Netflix dan Gamefly
Di luar negeri kita mengenal Netflix sebagai penyedia layanan sewa DVD. Kita tidak perlu datang ke kantor Netflix, DVD akan dikirimkan ke rumah kita. Katalog dan pemesanan bisa diakses lewat internet. Dan dengan populernya layanan broadband, Netflix juga turut menawarkan “DVD over IP”. Ibarat memiliki Media Center sendiri, kita bisa menelusuri katalog dan langsung play.
Tidak hanya DVD (movie), ternyata game juga bisa disewakan. Gamefly mengambil bisnis model ini. Pesan lewat katalog online, game akan dikirim ke rumah Anda. Mainkan game sepuasnya, tanpa khawatir denda telat mengembalikan. Begitu dikembalikan, Anda akan dikirimi game lain dalam daftar pesan Anda.
Oke, sekarang mari terbang kembali ke Indonesia. VideoEzy, ada di antara Anda yang sempat atau masih jadi pelanggan? Sewaktu masih tinggal di Jogja, saya sempat menjadi saksi tutupnya salah satu cabang VideoEzy. Tampaknya mereka kalah bersaing dengan jaringan rental DVD bajakan yang semakin solid.
Ada beberapa hal yang membuat saya tidak menjadi pelanggan setia VideoEzy. Yang pertama tentu saja soal keterbaruan koleksi. Jika saya mampu membeli tiket bioskop untuk film terbaru maka saya tak akan pergi ke VideoEzy. VideoEzy tidak bisa mengikuti tren film terbaru. Kalau pun bisa, konsumen akan lebih memilih menonton di bioskop.
Yang kedua, masalah variasi koleksi. Selera umum konsumen tentu saja berkisar pada film-film terbaru. Namun selera khusus konsumen tak punya batasan variasi. VideoEzy bukan layanan terpusat seperti Netflix dan Amazon yang punya repositori besar. Ketersebaran VideoEzy membuat repositorinya tidak bisa memenuhi kebutuhan Long Tail konsumen. Ketika konsumen telah terpenuhi kebutuhan umumnya, mereka akan beralih ke kebutuhan khusus. Tanpa kemampuan memenuhi kebutuhan khusus, layanan seperti VideoEzy tidak akan bisa punya pelanggan tetap.
Kenapa model bisnis Netflix dan Gamefly tampaknya tidak cocok diimplementasikan di Indonesia?
Pricing. Untuk film baru, bioskop bisa memberi lebih banyak value dengan harga yang bersaing. Harga yang dipatok layanan seperti VideoEzy simply terlalu mahal. Rental/kios DVD bajakan, di lain sisi bisa sukses karena koleksinya relatif lebih lengkap dan patokan harganya bersaing (value lebih).
Untuk mengadopsi model Netflix dan Gamefly, pricing harus disesuaikan dengan variabel-variabel lokal.
Hukum. Hukum tampaknya tak mampu mencegah DVD bajakan sebagai alternatif ekonomis untuk menikmati dan mengkoleksi film. Pun hukum ini bisa berjalan, tampaknya masih akan berat sebelah. Bayangkan misalnya jika ada operator agak abal-abal dengan harga sepersepuluh dari rata-rata yang ditawarkan operator saat ini. Anda mungkin akan memilih operator abal-abal ini. Hukum tidak melarang operator ini untuk berjualan dengan harga berapapun. Hukum masih berdiri di sisi produsen.
Soal hukum ini, sebenarnya saya ragu-ragu apa memang ada pengaruhnya. Karena semua pasti akan kembali ke dasar, yakni soal harga. Peran hukum di sini mungkin untuk meniadakan alternatif ilegal, dengan tujuan memberikan lingkungan yang kondusif dan fair untuk berkompetisi.
—
Bagaimana menurut Anda? Apakah karena peminjam di sini suka ngembat DVD orisinil?
24 thoughts on “Netflix dan Gamefly”
Saya pikir tidak juga.
Mungkin hanya perlu perbaikan di sisi peraturan tentang syarat peminjaman dan hukuman saat melanggarnya aja.
Misalnya orang tersebut tidak bisa meminjam lagi jika ketahuan ngembat DVD.
Alamat orang tersebut di banned, nama orang tersebut di banned.
Tidak boleh menggunakan alamat kost.
Wajib mencantumkan fotocopy KK+KTP dll.
Kalo di rasa memberatkan hal2 di atas masih bisa di imbangi dengan koleksi yang menarik.
Ingat, menarik tak harus baru.
Panjangkan Long Tailnya maka ceruk-ceruk kecil dalam Long Tail dunia rental akan ikut berkembang.
Netflix saya kira akan lebih cocok untuk orang-orang yang memang lagi cari DVD jadul tertentu, atau film koleksi khusus, film2 yang tidak ada di rental2 lain maupun di bioskop.
Untuk Videoezy saya rasa keterbatasan ruanglah yang menjadikan stok mereka terbatas. Jarak antara film baru dan ber-edarnya versi DVD cukup jauh, hal itu pula yang membuat VideoEzy kurang menarik.
Mungkin VideoEzy mau menjadi “Netflixnya” Indonesia?
Hmm… aku tunggu tuh π
Ah, barusan ngebahas ini jg di blog. Paling enak bawa flashdisk kapasitas besar, trus ngobok2 warnet. Warnet2 di sini hobi ngumpulin film sih.
emang sengaja di bikin gt.
Persaingan udah gak sehat lagi, jadi memperlama user di warnet. Mayan kan nambahin cash
Kalu ngomongin soal “rent” dvd, kalangan masyarakat kecil seperti kita lebih mempertimbangkan harga. dan iti yang jadi nomor satu. Masalah bajakan atau tidak, legal atau ilegal itu urusan belakangan yang penting bisa nonton dengan harga murah. Toh peraturan di negara kita tentang pembajakan belum begitu tegas.
Kalau menembak rental dvd online skala nasional rasanya sulit di negari kita ini. soalnya masyarakat kita tidak mau ambil pusing dengan seambrek prosedur peminjaman online. yang mereka butuhkan cepat, puas dan murah.
kasus tutupnya videoezy pantas menjadi pertimbangan bagi kita yang mengincar bisnis ini (rent dvd online). rata-rata masyarakat kita gaptek, mungkin rental-rental dvd bajakan malah lebih berpotensi di negeri ini.
kalo kata saya sih, videoezy jadi tutup, lebih karena mereka ga punya konsep pemasaran yang bagus. mereka lebih terkonsentrasi sama ngumpulin membership, dan rental DVD/VCD. dan, harga2 itu juga pengaruh.. kalo terlalu mahal, konsumen jelas lebih milih yang lebih murah meski kualitasnya sama.. π
*tertendang dari facebook*
Iya Setuju.. Gara2 soal hukum, Rental DVD memang “kalah” sama DVD bajakan..tapi kalo di Bogor gak sampek segitunya banget sih..dibanding di Jogja, maksudnya gak sampek tutup, malah ada dua VideoEzy (kalo ga salah) salah satunya malah sekalian EzyNet (ada warnet dan game online-nya). Saya juga masih membernya walaupun gak pernah pinjem lagi.. Kalo dari soal harga juga, terlalu mahal.. dulu sih 5ribu sehari kalo film baru.
Kalo VideoEzy dkk ini juga ada service katalog online dan dikirim ke rumah kayak NetFlix bagus banget ya.. terlepas dari masalah profit atau cocok gak cocoknya..
DVD over IP? belom mungkin disini…. π
1. Harga gimana mo jalan rentalnya rental 2 / 3 hari udah bisa beli DVD bajakannya :(, kalo mo laku mungkin mesti hapus tuh bajakan.
2. waktu biarpun ultradisk atau videoezy memiliki jaringan dengan Vision atau distributor film tetep aja butuh waktu 2-3 bulan buat dapetin original yang keluar, sedangakan bajakan kadang2 bs lebih cepat dengan kualitas buram (cape juga deh nontonya sakitin mata).
Tapi usaha seperti video rental gitu kalo survive aja sih bisa. Munkin yang membuat survive seperti vidoe ezy atau ultradisk adalah sistem francisenya.
@Erwin Susilo
Wogh, menarik! Jadi yang membuat survive dan mungkin jadi inti model bisnisnya adalah franchise. Selama packaging penawaran franchise-nya oke, videoezy bakal tetap hidup (walau segan XD)
senin jumat cuman 15rb di XXI, udah 2 tahunan gak ntn DVD. Males, jauh lebih enak di bioskop. Layar lebar, suara mantep, see and be seen, nachos, popcorn. Who can defeat that?
DVD? bajakan yg ok skrg 7rb, nonton sekali paling simpen. Lama lama numpuk jadi sampah π
Prediksi gw, TV berlangganan dan karcis bioskop akan lebih murah. DVD akan makin sepi buyer ( at least di Jakarta)
@Agus
Saya merasakan hal yang sama. Nothing beats movie theatre, kecuali kalau kita punya media center sendiri keren di rumah.
Tapi hal ini hanya berlaku buat film baru. Bioskop tidak pernah memutar film lama. Untuk film lama alternatifnya cuma kita koleksi atau pinjam.
Memegang DVD berati kita punya kontrol, tidak seperti tivi atau bioskop. Di sinilah letak demand rental DVD π
@ Toni,
HBO dkk sering puterin film lama loh, kadang yg klasik malah. Kemarin Gun of Navarone diputer di cinemax, keren abis π
@Agus
Tapi kita tidak bisa mengontrol film lama mana yang diputar hari ini kan? hati sedang ingin Terminator 1 ternyata yang diputar God Must be Crazy. Gak asik kan? :p
Walau harus diakui, terkadang merasa tak punya kontrol itu menyenangkan juga. Ada excitement saat menunggu lagu/film dari hasil proses shuffling/random π
Mulai melebar nih topiknya.
Hm… dengan strategi pemasaran yang baik saya rasa bisa saja jasa berlangganan film orisinil jalan.
Tapi juga perlu disadari bahwa ada ide yang belum waktunya di belahan dunia tertentu. Tentunya bila kemajuan menuju ke arah yang positif, ide yang sama dapat “dicuri” kemudian dan membangun sebuah bisnis yang menguntungkan dengannya.
Jadi masalah timing dalam hal ini saya kira berpengaruh.
ini di bogor loh..rental vcd/dvd orisinil seperti videoEzy udah gak menjamur lagi..ada salah satu tempat nongkrong favorit anak-anak bogor yang konsepnya cukup bagus..Jadi gabungan kafe dan rental vcd/dvd orisinil. Tapi bukan untuk dipinjam untuk dibawa pulang dan ditonton di rumah, melainkan untuk ditonton bersama kawan di sebuah mini home theatre..Apalagi sambil nonton, pengunjung juga bisa memesan menu makanan&minuman yang ditawarkan..Cukup dengan merogoh kocek kurang lebih dua puluh ribuan (untuk kapasitas 4 orang, belum termasuk pesanan makan & minum), kita bisa meminjam mini home theatre, memilih film yang akan ditonton (koleksinya selalu update), dan memesan makanan dan minuman…
@ Toni,
mungkin saatnya TIVO di Indonesia? hahaha
@Agus
Iya, sudah waktunya TiVo mungkin :D. BTW, bukannya dulu orang sering merekam video? Sekarang masih hobi gak sih? Apa karena tools-nya udah gak jaman dan tidak ada yang baru?
Saya rasa kualitas alasan utamanya.
uh ah, kalo mau sukses di indo harus ada iming2 lain contoh : undian dan sebagainya dan juga para rumah produksi film indonesia harus berani membantu videoezy atau whatever that harus berani untuk ngecharge dvdnya dengan harga yang sangat murah ( atau kalo bisa gratis ), yang pasti netflix itu punya hak untuk ngecopi dvd dengan hanya 1 license sedangkan videoezy gimana ?
Menurut saya, bukan karena rental yang lainnya membeli VCD bajakan. Kalaupun tidak ada rental VCD bajakan, penyewaan yang orisinil pun akan tetap memiliki saingan. Itulah persaingan dagang. Melalui persaingan itu, perlulah melakukan strategi untuk menarik pelanggan. Dengan koleksi yang up to date, pemasaran yang baik, kenyamanan dalam peminjaman (peraturan2 peminjaman) pasti akan menarik pelanggan. Karena DVD yang orisinil kan tidak merusak dan punya value yang lebih dibanding yang bajakan.
yang menurutku tetep idup .. kalaupun mampu bertaham adalah
film lokal, kualitas gambar film lokal baru bisa mencapai yang optimal terjamin + bisa dikembalikan jika ditengah2 ada masalah , jadi nilai tambah..
mungkin bisa dimanfaatkan social media seperti facebook ataupun blog untuk menjalin kedekatan dengan customer, mengingat social media saat ini hampir semua bisa ngakses… π
sisanya , hampir semua sudah dikalahkan dengan si bajakan.. omong2 soal bajakan ada iklan yang mengatakan “ngak bayar pajak apa kata dunia!!”… unik memang, saya lebih memilik bajakan dengan kualitas paling optimal, dibanding bayar pajak, sementara pajak masih aja jadi korupsi.. ngak butuh bukti c, mungkin juga bingung mau bukti apa. tapi memang sudah jadi secret of public…
@ Toni,
dulu acara yg direkam dikit,makanya niat ngrekamnya hehehe. Tool juga dah jarang kalo gak mau dibilang musnah tuh betamax hahaha
sempat juga jadi pelanggannya ezzy truz lama-lama balik lagi ke penyewaan bajakan π entahlah kenapa mungkin karena suasana kios bajakan yang sangat kekeluargaan itu yah he..he..he…. π
Untuk Indonesia model bisnis Netflix dan Gamefly memang belum cocok diimplementasikan di Indonesia selain karena masalah pricing dan hukum tapi juga ada faktor lain sperti animo masyarakat untuk menonton film seperti tidak selalu besar. Kemudian mudahnya mendapatkan DVD bajakan dengan harga yang murah. Mau bagaimana lagi.. pembajakan di negara kita ini memang udah ga ketulungan tapi disisi lain pembajakan membuat konsumen lebih mudah mendapatkan DVD yang dia inginkan. Jika ingin menghilangkan pembajakan secara sekaligus mungkin agak sulit tapi ini bisa dikurangi jika harga DVD original bisa lebih murah⦠sebagai perbandingan DVD bajakan dijual Rp 10.000,- / keeping sedangkan DVD original sekitar Rp 50.000,- /keping. Apalagi daya beli masyarakat Indonesia masih rendah oleh karena itu mereka pasti lebih memilih membeli DVD bajakan
Comments are closed.