Opensource: Jangan Sampai Kalah Perang Cuma Karena Gengsi
https://haveaircustoms.com/2g49r1b
https://filmsofnepal.com/bszxsfude Opensource seringkali dianggap sebagai peluru perak dalam mengatasi semua masalah. Sebenarnya tidak salah dan punya efek bagus pula dalam rangka menumbuhkan inovasi baru. Opensource dan proprietary pun terkadang menjadi agama baru yang kadangkala bisa menjerumuskan kita pada pengambilan keputusan yang kurang tepat.
http://www.docstrangelove.com/2023/10/19/x5ud1v6l Kali ini saya tidak ingin membahas tentang mana yang lebih unggul. Keunggulan dan efisiensi tergantung pada banyak variabel termasuk teknologi itu sendiri dan faktor manusia. yang hendak saya soroti sekarang adalah kelemahan-kelemahan yang ada dalam komunitas atau produk opensource.
Community driven
https://larrylivermore.com/?p=0je94bt3 Dengan model community driven, produk opensource bisa dipastikan akan mempunyai panduan pengembangan produk yang jelas. Fitur-fitur yang ditambahkan juga bisa dipastikan pasti akan dipakai oleh penggunanya. Namun di sisi lain community driven kadang membuat produk dikembangkan dalam rangka menyenangkan semua orang, karena semua orang punya kesempatan untuk memberikan ide fitur. Hal ini terkadang justru membuat produk menjadi less useful karena tidak ada satu fokus yang dikejar. Dan produk Anda pun tak akan pernah jadi Purple Cow.
Not Invented Here (NIH)
He/she who codes, decides. Pakem ini berlaku hampir di semua komunitas opensource. Siapa yang menulis kode, dia yang memutuskan. Memutuskan di sini berarti menentukan bagaimana suatu fitur akan diimplementasikan, termasuk memutuskan apakah usulan fitur Anda akan diimplementasikan atau ditolak mentah-mentah.
https://www.tuscaroracountryclub.net/owbsn5ao Walau bisa menjadi komplemen penyemimbang community driven development, NIH sering kali menyebabkan pengguna menjadi sebal. Kadang kala memang ada fitur yang seharusnya ada di sana, tapi karena developer tidak membutuhkan maka bisa saja fitur usulan tersebut mendapat jawaban NIH.
Lack of Research
https://dna-awakening.org/j6w2h14mm Walau tidak selalu benar, produk opensource terkadang memang lack of research. Hal ini logis saja karena biaanya yang menjadi dasar pengembangan produk adalah kebutuhan diri sendiri. Akibatnya faktor usability tak terpenuhi atau kurang user friendly. Namun belakangan ini, aktivis opensource tidak terbatas pada code ninja saja namun sudah merambah ke artist dan engineer yang punya background akademis untuk wacana usability dan user experience. Riset juga sering dilakukan baik secara eksplisit atau implisit lewat produk itu sendiri.
Untuk menjadi jenderal perang yang mumpuni, kita harus bisa mengetahui dan mau mengakui kekurangan kita sendiri. Jangan sampai kalah perang cuma karena gengsi.
17 thoughts on “Opensource: Jangan Sampai Kalah Perang Cuma Karena Gengsi”
https://drurymirror.org/2023/10/19/pg1ld4nny yang paling males dalam pengembangan FOSS ketika pengguna banyak komplain dan ‘mau enaknya ajah’ contohnya para pengguna “baru” yang mempertanyakan kenapa sih saya ga bisa pakai internet explorer di ubuntu.. (doh) padahal ubuntu bukan di buat untuk tujuan itu..
entah masalah seperti itu ditemui dalam project FOSS lainnya atau tidak
salam
Dari profil pekerja MS di linkedin, denger2 Microsoft udah kerja untuk win 8, bahkan win 9 saat win 7 aja belum rilis. Kabarnya bakal suport 128bit. Saya kira yang revolusioner selalu butuh visi leader, team, order hierarkis, juga pendanaan. Sulit rasanya jika dilakukan dengan model kontribusi komunitas ala opensource.
3 hal yang disebutkan di atas menurut saya bukan kekurangan opensource, tapi kekurangan manusia yg menjalankan model ini. ibarat daging sapi, kalau masakannya tidak enak, yang salah kemungkinan besar adalah yang memasak, bukan dagingnya.
Buy Zolpidem menurut saya, kekurangan opensource hanya ada 1, yaitu kita tidak bisa mencegah orang lain untuk membaca kode yang kita miliki. tapi kita masih tetap bisa mencegah orang lain untuk memproduksi ulang maupun memodifikasi kode tersebut.
FOSS pasti freeware dan opensource, tapi opensource belum tentu freeware, dan freeware belum tentu opensource. kadang kita masih rancu dg hal ini.
http://diversity411.com/uncategorized/kd6u2ir kalau sayah mengartikan FOSS dengan Free software dan open source om 🙂
https://dna-awakening.org/el6zz7n yang opensource masih sering dipandang sebelah mata, karena gratisan dan pengembangan model komunitas nya itu. jadi banyak pengguna/client yang anggap ini produk yg ngak serius cuman hasil coba2/eksperimen.
tapi open source masih digunakan (menurut saya) saat ini lebih karena hemat biaya.. ;D
Mungkin sebagian orang masih berfikir karena sumber kode nya terbuka maka masih banyak potensi orang ‘jahat’ mencari jalan untuk melakukan tindakan yang merugikan terhadap institusi yang menggunakan software open source.
Tapi so far memang solusi hibrida antara proprietary dan open source masih menjadi favorit di banyak instansi.
agak berasa curcol yah .. 😉
anyway soal [..Hal ini terkadang justru membuat produk menjadi less useful …] jadi teringat engine WP yg dipakai blog saya dan navinot ini… less usefull kah?
https://fcstruga.com/uncategorized/dp6d9qsn48 Good post, tapi kalau boleh saya berpendapat sepertinya tulisan ini sedikit terlalu mengenaralisir dunia OpenSource yang sangat luas
http://diversity411.com/uncategorized/ziu3imwo04d cheers
https://fladefenders.org/g3cmb2tkyp Kok ndak ada contohnya? Misal aplikasi OpenSource mana yang masuk kategori di atas? Kalo digeneralisasi langsung semuanya.., jadinya bias, sangat bias malah..
https://haveaircustoms.com/pahfgzcc Apache, MySQL, dan PHP (dimana web ini berjalan), saya rasa sangat jauh dari pandangan dalam tulisan di atas.
Ya walaupun di atas sudah disiapkan argumen *..walaupun tidak semua..*
https://drurymirror.org/2023/10/19/emyovd4 Lebih pas rasanya kalau sebutkan mana saja contohnya (baik yg lack of research atau yg tidak, yang less usefull atau yg tidak, yang pake NIH atau yg tidak).
https://www.mmjreporter.com/h1mld92fh5-43749 developer/perusahaan yg make open source software harus nyari tim sales/promotion yg lebih bagus. dari yg udah gw liat selama ini. big corporates use MS products karena mereka kemakan sama segala presentasi2 keren en brosur2 mengkilap yg dibawa sama vendor2 produk MS.
https://totlb.com/uncategorized/815ay19 so, open source software maybe better, but they sure dont know how to sell their products.
https://lavoixplus.com/index.php/2023/10/19/acmkt387a44 tapi sekali lagi, argumennya tetep *..walaupun tidak semua..*
http://www.docstrangelove.com/2023/10/19/tla6uedx Jangan salah, library Microsoft .NET itu sifatnya opensource, tapi tidak gratis.
https://larrylivermore.com/?p=n8xfug9s Pengalaman gua dengan open source (waktu itu sempat pake ubuntu), susahnya adalah pengguna harus ngerti IT, walaupun dikit. Untuk orang gaptek susah rasanya. Beberapa contoh pengalaman di ubuntu :
https://nicomuhly.com/news/2023/prdibxiyc 1. Saat instal, ketika masuk pada partisi hard disk, disana ada pilihan ext2 atau ext3. Orang gaptek klo mau install mana ngerti dia itu apaan?
2. Saat ini banyak perangkat mobile, misal HP, modem 3G, dll. Dan perangkat itu klo kasih driver hanya windows. Kenapa tidak dibuat driver untuk linux dan berbagai varian? Hasilnya dulu saat gua pake moto V3xx bisa jadiin modem, ketika beli E71 ga bisa. Mesti luangkan waktu utk research, tanya2 ke komunitas. Bandingkan dengan windows, ketika vista keluar awal2 (walaupun sempat sucks banget) banyak vendor hardware yang sediakan driver, ke website bisa download driver utk vista.
3. Dukungan software juga rada susah. Gua dulu sempat bangga dengan ubuntu. Jadi ketika kantor teman gua dirazia software dan akhirnya mesti bayar denda banyak banget, gua kasih usul pake ubuntu aja. Dia tanya, bisa jalan ga software bla, bla, bla? Dia sebut software2 yang dipake utk perusahaan sekuritas. Ya gua ga bisa jawab akhirnya hehe..
https://haveaircustoms.com/z5hrg0ay7 4. Terkait dengan nomor 3, kenapa di toko2 cd ga ada jual cd software yang kompatibel dengan ubuntu? Gua cari di internet, banyak banget software open source pengganti, misal photoshop -> gimp, nero -> img burn dan lain lain. Tapi orang gaptek mana tau? Kenapa enggak di bikin cd installer macam2 program kompatibel dengan OS open source trus jual d di glodok, mangdu dkk? Karena open source, paling cuma ganti biaya cd dan untung dikit lah, jual 1 cd 25rb.
https://www.mmjreporter.com/8wqx898ifi-43749 Dari pengalaman2 ini, ubuntu secara khusus kurang bisa memenuhi kebutuhan pengguna indonesia. Pengguna indonesia yang melek IT jauh lebih sedikit dari yang gaptek. Kalau orang gaptek merasa susah, ya nasib open source akan begini2 aja.
Hmm, menurut gw open source itu tujuan awalnya adalah berbagi. Pada awal sejarah komputer, para developer itu sering berbagi source code program mereka untuk di tes oleh developer lain. Sayangnya seiring komersialisasi program menjadi proprietary, para developer menutup rapat source code mereka. Nah gerakan open source mencoba untuk berbagi source code. Intinya berbagi, pada dasarnya kita harus berbagi kepada orang lain.
@Leontinus
Emang bener sih, instalasi distro linux membutuhkan pengetahuan IT yang lebih, sehingga orang awam tidak begitu ngerti. Namun, setahu saya sudah ada distro linux yang instalasinya mirip windows. Intinya sih kita harus belajar untuk tidak menggunakan program bajakan. Gw sendiri masih menggunakan program bajakan itu cuman MS Office. Windowsnya sama program lainnya insya Allah halal :-P.
https://www.tuscaroracountryclub.net/ldcspgnv @toni
Kalau saya yang masih bajakan adalah ultra edit. Sampai sekarang belum ada editor yang sesakti ultra edit (menurut gua). Eclipse dan Aptana juga menurut gua kurang. Sisanya semua yang gua butuhkan sudah ada pengganti yang free dan open source :
https://nicomuhly.com/news/2023/00fhc0ms7qj * winzip -> 7zip
* office -> open office
* photoshop -> gimp
* pdf reader emang dari adobe gratis
* pdf writer -> bull zip pdf writer
* nero -> ImgBurn
* codec film -> k-lite
* music -> itunes
* putty, winscp emang gratis dari sononya
* anti virus -> avira yg free edition
* audio video format convertion -> FormatFactory
* browser : firefox, chrome, opera, safari, IE gratis
* email client : windows mail, gratis juga, karena gua pake laptop dan sudah bawaan windows vista original.
https://lavoixplus.com/index.php/2023/10/19/a2gkuee Jadi jika ada edtir sebagus ultraedit dan open source, pasti akan gua pake. Tapi ini kan hasil research kecil2an, cari2 tau dari search engine. Orang awam kalau ga dikasih tau ya belum tentu tau. Apalagi semua ini gua dapatin dari download, orang yg ga punya akses internet akan lebih susah lagi. Caranya mereka ke glodok, mangdu, itc dkk. Dan disana semua bajakan.
Kalau penggiat open source bener2 mau, mereka bisa burn ke cd dan jual di glodok, mangdu, itc dkk.
The White House ternyata juga sudah pindah ke open-source (Drupal) http://personaldemocracy.com/node/15131
Satu lagi produk opensource dari Microsoft: http://research.microsoft.com/en-us/collaboration/tools/mbf.aspx
jangan memandang sempit opensource, opensource jg punya lisensi dan opensource tidak selalu gratis.
lagi-lagi produk baru microsoft yang opensource => .NET micro framework 4
http://blogs.msdn.com/netmfteam/archive/2009/11/15/net-micro-framework-version-4-0-ships-open-source-community-development-and-more.aspx
https://dna-awakening.org/3cfvljcijd pandangan masyarakat tentang opensource kebanyakan sudah tidak relevan, butuh pengenalan yang lebih thd opensource
Comments are closed.