Regulasi Baru: Kurangi Iklan, Tambah BTS

Regulasi Baru: Kurangi Iklan, Tambah BTS

perangtarif

Pesta Blogger 2009 was a lot of fun! 🙂 Dalam beberapa hari di Jakarta, sebagian besar aktifitas saya adalah mobile. Satu hal yang saya perhatikan adalah, saya bisa secara konstan cek email lewat iPhone 2G butut ini, hampir di seluruh Jakarta. Walaupun masih banyak blank spots dan call-drop.

Ketika balik ke Surabaya, sudah tidak ada lagi perasaan yang sama. GPRS terasa jauh lebih lambat, Twitterific tidak bisa lagi diakses. Tapi satu hal yang pasti, iklan ‘unlimited internet‘ di Surabaya tidak kalah banyaknya dibanding Jakarta. Tentu saja perusahaan seluler sangat mendominasi jatah iklan di papan reklame, dan saya yakin biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit.

Secara umum, umpatan konsumen akan ketidakpuasan atas layanan seluler itu selalu bergantian tiap harinya. Satu hari korban operator A, dan hari selanjutnya giliran operator B yang bermasalah. Apakah sudah saatnya pemerintah turun tangan untuk melindungi hak konsumen, meningkatkan kualitas hidup konsumen (agar tidak marah terus), sekaligus memajukan industri telekomunikasi (internet) Indonesia. Sudah pasti kita butuh dukungan infrastruktur yang kuat untuk lebih maju dan lebih bersaing.

Beberapa sumber pernah memberi bocoran bahwa sebagian besar mesin BTS operator selalu kelewat batas. Dengan kata lain, bila satu mesin hanya mampu melayani maksimal 1000 pengguna, kenyataan di lapangan selalu melebihi angka tersebut. Masuk akal bisa terjadi banyak gangguan, seperti call-drop ataupun layanan GPRS yang payah. Begitu juga layanan 3G atau data yang terpampang di papan reklame, tanpa dukungan perangkat yang memadai.

Dari sisi operator juga tidak mau kalah, dengan alasan pemerintah tidak mau membuka frekuensi baru bagi para operator. Artinya jalur yang sudah ada jadi penuh sesak untuk melayani banyaknya pelanggan. Mengingat jumlah operator semakin banyak, dan jumlah pengguna yang semakin membengkak, hal ini jadi alasan utama atas layanan mereka yang tidak memuaskan.

Memang dari kedua sisi masih perlu banyak konfirmasi dan penjelasan. Namun dari sedikit penjajakan singkat, menunjukan bahwa sejumlah masyarakat sangat berminat untuk membayar layanan internet premium. Membayar lebih tidak masalah, asal kualitas layanan bisa dipertanggungjawabkan. Lagi pula tarif yang sudah ada juga tidak kalah mahal dengan di Amerika.

Satu usulan adalah melarang atau mengurangi jatah iklan dari semua operator, dan dana yang tersisa bisa dialokasikan untuk memperbaiki jaringan masing-masing. Mengingat papan reklame juga tumbuh lebih cepat dari hutan yang semakin gundul, langkah ini juga bisa masuk kategori ‘ramah lingkungan. Minus sumber daya listrik yang harus diserap oleh BTS baru.

Ide di atas memang terkesan sederhana, tanpa perhitungan, bahkan beberapa orang bisa berkata itu bodoh atau tidak benar. Tapi setidaknya kita bersuara dan menyatakan pendapat kita, dan tidak tinggal diam saja.

Lain hal yang bisa kita lakukan adalah membuat layanan lokal yang berkualitas, sehingga pengguna punya alasan lebih dari sekedar Facebook atau Twitter untuk berlangganan paket data. Untuk melayanani seluruh daerah secara geografis membutuhkan biaya yang banyak, dengan persentasi pengguna layanan data yang masih minim, susah bagi operator untuk menutup biaya yang dibutuhkan.

Ada ide yang lain? Silahkan berkomentar.

11 thoughts on “Regulasi Baru: Kurangi Iklan, Tambah BTS

  1. pengurangan dana untuk iklan yang dialihkan sebagai dana penambahan BTS tentu akan memuaskan para pelanggan yang menggunakan jasa operator. tapi jangan sampai hal itu akan mengurangi pula porsi kue yang telah dinikmati oleh media sebagai pengguna terbesar dari dana iklan operator tersebut.

  2. Regulator (Pemerintah) telah mengeluarkan kepmen tentang kualitas layanan, dan BRTI bertugas mengawasi-nya, dengan cara melakukan field test ke lapangan.

    Sebetulnya kepmen tersebut sudah bagus, karena masih relatif baru kepmen tersebut, belum benar dilaksanakan oleh BRTI. Tapi saya yakin, ke depan BRTI akan lebih ketat lagi.

  3. Buat saya ya yang penting kualitas pelayanan, seberapapun dan bagaimana pun mereka menganggarkan promosi. Tapi siapa yang mengawasi pelayanan mereka? Mari. 🙂

    Yang pasti sebagai pengguna prabayar saya membayar lebih mahal untuk apapun karena jarang dapat promo spt halnya prabayar. 🙁

  4. Yg perlu ditambah mungkin bukan BTS nya, tapi sambungan fiber opticnya. Klo ngeliat sebaran orang yg mau bayar mahal demi koneksi, kayaknya hanya Jakarta aja kali yg layak. Kota lain blm cukup merata. Klo Ivan mo koneksi mobile di rumah jadi cepet, ga perlu mengurangi iklan, cukup ajak beberapa blok pakai operator yg sama dan siap bayar mahal utk itu. Otomatis BTS di situ dioptimize jd cepat. 😀

  5. Beberapa hari ini sedang pindah dari jogja ke jakarta, memang benar sih kerasa banget. Di jakarta mau nge-twit/plurk/fb lancar jaya dimanapun berada. Tapi di Jogja ? di kontrakan yang notabene deket sama UGM aja sering ga nyambungnya.

  6. Liberalisme di bidang industri telekomunikasi menyebabkan banyak operator namun minim kualitas pelayanan. Bahkan hampir semua perusahaan telko dikuasai asing, yang artinya keuntungan industri ini lari keluar negeri. Idealnya Indonesia cukup punya 3 operator saja. Dengan begitu mereka bisa fokus memberikan layanan, bukan sibuk berebut pasar.

  7. susah memang, di satu sisi ada pelanggan yg minta harga murah, dan juga persaingan yang ketat di sektor telco membuat operator harus membuat iklan terus menerus, sedangkan disisi lain ada pelanggan yang meminta service menjadi nomor 1.
    Yak memang kalau ada yg mengawasi, mungkin persaingan dalam hal tarif yg mentrigger operator membuat iklan akan sedikit berkurang. Mungkin tidak hanya dari pelanggan, tapi regulasi.
    Memang benar ada peraturan BRTI yg meminta bahwa operator harus menjaga kualitas layanan. Tapi selain itu juga harusnya BRTI telah mengeluarkan peraturan tentang harga, seperti batas bawah harga termurah yang boleh dikeluarkan operator seperti layaknya Suku Bunga yang terjadi di Bank.

Comments are closed.

Comments are closed.