Connecting The Dots
The Dip seperti yang sudah kita bahas sebelumnya adalah cekungan yang memisahkan nomer satu dan nomer dua. Dan seperti yang kita tahu, nomer satu dan nomer dua bisa diibaratkan bumi dan langit. Teori The Dip ini simple. Berhentilah pada saat yang tepat dan jangan menyerah di tengah dip menuju kesuksesan. Semua orang sudah tahu, tapi pertanyaannya adalah bagaimana kita tahu bahwa kita sedang berada dalam suatu Dip, dan bagaimana kita tahu saatnya berhenti?
To be extreme, The Dip memisahkan the the winner and the loser. Oleh karena itu The Dip bisa ditengarai dengan adanya kelangkaan, yang merupakan tempat tinggal sang pemenang. Ya hanya pemenang yang bisa tinggal di tempat langka. Misalnya dalam daftar 500 perusahaan terbesar di dunia. Jadi, jangan berhenti jika Anda memang sedang berjalan ke tempat langka. That’s The Dip, dengan kesuksesan menanti di baliknya.
Tunggu dulu, bukannya kita tidak akan tahu benar kelangkaan mana yang merupakan The Dip yang sebenar-benarnya? Bukankah kita hanya tahu setelah kita menjalaninya? That’s right. Kandidat The Dip harus kita pilih. Harus kita tentukan batasan-batasan kapan kita harus berhenti melewatinya. Why is that? Kenapa kita harus memilih berhenti jika kita telah yakin bahwa yang sedang kita lalui adalah The Dip. Karena ada banyak Dip yang bisa dipilih. Know who you are, know when to stop. Tentukan sebelum Anda berjalan supaya Anda tidak terjebak dalam kuldesak/jalan buntu (hint:baca The Dip). Anda harus siap menahan napas 5 menit jika memang The Dip yang Anda lalui adalah sungai bawah tanah sepanjang 5 menit. Jika Anda sudah punya batasan tahan napas selama 2 menit, sebaiknya Anda berhenti setelah tidak ada tanda-tanda tempat mengambil napas dalam 1 menit. Well, sebenarnya Anda bisa memilih: tenggelam di tengah jalan, atau live long enough untuk melewati Dip yang lain.
Sekarang yang perlu disiapkan adalah strategi dan determinasi (keteguhan) dalam melewati The Dip. Berusaha sekuatnya dengan memperhatikan tanda yang telah ditetapkan sebelumnya untuk berhenti. Bisa berarti alokasi modal, atau keadaan pasar.
Lho, mana katanya connecting the dots? Sudah baca wawancara DailySocial dengan KrazyMarket? Tidakkah KrazyMarket tampak crazy karena memasuki dunia retail online? Kita pasti tahu, e-commerce di Indonesia tidak se-kondusif di luar negeri. Tapi kenapa KrazyMarket tetap saja menerjang. KrazyMarket mungkin tahu, ini adalah The Dip. Hey, Bhinneka saja bisa sukses. Kenapa KrazyMarket tidak? All it needs to do is quickly pass through The Dip or stay alive long enough to gain the first player benefit 🙂
Such an easy theory to spell isn’t it? Well, seperti kata Andy OrangeMood. Cepat kaya itu bukannya mustahil, but it won’t be anywhere near easy 🙂
3 thoughts on “Connecting The Dots”
strategi KrazyMarket untuk mengubah pengguna konvensional untuk go online itulah yang menurut saya agak sedikit krazy.
Bukannya tdk mungkin, cuma, layak scr bisnis tidak? Edukasi pasar itu mahal dan lama lho, pa lagi e-commerce di sebuah negara dimana pedagang dibayar dgn beras atau ayam masih marak di pasar2 tradisional. Kalo nafasnya nggak panjang, tongkat estafet dpt berpindah tangan kapan saja.
Klo menurut saya sih pasar online model indonetwork itu cocok utk indonesia, cm masalahnya, indonetwork sudah ada je. Mo bersaing gpp juga sih. Kemungkinan menang selalu ada. Pa lg skr indonetwork berbayar kayaknya.
Bhinneka punya toko offline juga, jadi nafasnya bisa lebih panjang hehehe^^
Klo e-commerce murni di Indonesia dengan pasar lokal rasanya masih sulit.
Comments are closed.