Organisasi Informasi
Jika saya tanya bagaimana Anda mengatur koleksi buku dan DVD di rumah Anda, saya pasti akan mendapatkan berbagai macam jawaban. Mungkin ada yang mengelompokkan berdasarkan genre, atau ada yang mengurutkan berdasar alfabet. Mana yang lebih efektif?
Tag, not Category
Kategori mampu memberikan informasi hirarkis dari suatu koleksi. Informasi ini berguna dalam rangka memberikan konteks pada koleksi namun tak mampu memberikan banyak value bagi discoverability. Kategori tidak mampu mendaftar suatu koleksi dalam lebih dari satu macam tempat.
Tag sebaliknya, tak memiliki informasi hierarkis namun mampu membuat konten mudah ditemukan karena semuanya terhampar dalam dataran yang sama. Untuk menemukan suatu koleksi seseorang bisa melewati banyak jalan yang berbeda. Koleksi Pirate of Caribean bisa ditemukan lewat jack Sparrow, Kraken, Pirate, dan lain-lain. Dengan kategori bisa dipastikan Anda harus mengetahui terlebih dulu bagaimana kategori dibuat.
Bukannya dibuat mudah, Anda malah disuruh berpikir cara mencari produk yang mungkin tak Anda ingat detilnya.
Scalability
Seberapa besar jumlah koleksi yang mampu ditangani oleh metode yang kita pakai? Model alfabet tidak akan terlalu efektif jika terdapat banyak koleksi yang punya title hampir sama karena kita masih harus melakukan pencarian ekstra setelah huruf awalmu ditemukan.
Metode kategori dengan genre akan mengalami defisiensi sama dengan metode alfabet saat koleksi menjadi sangat lengkap. Anda bsia menemukan kategori Action Movie, namun setelah itu Anda akan terjebak dengan pencarian berdasar alfabet.
The Digital Age
Jaman digital menawarkan kemudahan dalam mengorganisasi informasi. Baik dalam hal penyimpanan atau discoverability. Sekarang koleksi hanya perlu diberi nomer unik, sisanya di-offload ke komputer. Tagging, kategori dan berbagai data yang mampu menjadi identitas suatu koleksi disimpan di mesin untuk mempercepat pencarian koleksi.
Tidak hanya berupa data teks, gambar juga dipakai dalam pengorganisasian koleksi. Moodbar dipakai untuk memroduksi representasi sebuah lagu dalam bentuk pita warna. Webshot dipakai untuk menggantikan URL dalam koleksi bookmark karena URL is dead. Sketsa juga bisa dipakai untuk mencari gambar lain seperti yang ditunjukkan dalam proyek Photo sketch.
The Closing
Sebenarnya yang mendasari tulisan ini adalah Pearltrees. Jika delicious menawarkan tagging, Pearltrees menawarkan konektifitas antar bookmark. Ketika kita bicara bookmark, kita pasti membicarakan soal discoverability. Kita tidak ingin mengingat terlalu banyak. Kita tidak ingin mengingat sampai di mana kita telah membaca suatu buku, tidak ingin mencari di history browser tentang situs menarik yang kita kunjungi kemarin.
Tapi menurut saya masih ada yang hilang dari Pearltrees. Setiap helai informasi pasti bisa dihubungkan dengan yang lain, namun justru pekerjaan inilah yang hendak kita hindari. Kita tak punya waktu untuk hal ini karena menemukan informasi saja sudah sulit. melakukan tagging saja mungkin sangat malas kita lakukan kalau saja kita tidak ingat bahwa informasinya akna membantu kita menemukan ulang informasi tersebut. Akan semakin malas lagi kalau tidak dibantu dengan rekomendasi tag yang bsia dipakai.
Menurut Anda sendiri, metode efektif apa yang bisa dipakai? Kalau saya jelas maunya adalah masukkan semua informasi dalam satu keranjang dan biarkan terjadi interkoneksi secara otomatis.
5 thoughts on “Organisasi Informasi”
-Tag, not Category-
Tapi buat saya.., both..!
Contoh sederhana.. Blog ini tetap punya kategori utama juga bukan? Memudahkan untuk _menuntun_ menemukan konten menarik. Sementara tagging, untuk _mencari_ konten tertentu, jadi user sudah tahu apa yang mau dia cari.
Pada prakteknya, tagging juga sulit. Untuk menemukan suatu konten tidak cukup dengan satu tag. Tentu saja untuk menemukan hasil yang akurat harus dengan beberapa tag. Di wordpress sendiri saja (dan cms lainnya pun) hanya tersedia single tag yg bisa diklik.. (CMIIW).
Ujung2nya ngeklik tag, sama saja seperti ngeklik category.
*itu dalam bahasa teknisnya.. bahasa konseptualnya saya susah nulisnya.. 😀
wew.. tagging sepertinya menarik, meski memang ga bakal ketauan dari genre apa karena kategori biasanya berdasarkan genre
tapi, anehnya saya sendiri masih berkutat dengan filing yang berdasar alfabet meski tau itu kurang efektif (doh)
sama bro, semua yang mungkin bisa sangat membantu tinggal dikasih
Dari sudut pandang saya, tag is good, sayang teknologi lama belum mengadopsinya. Saya punya email menggunakan Outlook 2003 di kantor dan itu tidak pake tag. Padahal email yang masuk need to be organized.
Tag kadang juga membuat file kita jadi berantakan. Karena terlalu banyak tag yang dipakai, jadi sampai kita nggak ingat sendiri punya tag apa aja 😀
Setuju dengan Okto, both of them are important. Pengalaman saya mengelola perpustakaan, sekedar mengandalkan tag, bakal kelabakan kalau jumlah dokumen/informasi sudah gila-gilaan. Istilahnya high recall but low precision. mau tidak mau akan berpengaruh juga ke skalabilitas, poin tulisan anda berikutnya. High recall bisa ditingkatkan dengan tagging, tapi meningkatkan precision dengan membangun konteks yang tepat, pakai kategori.
Oke, bisa saja beragumentasi, ah bisa dengan menambahkan banyak tagging di suatu entri. Pertanyaan berikutnya, seberapa banyak orang yg faham atau mengerti dengan banyaknya keyword yang digunakan utk tagging? Salah satu poin kenapa yahoo banyak ditinggalkan dalam pencarian informasi di web adalah, terlalu banyak orang yg kecewa dengan hasil pencariannya yang ternyata tidak tepat sasaran.
Oiya, kenapa ada Google Special Search (http://www.google.com/options/specialsearches.html)? Menurut saya karena masalah yang sama dengan yang kita bahas ini. Terlalu banyak informasi di web yang berpotensi membuat user kecewa karena hasil pencarian yang tidak tepat (kehilangan konteks), membuat google perlu membangun kategori dulu untuk domain yang dirasa terlalu masif informasinya.
Comments are closed.