Social Graph: The True Power of Facebook

Social Graph: The True Power of Facebook

teamwork

Dalam proses pengembangan suatu aplikasi, para developer tidak jarang dihadapkan dengan proses registrasi. Berdasarkan keperluan yang bervariasi, setidaknya validasi email merupakan suatu keharusan. Kini para developer mempunyai beberapa pilihan lain sebagai alternatif proses registrasi normal, yaitu layanan single sign on seperti yang dipeloposi oleh OpenID.

Sebenarnya OpenID adalah ide yang sangat cemerlang, karena sentralisasi informasi pengguna yang bisa digunakan diberbagai situs yang mendukungnya, serta mempercepat proses registrasi. Kini ide dari layanan tersebut telah berkembang dan munculah beberapa layanan mirip OpenID baru, beberapa diantaranya adalah Facebook Connect, Twitter, dan Google FriendConnect.

Sekilas semua layanan ini terkesan sama yang bertujuan menghilangkan proses registrasi dan validasi email. Bila anda seorang pengembang aplikasi, layanan mana yang akan anda pilih, atau prioritaskan? Banyak pasti mempertimbangkan Facebook Connect sebagai alternatif utama, mengingat jumlah pengguna Facebook yang berjibun, serta popularitas Facebook Connect serta aplikasi-aplikasi pendukung lainnya.

Sebenarnya Facebook Connect mempunyai potensi yang jauh lebih besar secara sendirinya, maupun dibanding alternatif lain seperti Google FriendConnect. Apa kiranya yang membuat perbedaan ini? Jawabannya adalah social graph dan kelengkapan informasi dari masing-masing profil Facebook itu sendiri.

Pada umumnya, pengguna Facebook termasuk sangat aktif. Untuk menikmati layanan Facebook, pengguna diberi motivasi untuk melengkapi profilnya, sehingga bisa bergabung dengan teman-temannya dengan alasan kesamaan. Aktifitas ini dilanjutkan dengan proses pertemanan yang semakin memperkaya informasi pada social graph Facebook.

Beda dengan Google FriendConnect atau layanan lain yang sejenis, di mana tidak ada insentif untuk melengkapi profil pengguna, atau bahkan melakukan aksi pertemanan. Tentu saja, Google bukan berangkat dari sebuah jejaring sosial. Saya pun yakin sebagian besar dari Anda mungkin punya Google account dan lainnya, tapi masih minim informasi, baik profil ataupun data pertemanan.

Mengapa informasi tersebut begitu penting? Dengan adanya informasi macam itu, banyak hal yang bisa dilakukan oleh pengembang aplikasi untuk membuat aplikasinya jadi semakin kaya. Mulai dengan menghilangkan proses registrasi dan validasi, menampilkan teman yang sama, atau melakukan personalized experience untuk menampilkan informasi sesuai profil pengguna.

Intinya, Facebook Connect itu lebih dari sekedar layanan single sign on. Lebih jauh lagi, keterbukaan Facebook untuk memperbolehkan para pengembang aplikasi untuk melakukan ini, semakin mengokohkan posisi Facebook sebagai penyedia layanan identitas maya yang lengkap dengan informasi pertemanan, yaitu social graph.

Can you do that with OpenID or Google FriendConnect? 🙂

Kini juga semakin jelas mengapa Yahoo! menyerah dengan dunia social networking dan memutuskan untuk bergabung dengan Facebook. Karena meskipun Yahoo! mempunyai banyak pengguna, tidak ada informasi relasi satu sama lainnya. Begitu juga dengan Google yang bergabung dengan Twitter, entah apa tujuannya, naluri ini berkata pasti ada sesuatu yang berkaitan dengan informasi relasi Twitter yang bisa memperkaya algoritma Google, untuk menampilkan hasil pencarian berdasarkan informasi pertemanan. (lihat artikel beberapa hari lalu.)

Pikirkanlah sejenak, apa semua ini masuk akal? Facebook sebagai identitas maya?

10 thoughts on “Social Graph: The True Power of Facebook

  1. Okay, you made me questioning myself about Google real motivation here. I agree it won’t be as shallow as user base? Does it relate to this recent Realtime Search feature? Hmmm.

  2. semakin mengguritanya dan juga semakin bercabangnya koneksi, koq saya malah makin paranoid jangan2 data2 dipake secara sepihak ya?

    itu makanya saya ga pake google friendconnect dan juga facebook connect secara signifikan

    1. yah itu pulak sebabnya saya pakai beberapa model jejaring so(k)sial plus yang meski bukan jaring.. soalnya, untuk merealisasikan pecahan-pecahan kepribadian saya sih *jiah elah dia curcol..)

  3. Facebook sebagai identitas maya? ya jangan lah, balik lagi ke si developer, single sign on itu sebagai pelengkap akses yang mempermudah usernya, atau cuma mau ngekor kehebohan facebook 😛

    kelengkapan informasi profile harusnya bukan hal penting kalau si developer tetap mau mengutamakan regular profile di aplikasinya, dengan gmail account aja kita sudah bisa punya primary photo & email, cukup kan 😀

  4. Untuk web yang tidak perlu capture data dari visitor mereka, FB connect is def a good idea. Tapi untuk web yg perlu data user untuk advertising purposes or behavioural analysis, FB connect is a nightmare krn website owner tidak bisa memiliki/captured data dari user yang registrasi/login via FB connect. CMIIW.

    1. @Dominic
      FB Connect is a nightmare kalau kita menginginkan data pengguna. Kita pun jika punya data sebesar facebook pasti pikir-pikir untuk melepas semua data tersebut (terutama data kontak). Tapi kenapa juga kita harus terhalangi dengan ketiadaan kontak. Mungkin kita masih bisa menjangkau pengguna lewat message API-nya Facebook (ada tidak ya?). Atau kita buat program campaign sendiri supaya pengguna mau melengkapi kontak e-mail. Facebook Connect yang pasti bukan jawaban final untuk memecahkan masalah. Tapi salah satu tool hebat dalam menjaring pengguna. Why stop there?

  5. yap. rasanya FB muncul dengan momentum sebagai sosNet yang professional. jadi entah sebagai pionir atau tuk selamanya yang jelas sdh bnyk yg mematok facebook sebagai konten ID card nya atau bagian CV yang wajib dicantumkan

Comments are closed.

Comments are closed.