Perbincangan Bisnis Cetak Gratis Bersama Yogi Prasetya

Perbincangan Bisnis Cetak Gratis Bersama Yogi Prasetya

mobmagheader

Dibalik peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia yang dibarengi penurunan tarif internet, bisnis cetak masih terlihat sehat-sehat saja. Bahkan dalam beberapa tahun terkahir, bisnis majalah malah berkembang pesat. Terbukti dari banyaknya majalah baru dengan topik-topik niche.

Dari sekian banyak jenis majalah yang beredar, satu yang menarik perhatian adalah bisnis majalah gratis. Mengapa menarik? Karena pada umumnya biaya terbesar dari penerbitan majalah adalah ongkos cetak, termasuk kertas. Perusahaan penerbitan biasanya mengimbangi langsung dengan bandrol harga, sedangkan nilai keuntungan dihitung langsung dari jumlah pemasukan iklan yang dipotong biaya operasional.

Untuk kesempatan ini, saya mengundang Yogi Prasetya, Business Development Manager dari Mobile Magazine – Majalah cetak gratis yang membahas perkembangan telekomunikasi dan seluler. Perbincangan ini diharapkan bisa memberi sedikit inspirasi tentang bisnis penerbitan, terutama bisnis majalah gratis.

Selamat datang di bincang-bincang NavinoT, mari kita mulai. Apa posisi/jabatan anda di Mobile Magazine?

Posisi saya di Mobile Magazine pada dasarnya adalah seorang jurnalis. Namun dalam prakteknya, saya bertanggung jawab akan banyak hal. Mulai dari melakukan reportase, menulis artikel, mencari klien untuk iklan, serta mengembangkan unit bisnis baru. Maklum, saya termasuk salah satu dari pendiri majalah ini. Jadi harus dapat melakukan banyak hal. Tapi secara struktural dan fungsional tugas utama saya adalah mengembangkan bisnis yang telah berjalan, maupun yang akan dijalankan. Bahasa kerennya adalah Business Development Manager.

Dari liburan saya terakhir ke Indonesia, saya banyak menjumpai banyak majalah baru, dan tidak sedikit yang membahas telekomunikasi dan seluler. Apa yang membuat Mobile Magazine lebih istimewa dari majalah lain yang sejenis?

Banyak! Mobile Magazine adalah majalah free pertama di Indonesia yang tanggap atau fokus terhadap isu-isu di industri telekomunikasi, IT dan gadget. Kita juga menjadi pelopor dalam penyediaan free download magazine lewat situs kita. Jadi yang menikmati majalah kita tak hanya terbatas untuk pembaca yang tinggal di wilayah jabodetabek, tetapi juga terjangkau oleh semua pembaca di seluruh dunia. Sepanjang mereka bisa akses internet dan berbahasa Indonesia.

Mengapa dari awal memilih strategi ‘gratis’?

Pertama, pada waktu itu kita hanya melihat ada peluang atau segmen pasar yang belum digarap di industri media telekomunikasi. Media free khusus telekomunikasi adalah pilihan yang paling tepat. Kita menjadi media free telekomunikasi pertama di Indonesia. Itu membuat kita memiliki posisi unik dibandingkan media telekomunikasi yang dijual.

Kedua, kita melihat ada pangsa pasar/konsumen golongan menengah keatas (potensial market) yang malas membeli media telekomunikasi. Entah itu karena malas membaca atau ribet mencari media-media tersebut. Padahal mereka memiliki potensi untuk membeli atau mengkonsumsi perangkat elektronik (gadget), khususnya ponsel. Dan biasanya mereka kebanyakan nongkrong di cafe-cafe, resto atau hotel. Nah, Konsumen inilah yang menjadi sasaran pembaca Mobile Magazine. Jadi, tanpa harus ribet bahkan tanpa harus merogoh kantong, mereka dapat membaca informasi seputar gadget saat nongkrong di cafe.

Kedua pemikiran dasar di atas menjadi daya tarik pengiklan (advertiser) untuk melakukan penempatan iklan di majalah kami.

Apa keuntungan strategi free publication dalam kasus ini?

Bagi konsumen, jelas sekali, mereka bisa mendapatkan secara gratis majalah ini beserta informasi yang didalamnya. Mereka cukup datang ke pick-up point kita yang ada di lebih 200 tempat di jabodetabek. Atau, bila tak mau susah, cukup download di situs kita.

Untuk para pemasang iklan, majalah kita memiliki kualitas cetak dan desain yang baik sekali. Sehingga materi yang diiklankan juga akan tampil lebih maksimal. Kita juga sangat terbuka terhadap kreativitas materi iklan yang mungkin tak dapat dilakukan pada  media yang dijual.

Lalu, apa kelemahannya?

Kelemahannya? Mungkin secara fisik majalahnya hanya dapat dibaca di wilayah jabodetabek saja.

Kapan Mobile Magazine berdiri dan mulai beroperasi? Dan berapa jumlah oplah atau total peredarannya?

Mobile Magazine berdiri pada bulan Agustus 2006, jadi umur kita sudah sekitar 3 tahun. Mengingat majalah kita juga bisa di-download secara online, total peredaran bisa mencapai 30 ribu ekslempar. Peredaran dalam bentuk cetak bisa mencapai 10 ribu, sedangkan 20 ribu lainnya di-download secara online.

Satu hal dari publikasi gratis yang tidak pernah luput, yaitu banyaknya halaman untuk iklan. Apa ada alternatif lain selain itu?

Saya belum sepenuhnya menangkap poin pertanyaan anda. Dan sebagai informasi, jumlah halaman majalah kita adalah 36 halaman. Untuk porsi iklan rata-rata 50% dari jumlah halaman atau sekitar 18 halaman. Menurut saya itu wajar. Apalagi kita hidup dari para pengiklan.

Karena sifatnya gratis, apakah dalam hal pemasaran jadi lebih gampang? Misalnya saja taruh di sini sejumlah 1000 oplah, berarti sudah 1000 oplah beredar donk!?

Mungkin maksud anda adalah penyebaran atau sirkulasinya. Memang penyebaran majalah free tak serumit majalah jual. Maklum cakupan kita hanya di wilayah jabodetabek, penyebaran dilakukan sendiri tanpa lewat agen majalah, dan kita juga tak mengenal istilah return (pengembalian majalah yang tak laku dari agen).

Di bisnis cetak sendiri? Biaya apa yang paling berat? Layout/Graphic Designer? Reporter? atau ongkos cetak dari majalah itu sendiri?

Ongkos cetak adalah yang paling mahal. Apalagi partner percetakan kita adalah sebuah percetakan yang cukup terkemuka di Indonesia.

Bagaimana keberadaan anda dibanding media online? Apakah anda juga mengganggap media online sebagai ancaman?

Pada satu saat, media online akan menjadi media yang utama. Sehingga kita juga telah mempersiapkan versi online Mobile Magazine sejak awal dibuatnya majalah ini. Posisinya sekarang masih menjadi penunjang bisnis media cetak kami. Situs Mobile Magazine sudah dimulai sejak 2007 dan bisa diakses lewat www.mobile-indonesia.com.

Bukannya sudah banyak media online yang menyuguhkan informasi tentang seluler? Ada trik khusus untuk ini?

Pada saat pertama kali situs Mobile-Magazine dibuat, kita lihat belum ada situs yang serius membahas isu-isu di industri ini. Mulai dari review produk hingga beritanya. Namun saat ini, sudah mulai banyak situs yang serius menggarap informasi ponsel dan lainnya. Bagi kita, tak ada strategi khusus secara online. Yang kita lakukan sekarang adalah memperkaya informasi di situs Mobile Magazine, agar lebih informatif dan useful bagi pembacanya.

NavinoT sudah berulang kali membahas topik ini, tentang gugurnya media cetak tradisional. Apakah ini juga tren yang akan terjadi di Indonesia?

Bisa jadi di tahun 2009 ini “tren” itu akan ada. Terutama di media jual yang secara spesifik membahas industri telekomunikasi. Maklum industrinya memang sedang menurun. Pengiklan semakin selektif dalam memilih placement iklan, vendor ponsel lokal juga mulai bertumbangan. Padahal di tahun 2008, mereka adalah salah satu penyumbang iklan yang signifikan bagi majalah telekomunikasi. Oplah mereka juga semakin turun karena daya beli masyarakat tidaklah sekuat sebelumnya.

Ada pesan khusus untuk pembaca NavinoT?

Jangan lupa kunjungi situs Mobile Magazine (www.mobile-indonesia.com) untuk dapat membaca dan mengunduh informasi mutakhir seputar industri telekomunikasi, gadget dan IT. Silahkan juga bergabung di komunitas Mobile Magazine Community di Facebook.

— Wawancara Selesai —

Instruksi untuk artikel ini

Untuk kategori harian, silahkan memberi komentar tentang apa yang anda dapat dari wawancara ini, atau tip lainnya tentang bisnis majalah/cetak.

Untuk kategori artikel terbaik, silahkan menulis satu artikel tentang bisnis majalah.

Jangan lupa untuk memberi tautan dan vote artikel ini di Lintas Berita!

31 thoughts on “Perbincangan Bisnis Cetak Gratis Bersama Yogi Prasetya

  1. Wuih .. keren! Kebetulan di kantor juga lagi hectic ngembangin business side dari free print media. Memang konten dan iklan adalah segalanya disini, paling penting konten harus menarik dan berbeda.

    Sayangnya saya baru kali ini denger tentang mobile magz (apa sy yang kurang gaul ya?) dan beitu liat kontennya memang kaya sekali, positioningnya jelas dibandingkan dengan media lain yang membahas gadget.

  2. Hehehe.. sama kayak Rama.. saya juga baru denger mobile magazine ini.. ada juga yang gratisan ternyata… 😉

    Saya gak paham bisnis.. jadi komen buat mobile magz aja. Isi majalahnya sih bagus, isi websitenya pun bagus.. gak kalah sama isi dari majalah atau tabloid yang harus beli..

    Alangkah bagusnya kalo di majalahnya ada halaman khusus daftar gadget, spec dan harganya (hp, laptop, dkk) yang ada di pasaran, biar bisa jadi buyer’s guide gitu lah, kayak yang ada di tabloid tabloid sejenis yang bayar. Mungkin kalo gak cukup di majalah, karena makan banyak halaman.. kan bisa dipasang di website. Sangat menyenangkannya untuk dapet info itu GRATIS.. gak perlu beli majalah atau tabloid lagi 😉

    Ohya satu lagi… untuk yang download versi onlinenya gak ada pilihan satu bundle langsung.. Jadi agak repot download 4x (download majalahnya dibagi 4, per 9 halaman format pdf), dan agak repot nyimpen 4 file juga.

    Yah begitu… Sukses deh Mobile Magazine!

  3. semoga media cetak (apalagi freezine seperti mobile magazine ini) tidak mati. Selalu ada tempat untuk media cetak (terutama untuk nongkrong di eh..maaf..wc,..sayang kalo ebook reader dibawa masuk).

    *serius*

  4. Wah, topik ini menarik & unik sekali!

    Thanks buat wawancaranya! Jadi bisa menjawab hal-hal yang bikin aku penasaran selama ini, karena akhir-akhir ini memang semakin banyak sekali media cetak gratis di berbagai tempat dengan berbagai macam tema, jadi sudah sering melihat dan membandingkan isinya.

    Ada beberapa hal yang masih bikin penasaran:
    –Kenapa mereka dari awal memilih untuk mengambil versi gratisan untuk media cetak mereka? Padahal meyakinkan pemasang iklan untuk memasang di majalah yang tidak jelas jumlah pembacanya pasti lebih sulit kan?
    –Bagaimana dengan pendapatan mereka? Apakah pasti lebih kecil dari media cetak yang tidak gratisan, atau justru sebaliknya, karena bisa mengalir lebih stabil karena tidak mengandalkan pembelian secara eceran?

    1. Nina, untuk pertanyaan pertama ada update di atas (pertanyaan #3).

      Untuk sisanya, biar Pak Yogi yang jawab. 🙂

  5. saya baru tahu ttg Majalah Mobile ini….
    sangat bagus sekali dgn konsep yg `gratis` pembaca disuguhkan dengan review dan informasi berbagai produk teknologi yang berkualitas!

    saya ada beberapa pertanyaan:
    1. Bagaimana saya bisa mendapatkan Mobile Magazine ini dalam bentuk media cetaknya?
    Harus pesan dahulu atau ke tempat-tempat yang telah menjadi distributor utk oplah Free Mobile Magazine ini?
    2. Bagaimana dengan pencarian beritanya yang tentu saja tidak gratis, apa Mobile Magazine punya volunteer wartawan yang memang diminta menulis utk Mobile Magazine ini atau tidak?

    jika berkenan dijawab saya trimakasih 🙂
    sukses selalu tuk Navinot

  6. Setiap media memiliki kelebihannya sendiri-sendiri. Se up to date apapun media elektronik (dalam ceruk ini, internet) tetap media cetak memiliki sensasi tersendiri yang tidak dimiliki media lain: Ditilep, ditandain, dicorat-coret, di sisipi note, dibaca ke toliet (seperti comment Ronald diatas), atau mungkin dibaca sambil koprol? 😉

    Selama generasi yang membutuhkan dan lebih memilih “sensasi media cetak” hidup, saya rasa media cetak akan terus bertahan.

    lebih lengkapnya, saya buat tulisan yang juga untuk memenuhi instruksi kontes artikel terbaik di http://fikrirasyid.com/prospek-bisnis-cetak-untuk-beberapa-puluh-tahun-kedepan-nampaknya-akan-terus-berjalan/

    🙂

  7. Salut buat mobile magazine,karena di tengah persaingan media cetak yg semakin ketat justru malah menggratiskan majalahnya.dan masalah bnyaknya iklan yg dipasang dalam majalah,itu merupakan hal yang wajar,karena iklan berjalan beriringan dengan kehidupan suatu media,apalagi media gratisan.
    Sukses buat mobile magazine…

  8. @nina:-kenapa memilih free? karena pada saat itu belum ada satupun ang bermain di ceruk bisnis ini.Dalam bisnis itu hanya ada dua pilihan: kita menjadi nomor satu atau kita menjadi yang pertama. – Mencari pemasang iklan lebih sulit? bisa jadi. tapi kita mampu bertahan selama tiga tahun. Dan alhamdullilah, Puji Tuhan, hingga kni semuanya baik2 saja.
    -Bagaimana dengan pemasukan atau pendapatan? Percaya atau tidak, pemasukan iklan Mobile Magazine di beberapa edisi mengalahkan teman-teman di media jual. Dan harus diingat, pendapatan Mobile Magazine tak hanya dari iklan. Kita memiliki turunan bisnis yang lain. Ini sepertinya harus dibahas secara khusus. Bila ingin tahu lebih banyak silahkan hubungi saya di: yogi@mobile-indonesia.com

  9. gry: @cara mendapatkan Mobile Magazine. Coba download yang ada di website. Di disitu akan dapat dilihat pick up point Mobile Magazine. rata-rata kita tersebar di hampir seluruh cafe-cafe jakarta. Atau bila hendak ambil langsung bisa mampir di kantor kita: jl.tebet timur dalam VIIE no 17, no telp: 8372103. Bisa juga berlangganan. Bisa hubungi mbak Yuni di nomor tersebut.

    -pencarian berita kita tak ada beda dengan majalah jual kita memiliki tim redaksi yang menjadi peliput dan penulis berita. Kita juga menerima kontribusi tlisan dari penulis luar. termasuk dari mas Ivan:)

  10. Saya masih ingat ada majalah 6 halaman yang di bagikan gratis setelah saya sholat jum’at.

    Saya tidak menemukan 1 iklan pun nongol di majalah mungil itu.
    Free publication ini tidak mencari keuntungan apapun, kecuali dari segi dakwah.

    Btw, apakah ini termasuk dalam kategori bisnis juga?
    Tidak kan ?

    Dan akhirnya Free Magazine itu tetap bertahan meski tanpa iklan dan telah 6 tahun berjalan.

    🙂

  11. Selain diranah online, Bisnis dengan cara memberi gratisan kedengarannya itu tidak mungkin. Saat jadi pengurus sebuah organisasi sekolah saya dan kawan2 pernah bikin majalah gratis bagi teman2 sekolah, setelah kesana kemari cari sponsor dan donatur.. tetap aja biaya produksinya gak bisa ditutpi dengan iklan.

    Tapi setelah mendengar langsung dari praktisinya jadi jelas.

    ternyata ada key suksesnya, yaitu harus digarap dengan serius. konten yang berkualitas dan menarik akan menyedot pembaca yang banyak. Dengan pembaca yang banyak akan menjadi magnit bagi pengiklan untuk mengiklankan produknya. apalagi bila sudah macth cerug pasarnya.

  12. Wah terus terang saya belum tau tentang majalah ini, hehehe. mungkin dulu pernah baca tapi gak “ngeh” kalo ini majalah gratis tapi info yang diberikan sangat “mahal”.
    Terima kasih untuk artikelnya, langsung menuju TKP nich DL majalahnya 😀

  13. Wawancara ini memberi tambahan informasi bagi saya tentang Industri TI dan segala hal yang melingkupinya.
    Buat yang baru mencoba mengenali lagi lebih dalam mengenai Teknologi Informasi, mobile magazine jelas sangat memudahkan.

  14. Saya adalah seorang mahasiswa yang salah satu hobinya nongkrong di mall. Pernah sih beberapa kali saya menemukan Mobile Magazine di dalam pick up point Mobile, kl ga salah waktu itu saya di coffee bean EX,, dan menurut pendapat saya mang cukup menarik sih isi majalahnya, lengkap dan up to date. Tapi kl boleh kasi saran, selain review produk, buat rubrik compare dong mas, saya mau tau niy compare produk2 terbaru saat ini, mis. bagusan mana sih BB atau i-phone?

  15. Sekali lagi, terbukti bahwa yg gratis tidak selalu buruk, tidak harus berkualitas seadanya. Orang2 dibaliknya harus diberi penghargaan tinggi. Karena kreatifitasnya, bisnis ‘gratisan’ mereka tidak hanya bertahan, tapi juga berkembang.

  16. salut dengan perkembangan IT di Indonesia. banyak inovasi-inovasi. mobile magazine, terus terang saya juga baru tau. yang mau saya tanyakan, kenapa hanya untuk wilayah jabadetabek saja? kebetulan saya di jogja. jadi mau juga menikmati majalah ini. dan isinya sama ya dengan ya di situs http://www.mobile-indonesia.com/ ?
    saya mau lihat-lihat di websitenya. jaya terus untuk magazine mobile. semoga selalu bermanfaat untuk masyarakat. 🙂

  17. pertanyaan saya umum, apakah ada buku yang membahas mengenai media cetak gratis? (membahas pengelolaannya, perkembangan, latar belakang, dll.).
    saya tertarik dengan tema ini tapi sulit untuk mendapatkan buku yg membahasnya. mohon infonya kalau ada…thx..

  18. Menarik sekali!,,…hal itu yang terlintas pertama dalam benak saya ketika membaa artikel ini. Sebuah inovasi dalam bidang media informasi. Memang sudah selayaknya ada orang yang berani membuat suatu gebrakan yang dapat membantu meningkatkan kualitas berpikir bangsa,..Jadi tidak hanya fokus pada profit semata. Walaupun memang hal itu adalah hal yang utama bagi setiap orang yang memiliki usaha. Menurut saya alangkah baiknya, apabila pihak NavinoT bekerjasama dengan sekolah di Indonesia, agar media ini bisa dinikmati anak sekolah guna menambah ilmu pengetahuan, agar tidak tertinggal dengan anak-anak sekolah di negara lain,,….

  19. Cuma dua kata azaz..
    No comment…. emang apa yang perlu dikomentarin udah bagus bangetsss…

  20. Menurut pendapat saya, walaupun majalah ini gratis tapi kalau porsi iklannya 50% dari jumlah halaman, pembaca akan malas membacanya atau jenuh karena merasa hanya di jelai oleh iklan semata. Informasi yg di nginkan menjadi tidak menarik lagi karena terlalu di jejali iklan.

    Distribusi majalah ini pun hanya terbatas kepada kelompok masyarakat tertentu saja, yakni orang 2 yg memang suka nongkrong di cafe atau hotel, padahal penikmat perangkat elektronik (gadget)itu sekarang ini sudah lebih luas lagi sampai ke kalangan menengah kebawah, oleh karena harganya yg sudah tidak terlalu mahal lagi. Contohnya Handphone yang harganya semakin terjangkau dengan fitur yg canggih.

    Atau mungkin bisa majalah Free Magazine ini kita sebut sebagai “brosur produk barang yg berhalaman tebal”.

  21. Aneh saya masuk ke Mobile Magazine website saya dapat peringatan “warning” dari Google dan software Safari. Ada apa nih??

  22. Well..

    Pasti menarik,,

    jarang khan orang Indo ada yang bikin begituan,,

    Paling pada rajin di forum kayak kita ini yang tau,,

    Publish na lebih gokil ma harus selalu berbobot dunn mas,,

  23. Bagus banget perbincangannya.tapi tdk dibahas tentang cara mendirikan seperti izin-izin yg diperlukan dan berapa harga pemasangan iklan.mohon di informasikan cara mendirikan usaha majalah gratis kirim ke syam.rudy@gmail.com

  24. mas, telekomunikasi sama informatika prospeknya bagus mana menurut beliau?

    trims ya mas,

    artikel ini memberi pencerahan bagi masa depan saya

  25. Kalau boleh dibantu, saya juga ingin mencoba bisnis majalah cetak gratis dengan konsep makanan. apakah boleh dibantu langkah awal perijinan apa saja yang harus di urus? selain ISSN ?
    mohon bantuannya yah

  26. Menarik…Saya termasuk salah satu pelaku usaha jenis ini, semua modalnya nekad. Semua saya kerjakan hanya berdua dengan istri. Pengalaman terbit perdana majalah NOW 2011 kemarin penuh warna suka duka, mengingat di daerah untuk membangun konsep free magazine minta ampun. Perlu tekad yang kuat, terutama saat harus melakukan presentasi di depan mitra kerja pemasang iklan. Betul, 1000% hidup mati majalah gratis dari iklan. Edisi perdana kami (berdua dengan istri) tembus 15 porsi iklan dari 25 halaman. Progress terus membaik, hingga akhirnya kami mampu merangkul sebuah perusahaan mitra produksi cetak ternama milik anak group Jawa Pos. Jumlah halaman naik menjadi 48 lembar. Semua dikerjakan berdua dengan istri, bukan tidak mau merekrut karyawan tapi (maaf) di kota Palu sangat sulit menemukan staff yang memiliki visi membangun potensi dan kreatif. Majalah NOW kini berganti nama menjadi AHHAAAA, kontennya lebih memotivasi dan menginspirasi khususnya untuk menciptakan entrepreneur di daerah. Kami bagi tugas, istri membuat artikel, sementara saya mulai dari layout, desain iklan, hingga mencari mitra baru. Setiap Hari..Well, saat saya menulis ini. Istri saya sedang sakit, jujur membangun majalah gratis di daerah bagi kami adalah bentuk lain “cara kita berbagi”. Secara ekonomis memang sangat menguntungkan. Namun harus didukung SDM dan SDA yang padu lingkungan. Impian saya dan istri adalah menumbuhkan budaya gemar membaca di daerah. Sungguh, memang tidak mudah. Bahkan terkadang harus terganjal dengan media-media lain yang berusaha memonopoli pasar.Kini saya hampir berada dalam kondisi hilang arah, istri sebagai sahabat, teman, dan partner kerja tim membutuhkan saya sebagai suami untuk merawatnya setiap hari. Ada keinginan untuk mencari mitra investor agar majalah ini terus bisa eksis. Alhamdhulillah walau baru seumur jagung kami mampu menembus distribusi hingga Kalimantan. Jika ada diantara rekan-rekan yang berkenan berbagi ide, gagasan, atau memiliki visi yang sama untuk menjadi investor Anda saya persilahkan berbagi via email open_now@yahoo.co.idMungkin saran, ide, gagasan, atau kerjasama bisa terbentuk untuk saling memotivasi dan menginspirasi.Saya masih ingin banyak belajar dan menyimak dari siapapun.

Comments are closed.

Comments are closed.