Blogger dan Brand
Melengkapi tulisan Pitra tentang brand dan blogger, berikut ini adalah versi saya tentang blogger dan brand. Bagaimana brand harus mendekati blogger? Tentu saja brand harus mengerti personalitas blogger. Apa saja sifat blogger?
Blogger suka berkumpul
Daripada mencari blogger satu per satu dan hasil akhirnya belum tentu sesuai dengan profil yang brand cari, lebih baik mencari komunitas yang profilnya sesuai. Dari komunitas, barulah dicari personal-personal yang ingin didekati. Jadi sebenarnya mencari blogger juga tidak susah yang kadang dikeluhkan brand.
Tangkap kepala suku, dapatkan seluruh aset suku
Komunitas pasti punya figur yang dituakan. Tak beda juga dengan komunitas blogger atau komunitas yang mengandung blogger. Dekatilah kepala suku atau member yang berpengaruh. Jika brand bisa meyakinkan orang ini, sisanya bakal lebih mudah. Your word is my command, begitu kata anggota kepada kepala suku.
Bloggers are selfish, let them be
Blogger tak dimiliki oleh siapapun. Bisa jadi sekarang mereka tergabung dalam suatu komunitas, tapi jika sudah muncul perbedaan visi bisa saja blogger cabut dari komunitas tersebut. Seperti yang Ndorokakung katakan dalam seminar Online Crisis beberapa waktu lalu, orientasi blogger adalah hati nurani masing-masing. Inviting them does not mean owning their soul.
(Most) Bloggers are tech savvy
Iya, blogger adalah salah satu early adopters. Google is always on their disposal. Jadi tidak perlu repot-repot menerangkan ulang apa yang sudah terpajang di website produk satu persatu. Cukup highlight apa yang penting saja. Lebih baik berfokus pada materi non produk. Dalam kasus produk antivirus, materi tentang bagaimana virus dibuat, disebarkan dan berefek global akan jauh lebih menarik dari kemampuan produk. Your product is a desert, not the main course. Desert should be a sweet closing over the main course.
All the above are wrong! It’s more about your story and how you tell it
Ingat kembali All Marketers are Liars. No matter how hard person a blogger is, you can always trick them with your story. If only you know what to tell and how to tell it appropriately. Blogger juga manusia. Superman saja punya kelemahan: batu kripton and jeritan Lois Lane. Bloggers are soft on freebies, personal approach and emotional issues.
—
Bagaimana menurut kalian? Blogger itu sosok yang seperti apa sih?
15 thoughts on “Blogger dan Brand”
point kepala suku: bisa benar kalau kepala sukunya juga berniat menyebarkannya ke anak buahnya. Namun sekarang, salah satu kepala suku (misalnya ndorokakung saja) pun saya rasa sudah mulai bosan, karena dia selalu jadi orang pertama yang dimintai tolong untuk menyebarkan info ke para blogger.
point terakhir: itulah kemarin waktu ngebantu sounding acara, saya fokus bilangnya pada makan-makan gratisnya. Huahaha.. :))
kalau kepalasuku dah mulai bosan, alternativenya Brand harus mencari kepala suku baru, yang sama, lebih kecil atau bahkan lebih besar dari kepala suku yang ada. Ini kalau mengingat Ndoro sendiri seorang Jurnalistik jadi wajar kalau ia lebih dekat dengan media dan Brand.
Sementara banyak yg lainnya tidak tertangkap. Satu hal lagi yang miss adalah Biasanya anggota suku juga bagian dari suku2 yang lain. Atau bahkan memiliki suku sendiri… kalau begitu, tidak sepenuhnya [..Your word is my command, begitu kata anggota kepada kepala suku…] benar
Blogger (or me) selalu ingin sudut pandang berbeda dari suatu product, jadi ungkapan Navinot: ‘Your product is a desert, not the main course’ itu benar sekali
aku…blogger terlantar…
blogger berpotensi melawan mainstream
istilah yg saya kenal dulu adalah “One click One star” utk pengertian “Tangkap kepala suku, dapatkan seluruh aset suku”… 😀
misalnya saya bikin gelang lucu dari kayu rotan dan saya berikan secara gratis kepada seorang vokalis band yg sangat terkenal, maka penggemar sang vokalis itu tentunya akan melirik gelang manis buatan saya itu dan segera mencarinya #idol
Kalau menuerut saya, blogger itu sosok yang misterius. 🙂
blogger = sosok ceria, independen, dan hidup dengan cara mereka sendiri..
eh, koq jadi mirip flower generation, ya?
yap. setuju dengan ‘Your product is a desert, not the main course’
wah aku blogger gelandangan, ga punya kepala suku sih..:-)
Menurut saya, brand harus membuat blog sendiri. Apabila brand itu sudah menjadi narablog, saya kira akan mudah untuk mendekati narablog-narablog yang lain.
aku masih blom tau posisi aku dmn
secara aku blogger junior gitu
🙂
Comments are closed.