Google Wave crashes on beach of overhype
Sengaja saya mengambil judul yang sama dengan apa yang dipakai Robert Scoble. Memang benar, rasanya Google Wave ini tak seheboh yang di-hype-kan selama ini. Menyambung teaser kemarin, berikut ini beberapa poin kenapa Google Wave sucks
Google Wave tidak bisa dipakai sendiri.
Saya masih ingat poin ini dari Bokardo. Disebutkan bahwa salah satu kesalahan dalam membuat layanan web adalah ketiadaan kemampuan untuk dimanfaatkan secara personal (self satisfying) tanpa tergantung pada pengguna yang lain.
Begitu Anda masuk Wave, pasti rasanya sangat sepi. Tidak ada teman yang bisa diajak waving sama sekali. Cuma ada video perkenalan dan setting Wave extension yang isinya cuma dua buah extension (dan sudah terinstall). Jadi yang bisa Anda lakukan saat belum memiliki contact teman yang telah tergabung dalam Wave adalah memfungsikan Wave sebagai Google Notebook.
Tidak terlalu intuitif.
Wave ini seperti sebuah flow baru yang dipaksakan. Tidak seperti model kolaborasi dokumen di mana kita buat dokumen, lalu di-share dan di-edit bersama. Untuk Wave, Anda memulai dengan “Create Wave”. Hmm, ini seperti programmer yang memaksakan diri membuat UI. Seperti skenario menambah data customer baru, difasilitasi dengan tombol “Create Record”. Very geeky indeed.
It’s not the part of a bigger hub
Wave ini instan terpisah, tidak terkoneksi dengan email, calendar, dokumen dan fitur-fitur lain yang terkait dengan aktivitas kita sehari-hari. Tak heran jika setelah mencoba Google Wave untuk mencari tahu isinya, kita akan bingung. Mau apa lagi?
Ronald Widha dari TemanMacet bilang Google Wave mengingatkannya akan ICQ, di mana kita bsia melihat apa yang sedang diketikkan oleh partner chat kita. Menurut saya, Google Wave mirip dengan Plurk dan Friendfeed terkait dengan unsur realtime dan live preview.
Fitur-fitur tersebut benar-benar berguna dalam Friendfeed dan Plurk karena menjadi added value. Tapi dalam Google Wave, added value ini justru berdiri sendiri which is a bit pointless. Saya lebih berharap penambahan seperti ini justru bisa di-merge ke GMail dan aset Google yang lain.
Dan tidak hanya saya yang merasakan kekecewaan, beberapa tokoh terkenal di Internet juga merasakan hal serupa. Coba saja baca ulasan ReadWriteWeb tentang hal ini.
So, what is it all about?
Okay, yang jelas Google Wave memfasilitasi kolaborasi realtime. Seperti group, dengan live preview of content. Selain menambahkan konten berupa link dan file, kita juga bisa meng-embed google gadget ke dalam Wave. Sebagai contoh, saya meng-embed gadget Tetris.
Selain Wave, juga ada Ping. Ping bisa dikatakan sebagai Wave Lite, err mirip Google Chat dan juga akan terarsip dalam kumpulan Wave.


Wave punya fitur playback. Fungsinya untuk mengulang proses terbentuknya Wave, seperti fasilitas replay. Kita bisa menggeser-geser slider maju-mundur untuk melakukan playback.

Bagi developer, Google Wave adalah mainan baru yang menarik. Kita bisa membuat robot atau wave extension untuk ditambahkan dalam Wave. Fungsinya tak terbatas, justru harus dieksplorasi. Bagi yang sudah kenal dengan AppEngine, Anda bisa membuat wave extension dengan mudah. Ada tutorial yang bisa di-copy paste sebagai robot pertama Anda.
—
Menurut Anda, terutama yang sudah berkesempatan mencoba, di mana sebenarnya potensi Google Wave berada? Di tengah tren social media, di mana posisi Google Wave? Hit or miss?
PS:
Thanks untuk @alderina, @avianto, @chikastuff, @ronaldwidha serta @satya yang telah jadi partner testing Google Wave
26 thoughts on “Google Wave crashes on beach of overhype”
i disagree with the first point. Self-satisfying? Social networks doesn’t work that way. Coba facebook or twitter sendiri tanpa following anyone? sepi? tidak berguna? pasti. That’s why Google Wave mengklaim punya unsur social networks.
Meskipun gw agak risih dengan fitur yg mirip ICQ dimana yg gw ketik or upload muncul di window peer gw juga. Not cool.
setubuh sama rama.. eh stuju sbnernya tergantung cara pandang aja kan… sejauh ini saya masih menikmati ‘kebingungan’ Google Wave ku mau diapain yah
mungkin gak nanti wave melebur dengan layanan google yang lain (mail, group, etc)?
Benar skali, serasa ngetwit tapi bikin topik dulu. Ga berasa istimewa. Rasanya semua fiturnya udah ada di situs-situs lain.
Aku tau, yg membedakan hanya 1 : buatan google
Yah kirain mau nandingin FB. Ternyata cm seperti ini. Uang yg begitu bejubel yg dimiliki Google ternyata ga menjamin kreativitas yg keren. Atau saya nya aja ya yg msh lugu..
yah tujuannya lain la … kurang tajam article bahas.. sekedar level user saja point of viewnya
ini review yg bagus tentang user experience dan layanan, coba mungkin di artikel selanjutnya NavinoT jg bikin review dari sisi teknis, seperti bagaimana cara Google Wave bisa mengimplementasikan fitur komunikasi secara bi-directional yg realtime, menghadirkn pengalaman layaknya aplikasi desktop, tp diulas dalam bahasa yg mudah dimengerti orang2 awam.
belum punya akunnya.. 😀
nunggu suhu-suhu di Navinot ngereview aja.. saya terima mateng dah! 😀
Saya pikir google wave sudah dicoba oleh orang2 yang kurang tepat :D.
Saya membayangkan seorang GM, Manager marketing, Finance, dan Sales Manager menggunakan tool ini dan membahas suatu strategi dalam rapat jarak jauh. Selain chat, setiap orang bisa menunjukkan dokumen masing2. Bisa video aktivitas kompetitor, excel hitung2an finance, excel sales progres, etc. All in one, paperless, realtime, terintegrasi, dan terdokumentasi. Tidak ada alat serupa yang bisa untuk kegiatan seperti ini, kecuali pendekatan pakai tool terpisah – pisah atau link sana sini.
Untuk jajaran direksi,.. atau paling tidak hingga level area manager, tool ini sangat hebat.
setuju sama mas BudiTyas
Wave mungkin akan berguna sekali untuk kebutuhan seperti yang sudah disebutkan diatas. Saya ngeliatnya sebagai colaboration tool yang sudah di”percantik” kegunaannya, support berbagai media, realtime, bisa di track changes-nya, ada access control …
Dan mungkin kurang tepat kalau dipergunakan untuk bincang2 ala twitter
oh, gitu ya..
akunku belum aktif
saya juga belum punya account google wave, baru meminang account itu tadi pagi, dan mudah mudah segera dapat punya kesempatan untuk menjajal seperti teman teman hehehe
Reviewnya sepertinya Google Wave masih kalah jauh dengan facebook, social networking yang handal saat ini. Seandainya Google wave bisa digabung dengan aplikasi lain dari Google tentunya akan lebih menarik
Koq membandingkan wave dengan facebook, twitter atau friendfeed?
Dulu aku berargumen bahwa twitter bukan sepantasnya menjadi media komunikasi (yang akhirnya membuat aku menjadi bahan celaan di bbrp blog dan microblog ;))-walau akhirnya skrg twitter menjadi media komunikasi jg sih.
Nah, Google wave kebalikannya.
Google wave ini MEDIA KOMUNIKASI. Walaupun punya unsur sosial, kita harus mengingat, wave adalah infrastruktur. Wave ingin bersaing dengan pop, smtp dan microsoft exchange, bukan facebook atau twitter.
Bayangkan situasi ini… aku join a few mailing list. AKu berdiskusi. Dan setiap kali aku nge-post konten, konten itu di replikasi dan dikirimkan ke semua anggota mailing list. redundan kan? bukankah seharusnya semua melihat 1 sumber yang sama. tidak perlu replikasi.
atau bahkan fitur reply di email. untuk tahu thread, kita mengandalkan inline/attachment imel2 sebelumnya. gmail dan xobni jg memperkenalkan threading dengan metadata yang ada, tapi masih jauh lebih akurat.
bayangkan lagi bagaimana aku mengkomen di blog navinot ini. Aku nulis panjang lebar. dan klik ‘berlangganan komentar baru via email’ dengan harapan bisa ikut diskusi terus. What? berlangganan via e-mail?
Mo komen, cek komen, forgot password, join, notification, notification direct message(WHAT? message pangkat 2 donk?) harus cek imel.
email seakan2 menjadi pipa atau lem interaksi di internet yang kita terima karena kita sudah terbiasa.
Anggap saja wave ini email infrastructure with more powerful API ….atau bahkan, the world’s messaging bus!
ps. coba aku bisa nulis komen ini lewat wave dan langsung di tunnel ke blog-ku sendri. dan semua reply ke komenku masuk ke blog-ku jg. that’d be powerful.
coba kombinasikan google wave dan google code untuk membuat aplikasi di google appengine (for wavebot itself!.. if necessary). 🙂 IMHO, kita akan menemukan bahwa proses pengembangan software open-source tidak hanya bisa dinikmati produknya tetapi juga prosesnya 😉
teknologi CSCW seperti google wave ini menurut saya salah satu prototype untuk ‘social (user) interface’.
tidak seperti media komunikasi yang linier seperti diskusi milis via email, web forum, plurk dan sebangsanya yang tidak mempertahankan ‘dynamics of discourse’ sehingga menyulitkan orang baru untuk bergabung di tengah-tengah diskusi/project.
eh, bukannya kolaborasi realtime serupa udah pernah dicoba2 bikin yah… 😀
Saya nemuin beberapa dari gotoweb20 atau feedmyapp, atua ntah dimana lagi.. Tapi yg jelas, jika bicara online collaboration tool, udah ga asing lagi karena udah sejak Basecamp muncul, perkembangan terus dan terus makin mateng..
Soal wave, aku ndak isa komentar dulu,..
karena menunggu akkunnn :((
Tapi harusnya kelebihan dari Google Wave hadir seperti kata Ronald diatas.
Untuk sementara saya bisa bilang kelebihannya adalah karena pembuatnya yg google mungkin 😀
ton kowe wes moco iki http://code.google.com/p/wave-protocol/ ? opo iki pisan http://www.waveprotocol.org/presentations ?
@uradn
Spesifikasi Wave? Iya sudah baca sebagian walau tidak sepenuhnya mengerti secara detil.
hari ini saya baru coba Google Wave, dan salah satu yang menarik adalah adanya Public Timeline, jadi kita bisa melihat threat seluruh pengguna Google Wave di dunia (seperti twitter). So, bagi yang belum mempunyai contact satu pun, tetap bisa berkomunikasi dengan pengguna Google Wave di manca negara.
Google Wave will beat Twitter soon..
great app!
Same title: http://scobleizer.com/2009/10/01/google-wave-crashes-on-beach-of-overhype/
@Harry Jacob
Yep, it’s intentional 🙂
sorry about that.. didn’t read the first paragraph.
Anyway… I ‘waving’ with my friend for awhile, then use it to play sudoku 😀
but I think it’s a nice digital office.
Comments are closed.