The Rules of FREE

The Rules of FREE

Calliandra

Beberapa hari ini saya selalu berbicara tentang buku baru Chris Anderson, “Free”. Chris Anderson ini adalah penulis buku Long Tail yang juga memukau. Terlalu banyak hal menarik yang bisa menggelitik pikiran kita dalam buku tersebut. Berikut ini saya sadurkan 10 aturan Free yang bisa kita jumpai di bagian Apendix A dalam buku Free.

  1. If it’s digital, soon or later it’s going to be free
  2. Seperti yang kita tahu, ada kecenderungan penurunan biaya penyimpanan, storage, computing power. Free bukan pilihan tapi justru tak terhindarkan.

  3. Atom (non-digital) wants to be free to, but not so pushy about it
  4. Tapi free ini terlalu atraktif sehingga begitu banyak marketer yang ingin menjadikannya sebagai strategi. Pada saat ini banyak produsen yang membuat core productnya free dengan jalan menjual sesuatu yang lain.

  5. You can’t stop free
  6. Kita bisa saja mencegah terjadinya free dengan berbagai macam usaha penguncian atau lewat hukum. Tapi kita tak akan bisa melawan gravitasi ekonomi yang menginginkan free. Tinggal tunggu waktu saja sampai ada orang yang mampu memecahkan kunci atau menghadapi hukum yang ada.

  7. You can make money from free
  8. People will pay to save time. People will pay to lower risk. People will pay for something they love. People will pay for status. For everything else? You can use Visa .. err you can give it Free maksudnya 😀

  9. Redefine your market
  10. Anda bisa menggratiskan ongkos bus ke PRJ, tapi Anda bisa tetap mendapatkan uang lewat profit sharing dengan merchant PRJ. Free akan dan bisa membuat Anda mendefinisikan ulang market yang Anda sasar.

  11. Round Down
  12. Harga akan bergerak ke nol. Datangnya Free bukan soal bagaimana, tapi soal kapan. Kenapa tidak menjadi yang pertama dalam hal Free? Yang pertama akan memenangkan perhatian dan akan selalu ada cara memonetisasi Free.

  13. Soon or later you will compete with Free
  14. Iklim kompetisi lambat laun akan membuat kompetitor Anda men-charge less dari Anda. Berapa tarif data dan voice operator Anda sekarang?

  15. Embraces ways
  16. Jika harga semakin murah dan menjadi terlalu susah diukur maka berhentilah mengukurnya. Produsen yang cerdas akan segera melihat ke mana tren harga mengarah dan segera mendahuluinya.

  17. Free makes other things more valuable
  18. Every abundance makes a new scarcity. Dulu orang suka melihat tivi karena entertainment begitu langka sedangkan waktu tidak. Bertolak belakang dengan saat ini, siapa yang suka menunggu entertainment datang di tivi? Saat suatu hal menjadi Free, value berpindah ke layer yang lain.

  19. Manage for abundance not scarcity
  20. Ketika suatu resource masih langka maka kita harus berhati-hati menggunakannya. Dalam kultur perusahaan kita mengenal budaya top down karena ketidakmampuan membiayai kegagalan akibat mensia-siakan resource. Bagaimana jika resource tersebut berlimpah? Kultur perusahaan mungkin akan berubah dari “don’t screw up” ke “fail fast”

Ada economy of scarcity dan sekarang ini ada economy of free. Mana yang akan Anda terapkan untuk melibas kompetitor?

PS:
Tahukah Anda bahwa buku Free ini bisa dibaca gratis di Scribd dan bisa didownload dalam bentuk audiobook.

14 thoughts on “The Rules of FREE

  1. Rasanya sudah ada yg membahas yg lebih baru. Bukan lagi free, tapi justru dibayar. Saat semua sudah free, sekedar free jadi tdk menarik.

  2. Trik dibayar hanya bekerja jika peserta memang ingin dibayar. Psikologi dibayar saya rasa masih berasosiasi dengan produk yang tak bisa memasarkan dirinya sendiri. Mungkin tidak sempurna atau sama sekali tak bagus.

    Strategi dibayar juga mungkin akan membuat produsen cepat kelelahan. Berapa jumlah uang yang harus dibakar untuk mengakomodasi sejumlah kecil calon konsumen?

    Saat semua menjadi free, ada hal lain yang menjadi menarik dan layak bayar. Yang sudah waktunya free memang tak akan menarik, karena memang sudah tak layak bayar (akibat free production cost). Free akan tetap menjadi menarik jika kita menerapkannya pada sesuatu yang sebenarnya layak bayar. Oleh karena itu penting untuk getting there before FREE comes.

  3. and time will pay eh tell…

    saya rasa tidak ada mata uang yang hanya punya 1 sisi, pasti minimal 2 sisi. artinya, free di 1 sisi, tp berbayar di sisi yg lain. ndak ada dong produsen yang mau rugi. hehehe.

    lebih lanjut, saya melihat strategi economy of free malah sebagai exit strategy dari red ocean ke blue ocean. dg free, permintaan diciptakan bukan dimenangkan.

    [mengarangindah]

    1. Strategi Free tidak mengharuskan semuanya tak berbayar. Salah satu strategi Free adalah subsidi silang. iPhone dijual murah tapi Anda diikat kontrak. Hardwarenya “Free” tapi layanannya tidak.

      Kita tidak perlu bayar ongkos bus ke PRJ (Free) karena ongkosnya sudah dibayar penyelenggara. Penyelenggara dapat income dari merchant. Bagi kita, bus itu free. Walaupun sebenarnya kita bayar juga secara tidak langsung, waktu kita bertransaksi di PRJ.

      Free does not need to be profitless

  4. Kayaknya artikel ini agak misleading. Menjadi Free bukan jaminan akan dipakai oleh banyak orang. Dan Free itu suatu label harga, bukanlah label kepercayaan. Terutama #4, tidak mungkin ngasih sesuatu yang Free dapat duit tanpa ada servis/produk lain yang berbayar.

    Saat ini malah orang-orang menghindari yang Free karena kurangnya support, dokumentasi ataupun jaminan masa depan terhadap produk yang dia pakai.

    Free, OK asalkan pada produk yang cocok. Mungkin di tanya balik ke penulis. Kenapa NaviNot Free?

    “Free” di sini “bebas” atau “gratis”, ya?

    1. @Kuswanto
      Browser apa yang kita pakai? Safari, Firefox, Opera, IE? Tidak ada yang berbayar loh. Free tidak harus tak berkualitas.

      Orang lebih suka membeli produk yang ada supportnya karena yang dicari memang support not really the product itself. Contohnya adalah consumer enterprise. Anda bayar demi meminimalkan resiko, demi merasa lebih baik.

      Kenapa NavinoT free? Free itu kan buat pembaca, buat yang lain harus bayar 🙂

      Free di sini berarti gratis. Free as in beer dan bukan free as in speech.

  5. Tapi rule utamanya tetap “there is no free lunch”, pasti harus ada income (walaupun secara tidak langsung) dari bagi-bagi stuff secara free. Kalau free terus ya lama2 vendirnya yang bangkrut alias gulung tikar.

  6. User dibayar bisa bukan sekedar trik, tapi sudah dikalkulasi dgn memperhitungkan faktor kompetisi. Misal free sudah banyak, tentunya untuk menonjol harus ada nilai lebih yang ditawarkan. Membayar user sebenarnya seperti ‘membeli traffic’ dengan membayar mundur. User kan tdk dibayar di depan. Dari sisi biaya, justru lebih murah daripada harus iklan di sana sini dgn bayar di depan. Tapi sisi buruknya, kalo plan bisnis ga mulus n rencana ga jalan, user ga kebayar alias jadi scam :P. Yah, begitulah kompetisi…

  7. Point ke 4 “You can make money from free” menarik… saya jadi berfikir bagaimana membuat epaper dari free menjadi sesuatu yang bernilai lebih dari sekedar berbayar..

    1. Wah sayangnya semua akses terbatas untuk US/UK only (padahal dulunya tidak). Saya sendiri tidak punya ebook-nya. Saya hanya mengunduh versi audiobook yang bakalan free forever (kata Chris Anderson). Audiobook-nya praktis karena terbagi-bagi dalam chapters. Tinggal masukin mp3 player atau hape bisa didengerin kapan saja.

  8. Layanan saya, WarungMobil.com, memutuskan mem-free-kan layanan utama (iklan mobil) sejak 1 tahun lalu. Tujuannya utk menarik sebanyak2nya user utk ‘nyicipi’ sesuatu yg baru yg mungkin (pada saat itu) belum tau manfaat layanan ini dibanding media lainnya yg sudah jauh lebih dulu ada (misi edukasi).
    Pastinya ada hal lain yg dijual, atau tepatnya FREEMIUM. karena ada sebagian orang yang rela untuk membayar untuk sesuatu yg lebih baik.

Comments are closed.

Comments are closed.