Eh, ID Saya Apa Ya?

Eh, ID Saya Apa Ya?

Lazy Registration turns to Confusing Registration

Lazy registration adalah salah satu teknik untuk mengatasi persoalan konversi (mengubah pengunjung menjadi pembeli/anggota). Caranya adalah dengan memberikan form pendaftaran yang minimalis supaya calon pengguna tidak kehilangan kesabaran dan akhirnya batal mendaftar.

Trik lain yang serupa dengan lazy registration adalah dengan menerapkan single sign on atau berbagi identitas. Alih-alih mengisi ulang form pendaftaran dengan kolom isian yang serupa, kini calon pengguna bisa menggunakan OpenID untuk mendaftar dan langsung login.

Ada cara baru lagi yang lebih mudah. Jika sebelumnya kita harus mengisi kolom isian untuk OpenID, sekarang lazy registration cukup diterapkan dengan satu tombol saja. Facebook dengan Facebook Connect-nya menjadi pelopor UI yang benar-benar efisien ini.

Walapun konsep yang dipakai adalah standard, kecuali Facebook Connect, ternyata tetap saja kita akan berakhir dengan begitu banyak tombol untuk dipilih. Sebuah situs akhirnya akan menampilkan berbagai macam metode yang bisa dipakai untuk lazy registration. Cara klasik dengan username dan password, Facebook Connect, OAuth, dan tombol-tombol OpenID. Lazy registration menjadi confusing registration. Betapa tidak, terlalu banyak ID yang tersedia kita tak lagi bisa mengingat ID mana yang kita pakai login atau akan kita pakai untuk mendaftar ke situs tersebut.

Jadi, bagaimana cara memecahkan masalah ini? Well, saya sebenarnya tak ingin menyajikan solusi namun ingin sekedar menggarisbawahi permasalahan. Langkah yang jelas ya memilih satu atau dua di antara banyak ID tersebut sehingga sewaktu pengguna kembali ke layar login atau pendaftaran maka dia tidak akan bingung dengan banyaknya pilihan.

Ambil saja masing-masing satu pilihan untuk tiap opsi. Untuk menggaet pengguna Facebook kita pakai Facebook Connect. Untuk OAuth, sepertinya Twitter lebih populer. Sedangkan untuk OpenID, Yahoo atau Google bisa jadi pilihan. Jika Anda cukup berani, mungkin OpenID bisa dihilangkan opsinya karena hampir semua orang yang punya OpenID pasti punya Facebook atau Twitter ID. Walau tak semua.

Atau Anda bisa pakai username dan password seperti biasa. Mana yang Anda pilih?

12 thoughts on “Eh, ID Saya Apa Ya?

  1. Kolom komentar blogger blogspot ada beragam opsi ID untuk mempermudah, tapi entah mengapa, saya malah lebih suka wordpress. Opsi untuk mempermudah justru bikin tidak mudah.

    1. Kalau saya sukanya FB connect atau Twitter OAuth karena keduanya biasanya sudah logged in. Saya benci harus mengetik ulang user password ๐Ÿ˜€

    2. saya setuju dengan pendapat Toni, kini hampir semua orang yang brselancar di internet memiliki akun Facebook. Oleh karena itu, saya pikir mungkin opsi ini akan jadi pilihan yang tepat (setidaknya untuk saat ini).

    1. @Jeffry Rahatama
      Tiap-tiap metode otentikasi pasti punya API yang bisa dipakai untuk mengambil data pengguna, walau mungkin tidak semua data bisa diambil.

      Untuk keperluan CRM, jika tidak ingin menangani pengguna di masing-masing layanan, ada baiknya disusun mekanisme tersendiri dalam menjaring data pengguna. Eg, lewat campaign terpisah.

      Model otentikasi yang dipilih pengguna bisa dianggap sebagai petunjuk bagi pemilik situs tentang bagaimana si pengguna harus dikontak. Jika memilih Facebook, mungkin memang si pengguna lebih suka dikontak lewat Facebook daripada e-mail.

    2. @Tony
      Kalo memilih cara campaign terpisah biasanya akan memerlukan waktu tambahan, sedangkan casenya suka tidak memberikan cukup waktu untuk itu

      CMIIW bukankah biasanya setiap API tidak mengijin kita nge save data mandatory seperti email user misalnya, dan itulah kenapa pada penggunaan API semacam Facebook Connect akan ada second step yg biasanya berbentuk light form registration demi mengejar data2x mandatory tersebut tanpa mencederai terms of use nya si API, walaupun akhirnya mengurangi efektifitas lazy registration ini

      Soal petunjuk dari preference user, yah kadang memang susah mensinkronkan behavior user dengan kebutuhan CRM

    3. @Jeffry Rahatama
      Hehe, di situlah dilemanya. Tapi kurasa lazy registration ini serving different purpose. Fungsinya supaya pengguna cepat berkerumun. CRMlah yang justru harus beradaptasi dengan trend baru ini ๐Ÿ˜€

      Buat CRM, top priority tetap jumlah user kan? Setelah itu baru “datanya lengkap” ๐Ÿ™‚

      Kalau CRM-nya keren, UI adminnya tetap satu tapi mampu mengakomodasi Facebook, Twitter, dll tanpa mempedulikan asal pengguna. ๐Ÿ˜€

  2. @Tony
    Yup memang objective client untuk CRM pasti soal populasi dan kemudian data cleanness , tapi kemudian untuk mentrigger populasi itu biasanya dibuatkan aktivasi yg membutuh data mandatory seperti email padahal lazy registration ini tidak dapat memberikan informasi tersebut ๐Ÿ™‚

    CRM sih bisa aja didesain untuk memanage sumber data dari setiap API, tapi aku tetap ragu soal data cleanness

    Kesimpulanku lazy registration tanpa dikombinasikan dengan mekanisme extra untuk melengkapi data masih belom bisa jadi solusi optimal bagi semua jenis site, mungkin bagi site yg tidak fokus pada CRM lazy registration adalah solusi yg sangat baik saat ini

Comments are closed.

Comments are closed.