Shifting (Back) to Desktop
People hate being alone, setelah mereka tahu ternyata bersama-sama bisa membuat apapun lebih meriah. Manusia memang tidak bisa lepas dari takdirnya sebagai makhluk sosial. Mereka ingin dan senang berkomunikasi dengan yang lain. Tentu saja, pengetahuan manusia sendiri yang menjadi batas penentu sejauh mana interaksi ini bisa terjadi.
Boom terkini adalah internet. Internet menjadi enabler sehingga manusia bisa berkomunikasi dengan lebih banyak orang, melewati batas ruang yang ada sebelumnya. Yang dulunya hanya bisa berbicara dengan tetangga, kini bisa berkirim e-mail atau bertatap muka langsung via teleconference baik dengan tetangga di samping rumah atau di belahan dunia yang lain. Tren aktivitas bergerak ke arah internet -wide interaction. Lalu siapa atau apa yang bisa menfasilitasi tren dan aktivitas ini?
Yang bisa memenuhiย tentu saja web. Desktop app tak pernah bersifat social. Desktop app pernah menyediakan tempat berkumpul, tapi bukan tempat beraktifitas. Limewire, P2P app tempat orang berbagi file bukan sambil berbagi file. mIRC, orang berkumpul untuk berbincang bukan sambil berbincang. Flickr, tempat orang mengunggah foto sambil berbagi foto. Delicious, tempat menyimpan bookmark sambil berbagi bookmark. Google Reader, tempat orang membaca feed sambil berbagi hal-hal menarik. Desktop app was good, but it has never been as much fun and useful as web.
Web saat ini adalah tempat interaksi terjadi. Itโs where people are going. Begitu dominannya sampai media tradisional pun merasa terancam. Terutama bisnis cetak yang siklus pembaruannya tergolong paling lambat dibanding media lain. Orang-orang benci hal-hal yang tidak baru. Tak ada yang ingin membaca berita hari kemarin. Apalagi jika kita bisa membaca berita yang terjadi saat ini, sekarang juga. People love new stuff. Web is the new Desktop.
Dan para pengembang pun berlomba-lomba membuat web semakin mudah digunakan. Javascript bahkan sudah berkembang jauh dari apa yang pernah dibayangkan. Yang semula sekedar jadi tambahan, sekarang menjadi persyaratan mutlak dari aplikasi web interaktif. Pada level tertentu perannya telah setara dan bahkan lebih ekstrim dari Flash. Semua orang berlomba membuat apa yang dulunya ada di desktop menjadi available di web. Code editor, game, 3D effects. You name it.
Tidak berhenti sampai di situ, pengembang pun meneruskan usahanya membuat web lebih personal. Permulaannya hanya dengan membungkus aplikasi web dalam suatu container/jendela tersendiri. Mozilla memiliki Prism, dan Mac dengan Fluid seperti mengeluarkan aplikasi web dari browser. Layanan kini tidak terkungkung dalam web, or should I say browser. Kini aplikasi tersebut serasa aplikasi desktop karena memiliki window tersendiri, tanpa mengetik URL, dan lain-lain ciri-ciri aplikasi web.
Belakangan ini, platform-platform baru bermunculan dan memindahkan apa yang sebelumnya di web ke dalam desktop. Terfasilitasi dengan keterbukaan aplikasi web lewat API, semakin banyak aplikasi web yang di-port ke desktop. Twitter menjadi salah satu layanan yang mempopulerkan platform semacam Adobe AIR dan Titanium App. Kita lebih suka memakai Tweetdeck atau Seesmic daripada UI versi web milik Twitter, PowerTwitter ataupun Twitter UI versi web lainnya. Flickr Uploader versi desktop pun menjadi pilihan utama, setelah uploader versi web-nya. Picasa menjadi pelengkap contoh yang lain. Dan tanpa sadar kita pun kembali ke: desktop.
Tapi apakah sebenarnya kita benar-benar kembali ke desktop? Ataukah ini hanya persoalan tren saja. Kita lihat, kenapa orang memilih aplikasi desktop dari pada versi asli yang terletak di web.
- Feature richness. Walaupun kita bisa membuat aplikasi web yang kaya interaksi, tetap saja lingkungan desktop punya lebih banyak fleksibilitas. Ini bisa menjawab mengapa klien Twitterย versi desktop lebih diminati. Atau mungkin developer web saja yang malas membuat aplikasi twitter yang mumpuni.
- Browser detached. Tidak semua orang ingin membuka browser tiap kali melakukan sesuatu. Dengan melepaskan dari browser, aplikasi bisa dibuat lebih personal dan streamlined. Membuang apa yang sebelumnya spesifik pada browser namun tidak berguna bagi aplikasi.
- Personal taste. Setiap orang tanpa banyak pikir akan mengejar apa yang lebih cocok dengan dirinya.ย Bisa jadi orang-orang telah bosan melihat kotak browser, atau karena versi desktop simply more useful daripada tawaran aplikasi versi web.
Oke, sekarang giliran Anda. Kemana sebenarnya tren ini bergeser? Faktor apa yang mempengaruhi pergeseran tren?
Khusus untuk Kontes Berpikir Kritis 2009, coba ulas aplikasi paling keren, baik web atau aplikasi desktop yang masih berhubungan dengan web. Kenapa aplikasi tersebut keren? Jangan lupa trackback ke artikel ini. Ready? Go!
31 thoughts on “Shifting (Back) to Desktop”
Salam,
Saya percaya kalau aplikasi web akan menjadi program utama yang akan dipakai dimasa depan. Walaupun program dekstop tidak semerta-merta ditinggalkan begitu saja.
Menurutku aplikasi desktop akan terintegrasi dengan Internet sehingga user bisa lebih nyaman memakai aplikasi web.
Faktor apa yang mempengaruhi?
Aku berpendapat bahwa teknologi seperti javascript yang disebutkan diatas dan pesatnya perkembangan situs jaringan sosial adalah faktornya.
Go NavinoT!
Trims.
Aplikasi desktop akan selalu mengiringi pertumbuhan aplikasi web yang dipastikan akan terus berkembang pesat dengan segala kemutakhirannya.
Kombinasi dari keduanya akan memperkaya pilihan pengguna sesuai dengan selera dan kebutuhan serta kenyamanan setiap individu
Yang saya rasakan sendiri adalah, masih adanya pemahaman akan koneksi web yang lambat, mahal, dan insecure.
Dengan desktop, saya merasa apa yang saya kerjakan masih dalam genggaman tangan. Masih dalam koordinasi saya.
Bertolak belakang dengan apa yang ada di web apps. Walaupun berkali kali web admin menyatakan AMAN, tapi masih saja saya berpikir itu insecure.
Selain itu, pemahaman bahwa internet itu mahal dan lambat ikut mempengaruhi cara berpikir otak kita. Walaupun jaman sudah berubah, internet sudah murah dan cepat, ya masih saja. kalau kita melihat web apps, ya masih saja kita terpaku pada pemikiran di masa lampau.
Jadi, bisa saja pengembang web terus meluncurkan new product, tapi desktop akan selalu mendapatakan tempat di otak manusia.
Jadi mari mengedukasi masing masing diri
Yah, dengan makin tersedia dan makin berkualitasnya koneksi, limitasi browser bisa jadi bottle neck untuk pengembangan aplikasi ke depan. Orang kemudian berlomba2 membuat aplikasi desktop utk mengenhance aplikasi netnya, sebenarnya itu adalah tanda bahwa mereka tdk cukup puas dgn kemampuan browser yang ada. Bagi yg sering menggunakan web app tertentu, desktop versionnya jd lebih menarik krn lebih cepat, lebih spesifik, lebih kaya, dan tentunya, lebih terhindar dari virus.
Klo browser ibarat bus umum yg harus taat mengikuti aturan bersama (termasuk limitasinya), desktop app bisa didesain sebebas – bebasnya. Katakanlah menjadi sedan mewah contohnya.
apa yang membuat desktop apps lebih terhindar dari virus daripada web apps?
justru desktop apps sangat berpotensi terjadi malfunction (salah satunya karena terinfeksi virus) yang tentu saja sangat mengganggu. beda dengan web apps, bila terjadi malfunction pada client, kita tinggal hit refresh aja dan semua akan kembali seperti semula.
desktop apps lebih rentan virus daripada web apps,,,,
kenapa?
karena apabila web apps terkena virus,maka dengan cepat pengembang atau pembuat apps tersebut segera memperbaiki nya,,,,
cuz hal ini menyangkut reputasi dimata publik internasional,,,,
Kalau saya kebanyakan masih lebih suka memakai interface di browser, kenapa ya? Terkadang jadi terlalu banyak stand-alone app yang bikin desktop justru jadi cluttered dan harus dijalani. For example, I prefer opening Twitter, Flickr or Plurk from their web-based UI. Maybe just me.
tetep infrastruktur utamanya adalah internet, cuma nanti gadget yg digunakan bisa komputer desktop, mobile devices, tv, microwave, kulkas, kompor dsb.
Sampai sekarang saya belum menemukan web-apps yg stabil untuk chatting secara conference. Lebih kenceng dan stabil memakai versi desktop spt YM.
Saya juga pake Tweetdeck dan WOW… Cool Features!
Saya rasa, penyebab pengguna kembali ke desktop adalah kecepatan dan kemudahan. Sekeren apapun aplikasi web, masih tetap lebih cepat dan mudah aplikasi desktop.
Contohnya: Saya pribadi menggunakan flickr uploadr karena jauh lebih mudah dan praktis jika mengunggah photo (apalagi dalam jumlah besar) ke flickr menggunakan flickr uploadr daripada membuka halaman browser, login, dsb dsb.
Bukankah alasan para pengguna desktop app berbasis web seperti tweetdeck juga sama? dari pada riweuh login ke flickr dst dst, lebih baik update status via tweetdeck saja.
Tren ini tidak akan bergeser dude.
Kalau dari sisi pengguna, tidak semua orang punya akses untuk instal desktop app di komputer mereka, contohnya orang kantoran. Tentu saja hal tersebut membuat mereka harus puas dengan aplikasi web. Lain cerita dengan yang punya akses penuh.
Dari sisi aplikasi, kita bisa lihat Yahoo Chat yang terus menyediakan messenger versi desktop (khusus untuk platform Windows –terlepas dari OSS app yah) dan versi web-based (platform independent), sejak jaman Internet di Indonesia masih lambat (, sekarang juga masih lambat deng).
Web-based application identik dengan internet. Internet identik dengan platform-independent.
Harga mati (juga keunikan) yang membuat Internet, in my very humble opinion, Anti-Trend.
Internet itself is a definitive Trend.
Meskipun ada aplikasi desktop yang dibawa ke web, tapi tidak sebaliknya. Kayaknya, ga ada aplikasi web yang benar-benar dibawa desktop (kalaupun ada, setuju dengan Rama, pasti bawa-bawa Internet juga, hehe). Aplikasi desktop cuma client (ya….sama seperti si browser itu).
Air dan Silverlight, menurut gw, berusaha membuat browser-dalam-tanda-kutip (baca: client) yang dipersenjatai perangkat teknologi vendor-spesific –yang ga ditemukan di browser konvensional.
Intinya mah aplikasi desktop dan aplikasi web bersahabat. ๐
Kalo kantoran ya ga boleh install lainnya donk, malah ga kerja nanti. ๐
Betul, lebih cocok kalo desktop & web jadi lebih ‘bersahabat’.
apapun bentuk teknologinya, yang bakal impact banyak ke cara kerja atau cara kita berinteraksi dengan komputer adalah disconnected model.
Google sudah menunjukkan kemampuannya di google docs dsb untuk mampu melayani penggunanya di saat offline sekalipun. Microsoft juga mulai menekankan fokusnya terhadap masalah sync-ing antar device dari live mesh dan sync framework-nya.
Kayaknya ke depannya status online atau offline akan menjadi sebuah kontinuum. Aplikasi-aplikasi akan dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi highly available ketika dibutuhkan dan providing rich interaction ketika memungkinkan.
Saya setuju banget, offline support bakalan jadi kuncinya. agar pas internet mati, kerjaan masih jalan.
Menurut saya bukan bergeser tapi lebih kepada bagaimana memuaskan pelanggan.
Perkembangan teknologi Javascript sudah mulai memuaskan para pengguna web apps dan developer web apps.
Dari sisi interface memang diarahkan ke desktop untuk lebih memudahkan pengguna web apps tetapi dari system dan logic ya tetap web apps.
Beda orang beda gaya beda keinginan, semua orang beda kemauan.
tren bergeser dari flesibilitas dan fitur yang ada. seperti facebook vs friendster menurut saya orang lebih suka facebook karena tampilan simple dan fitur banyak sehingga memanjakan penggunjung. Myspace mulai ditinggal karena terlalu ribet untuk membuka dan terdapat streaming musik yang membuat lambat untuk dimuka.
faktor yang mempengaruhi tren adalah media massa baik cetak, electronik. Media menjadi salah satu faktor nomor wahid dalam hal ini, tak kenal maka tak sayang media massa muncul akhirnya menjadi terkenal. Begitu pula tren biasanya muncul dari rasa bosan sehingga ingin hal yang baru itu sifat hormal manusia, “tidak mau kalau cuma satu saja pasti selalu ingin lebih”
Again, trackback saya blum masuk-masuk nih. Padahal sudah di publikasikan dari kemarin. Manual saja lah ๐ :
http://fikrirasyid.com/from-desktop-to-web-daftar-aplikasi-desktop-untuk-web-yang-saya-gunakan/
Pertanyaannya: apakah betul sudah terjadi pergeseran tren? Apakah ada data statistik yang mengungkapkan hal tersebut? Bagaimana proses samplingnya? Apakah datanya bisa dipertanggungjawabkan?
Premis ini mesti dijawab dulu sebelum bisa menjawab pertanyaan selanjutnya, “kenapa”?
Hehehe (gak akan menang kontes harian nih ๐ )
Daus, Yang kita maksud kembali ke desktop adalah aplikasi berbasis Adobe Air, seperti Tweetdeck dan beberapa app lain yang ujungnya tetep balik lagi ke internet. Sudah ada bukti tren-nya, meskipun tidak banyak. Nah .. Kenapa ini yang harus didiskusikan. ๐
Saya sependapat bahwa aplikasi base desktop akan semakin berkembang tapi tetap saja tidak dikatakan bahwa browser akan ditinggalkan. Hal ini mengingat browser digunakan untuk browsing sedangkan desktop akan mentok pada sisi tampilan yang terbatas (ukuran).
Kenapa aplikasi desktop makin digemari. Karena orang cenderung multi task. Orang akan lebih suka menggunakan new tab daripada new window.
Desktop terhadap browser tetap saja berfungsi sebagai shortcut.
hypermedia adalah salah satu kunci utama kesuksesan web apps. penggunaan hypermedia membuat web apps menjadi sangat fleksibel dan scalable dan ini mutlak untuk suatu sistem world wide web.
saya pikir desktop apps akan mengalami tekanan yang jauh lebih berat lagi dari web apps. web apps bakal semakin merajalela mengeruk lahan-lahan yang selama ini hanya dikuasai oleh desktop apps. hal ini didukung oleh semakin baiknya infrastruktur internet, back end (server/cloud), dan perkembangan teknologi pada web browser.
ummm… lagi2 masalah trackback.
http://tentangit.com/2009/04/aplikasi-desktop-tidak-akan-tergantikan-oleh-web-interface/
Satu lagi: http://tentangit.com/2009/05/aplikasi-desktop-yang-patut-anda-ketahui/
saya tetap beralih ke aplikasi web. yach…meskipun kelemahan aplikasi web di kecepatan data akses internetnya. di indonesia termasuk masih mahal untuk sekedar browsing internet. tapi banyak sekali keunggulan aplikasi web dibanding aplikasi desktop yang berhubungan dengan web. saya rasa aplikasi desktop juga bisa berkembang seiring dengan perkembangan aplikasi web.
saya katakan keren untuk aplikasi web karena dalam aplikasi web tidak dibatasi ruang dan waktu. jika orang yang berhubungan dengan aplikasi web, secara fisik memang bisa dikatakan stand alone tapi sebenarnya orang itu telah melakukan komunikasi dengan pihak lain di dunia maya. dari sini, bisa mengembangkan kerja otak seseorang. karena aktifitasnya sering membaca. dan membaca dapat merangsang otak seseorang. ๐
go NavinoT
Tetap saja,,
orang bakal suka ma yang membuatnya lebih nyaman,simpel,dan interesting,,
tinggal dulu2an ajah,,
mana yang lebih maju, mana yang bikin inovasi,,
Bakal ada seleksi di masyarakat,,
time will tell,,
hemm ada yang membuat saya lebih betah dengan tampilan web app itu sendiri, ๐ karena saya suka
trackback : http://raiderhost.info/blog/perjalanan-ini-aku-cinta-dewi.html
Lagi-lagi saya ada kesulitan trackback tidak muncul di artikel ini.
Bisa dilihat komentar atas artikel ini di :
http://kritisibahasaindonesia.wordpress.com/2009/06/18/aplikasi-komputer-untuk-internetan/
atau
http://kritisibahasaindonesia.blogspot.com/2009/06/aplikasi-komputer-untuk-internetan.html
Terimakasih ๐
Comments are closed.