Jangan Cuma Setengah-Setengah

Jangan Cuma Setengah-Setengah

Drink

Ada apa dengan yang setengah-setengah? Seth Godin berpendapat bahwa yang setengah-setengah itu tidak akan punya tempat di dunia (pemasaran). Satu-satunya jalan adalah produk kita harus benar-benar eksepsional. Eksepsional sangat bagus atau ekseksional sangat buruk.

Kenapa?

Attention is the new currency

Dari dulu, yang namanya attention itu terbatas. Contohnya adalah eyeballs, mata manusia cuma dua dan hanya bisa melihat satu hal dalam satu saat. Oleh karena itu iklan disisipkan ke koran atau majalah demi memperoleh perhatian saat manusia sedang membaca apa yang ingin dia baca. Hal yang sama juga berjalan di televisi dan internet.

Attention telah menjadi mata uang baru. Semua orang berlomba untuk berebut mendapatkan perhatian. Coba tebak, siapa yang bakal mendapat lebih banyak perhatian? Benar. Yang paling nyleneh atau dalam istilah Seth Godin: Purple Cow. Hanya yang terbaik yang akan mendapatkan perhatian. Dan tentu saja yang terburuk juga akan mendapatkan perhatian. Yang terbaik bsia langsung menuai profit sedang yang buruk harus mengubah perhatian yang diterima menjadi penjualan dari produk-produknya setelah diperbaiki.

Lying is not easy

Kabarnya, all marketers are liars. Dalam artian untuk memasarkan sesuatu yang jadi penentu adalah bagaimana seorang marketer bisa menuturkan cerita yang menyentuh hati konsumen.

Jika produk kita bagus, maka menuturkan cerita yang indah tidak akan jadi soal. Semuanya akan terasa natural karena kita tidak perlu berkeringat dingin menambal sulam fakta yang sebenarnya tidak ada. Bagi produk yang setengah-setengah, cerita yang menyentuh sangat susah untuk dibuat karena tidak ada unsur produk yang mampu menyentuh hati konsumen. Bagi produk yang buruk, tak perlu bercerita.

Lalu bagaimana saya tahu produk saya ada di posisi yang mana?

Sebenarnya kita pasti tahu produk kita ada di posisi mana. Pertanyaan paling mudah bisa diajukan: apakah Anda sendiri mau memakainya? Apakah teman dekat Anda mau memakainya? Hanya saja seringkali kita diselimuti over-confidence atau lack of knowledge. Saat hal ini terjadi maka yang harus dilakukan adalah segera luncurkan produk. Reaksi pasar akan menunjukkan di mana produk kita berada. Jangan berlama-lama, segera bergerak setelah tahu posisi produk kita.

Bagaimana jika kita tak mampu membuat produk yang lebih baik karena keterbatasan yang ada. Jangan putus asa, masih ada kesempatan untuk memasarkan produk tersebut. Caranya, tawarkan saja pada pasar yang tak memiliki banyak pilihan. Orang yang haus di gurun tak akan peduli apakah air kemasan yang Anda tawarkan adalah air dari kran atau air mineral Evian asli.

4 thoughts on “Jangan Cuma Setengah-Setengah

  1. Realitasnya konsep itu sulit dan bisa diperdebatkan. 10 perusahaan bersaing, satu terdepan, satu paling belakang. Otomatis yg 8 di tengah2. Bagaimana jika yang bersaing 100? Kalau saya bikin buku untuk bersaing dgn konsep Seth Godin, akan saya kasih judul : Cara Sukses Saat Berada Di Tengah – tengah, hehe…. 😀

    Kadang tidak perlu jadi purple cow. Cukup sapi biasa saja tapi gemuk.

    1. @Budi Tyas
      Hahaha, sepertinya bakal laris tuh karena mostly kita berada di bagian tengah-tengah.

      Tapi ya itulah, sebenarnya ini lebih ke semangat untuk jadi excellent. Biasanya kalau sudah pakai kata-kata “segini cukup deh” akhirnya semua standar pun ikut turun.

      Yang berada di atas saja bisa disalip, apalagi yang di tengah-tengah dan di bawah.

      Tapi ini pakai perspektif semuanya baris di satu garis. Mungkin ada jgua teori ekonomi dan marketing yang menggambarkan ujung tiap-tiap perusahaan itu adalah satu titik dalam sebuah bola/sphere. Jadi derajat persainganya bsia diukur dari berbagai macam sudut.

  2. @Toni
    Itulah. Kadang kata “segini cukup deh” itu justru jadi kunci. Banyak variabel yang terlibat, jd perlu harmoni. Pasnya dimana. Kayak nyetem gitar, senar satu dan yang lain harus pas. Klo yang satu terlalu kenceng, jadinya fals.

    Klo terkait niat usaha sih, emang ga boleh setengah2… 😀 , mo terjun ya basah sekalian.

Comments are closed.

Comments are closed.