada di kiri atas halaman utama mempermudah kita untuk menyeleksi berita dari kelompok tertentu saja. Konsekuensinya adalah, anda sebagai pengguna harus rajin mengelompokan teman anda berdasarkan kategori agar gampang diikuti. Hal lain yang perlu diawasi adalah untuk menerima teman yang benar-benar teman, sehingga berita yang diterima lebih bersih dari noise.

Setelah jelas posisi Facebook dan Twitter, tampaknya Twitter sudah bukan lagi target akuisisi Facebook. Entah langkah ini benar atau salah, apa pendapatmu dengan langkah Facebook yang mengarah ke micorblogging ini?

25 thoughts on “Facebook Berusaha Menjadi Twitter?

  1. saya lebih suka pakai status facebook sebagai microblogging dari pada harus daftar account ke banyak layanan ribet ngurusnya.

  2. kalo twitter bukan lagi target akuisisi,, berarti sekarang facebook saingan dong sama twitter..

    btw,, coba cek, jangan2 ada orang2 twitter yang ‘nyasar’ ke facebook πŸ˜€

  3. dan ternyata bukan hanya Facebook lho, Yahoo dan AOL juga kabarnya akan segera merilis “lifestream” a.k.a status updates a.k.a microblogging buatan mereka πŸ˜‰

  4. Pendapat saya: setuju sekali πŸ˜€

    Daripada login ke banyak service sekaligus, lebih baik login ke satu tempat yang yang melayani berbagai hal. Y!M saja sudah mulai dipensiunkan nih. Facebook chat lebih menarik πŸ˜›

    Terlebih lagi, pengguna dari indonesia masih jauh lebih familiar dengan facebook ketimbang twitter. πŸ˜€

    Tapi benar juga apa kata Ivan. Pertukaran datanya jadi ramai sekali πŸ™ Kira-kira kalau sudah menjadi “terlalu ramai” dan menyebalkan, apa yang akan terjadi y?

  5. Kalau mau block incoming feed mah ga usah pake list, tinggal point feed terus X itu akan hide people, kalau mau balikin sewaktu2 dibawah ada See Hidden Friends. kalau block Outgoing feeds baru pake list.

    I think it’s not like FB following Twitter, it just because microblogging is a part of social networking. So Twitter feature is part of FB feature.

  6. orang mendaftar facebook kan emang untuk social networking saja bukan microblogging tho?
    πŸ˜‰
    paling ntar facebook bakal di tinggal sama fans nya seperti friendster
    bener2 ga enak di liat halaman home gw
    huh..
    filter ah
    xD

  7. di satu sisi, utk microblogger addict kayak gw, sih suka dengan tampilan yg baru, dan pola life stream yg baru ini. namun di sisi lain, noise memang semakin besar. lebih parah daripada twitter/plurk, ini ditinggal setengah jam saja, post status saya sudah pindah ke halaman 2. akhirnya pengkategorian teman sekarang menjadi kewajiban.

    kalo microblogging memang trend social networking sekarang, ya pastinya nanti semua social media lainnya akan mengarah ke sana. sampai nanti muncul trend baru lagi (entah apa).

  8. Kayanya update status jadi suatu keharusan ya sekarang.
    Seolah-olah kita harus tau apa yang semua temen kita Update. Jadi capek, dengan Facebook yang baru, gue yang Facebook addict ini jadi nge-refresh halaman Home gue tiap beberapa menit sekali… πŸ˜€

  9. Iya… Setuju sekali.. πŸ˜‰

    Tadinya saya juga penganut status Facebook itu harusnya lebih jarang dan lebih ‘penting’. Makanya memang sengaja tidak dihubungkan dengan layanan microblogging yang saya ikuti.

    Dengan facebook baru ini memang agak sulit ‘mengikuti’ berita dari network,yang sebab musababnya sudah disebutkan Ivan diatas. Tapi mungkin saja karena saya belum terbiasa dengan perubahan facebook ini..

    *curhat :-p*

  10. Menguntungkan pengguna net intensif ya, …atau memang ‘memaksa’ user jd pengguna intens dgn makin perlunya filter dll? Hmm…, newbie skeptis konservatif spt saya jd makin malas ngekutin trend.

    *mengurung diri di blog sdr*

  11. Dari awal saya kurang begitu suka dengan arus informasi yang “berlebihan” ini. Jadinya saya tidak pernah mengamati newsfeed. Dan jarang – jarang login di FB.

    Btw, bukannya lebih tepat kalo Facebook jadi FriendFeed? *dan FriendFeed originally copy from Twitter

    *lupa ngutip dari tulisan siapa…

  12. saya juga kurang begitu suka dengan terlalu banyaknya noise di FB homepage, khususnya noise dari aplikasi semacam kuis, dll…

    btw, kalau saya lebih prefer update status di FB via Twitter (dkk), karena sudah ada fitur integrasi di FB dengan Twitter, del.icio.us, Flickr, dll… mungkin ini juga salah satu alasan mengapa FB mungkin tidak perlu mengakuisisi Twitter, dll…

  13. setuju sama andy orangemood, microblog juga bagian dari social networking.. dan masalah noise ya di filter aja toh, atau jangan di baca hahaha

  14. Hmm… hari ini koq rame banget yah. Pada turun gunung semua nih πŸ™‚

    @Muntoha – Betul, kalo dari satu tempat bisa semua, FB pasti menang.

    @Iang – Yup, Quiz itu yang jengkelin.

    @Billy – Twitter memang sudah menjadi target, tapi karena FB sudah melangkah ke sini, maka FB sudah tidak akan tertarik akuisisi Twitter. Itu saja…

    @Rama – Betul! Tidak bisa bayangin banyaknya uupdate kecil2an.

    @Fikri – Say amalah menjauh dari FB chat πŸ™‚ Ga ada Boss protection soalnya. heheheh.

    @Andy – Ibaratnya begini. Aku mau tau update kamu, I like you, I even love you, but not that much! Kalau kamu ada kang dao apa, aku mau follow. Tapi kalau kamu tiap kali kentut kamu tweet, ya males follow. Bahkan nanti good stuffnya malah kelewatan. πŸ™‚

    I understand your point, killing it is not always the perfect solution.

    @Randu – Bener, kalau keterlaluan, bisa-bisa kasus Friendster terulang.

    @Ibnu – Anda membandingkan apel & jeruk πŸ™‚

    @Pitra – Betul! Kategori teman jadi wajib. Pasti semua tidak mau ketinggalan, seperti Rama bilang, bakalan lebih banyak lifestream.

    @Raditya – Itu dia tujuannya, increase in interactivity. Tapi updatenya masih optional koq, tidak dipaksa.

    @Ariawan – Yoi! Tapi sebagai FB untuk tidak melangkah ke arah sini juga salah lho.

    @BudiTyas – Kalo ga ikutan tren ya jadi ketinggalan. Bukannya salah, tapi emang life is a choice. πŸ™‚

    @Okto Silaban – FB lebih tiru Twitter, bukan Friendfeed.

    @Sigit – Harusnya ada option untuk remove the app feed yg annoying.

    @Richard Fang – Masalahnya metode filteringnya masih belum 100% sempurna. Boleh lah, belom pas saja.

    Thanks all! For the great comments!

  15. Buat yang friend-nya ratusan, yang jarang apdet bisa tertimpa oleh info lainnya. Itu tadi, noise-nya jadi banyak sekali, nanti bisa membingungkan. Terutama buat pengguna yang agak… gaptek. πŸ˜›

    Saya sih tipe orang yang mengganti status jarang sekali. πŸ˜€

  16. Saya melihat Mark Zuckenberg selaku pemilik Facebook ingin mengadaptasi kesuksesan web lain, seperti Twitter untuk menyempurnakan fitur yang dimiliki Facebook, sehingga dapat menarik lebih banyak user.

Comments are closed.

Comments are closed.