There’s No Appstore For That

There’s No Appstore For That

Dimulai dengan Apple dengan toko musiknya. Kemudian berkembang dengan penyediaan aplikasi untuk iPhone dan iPod. Langkah ini ditiru oleh banyak produsen lain termasuk Nokia, Blackberry, Android dan bahkan platform untuk Twitter (OneForty). Ada apa gerangan?

The Missing Link

Fungsi Appstore sebenarnya menjadi komponen yang mengeliminasi keberadaan missing link. Jika kita berkaca pada Apple, Apple punya suatu ekosistem terpadu dari hulu ke hilir yang menjadikan pengalaman memakai produk benar-benar maksimal. Tak lagi kita disulitkan dengan membolak-balik halaman Google untuk mencari aplikasi yang mampu memenuhi kebutuhan kita. Semua bisa diakses di satu tempat dan dipastikan telah lulus standar kualitas tertentu. Bagi konsumen berarti ada keuntungan dalam bentuk kemudahan discovery dan trust. Belum lagi harganya yang sangat miring. It’s a complete circle, for the consumer.

Emerging Market

Dengan tren paket murah untuk mengakses Facebook dan Twitter, hape QWERTY mulai memperluas dan mendominasi pasar. Spesifikasi kemampuan hardwarenya pun tak begitu berbeda satu sama lain dan mungkin bisa dianggap standar. Kamera, MIDP, dan 3G/EDGE ada di semua hardware baru ini. Ya, jelas sudah kesamaan ini sebenarnya telah membentuk pasar baru. Tidak hanya dari sisi hardware, kultur konsumennya pun sudah tidak terlalu gagap dengan dunia online. Kenapa belum ada Appstore untuk pasar ini?

Barrier of Entry

Salah satu yang menjadi penyebab tidak adanya appstore untuk kondisi di atas adalah karena tidak ada seorang pun yang memiliki kontrol atas keberagaman brand hardware. Tentunya berbeda dengan Apple, Nokia dan Blackberry yang menjadi pemilik hardware sekaligus Appstore. Ketiadaan single control ini menimbulkan kesulitan untuk masuk dalam ekosistem. Seorang inisiator Appstore harus menggandeng sejumlah banyak vendor untuk memasukkan platformnya ke dalam masing-masing hardware. Biayanya akan jauh meroket dibandingkan dengan setup Appstore untuk satu brand saja.

We Own It

Karena tidak ada satu entiti yang memiliki kewenangan penuh atas pasar di atas, berarti kita semua berpeluang memilikinya. Mirip kasusnya dengan OneForty yang tidak dimiliki oleh Twitter. Appstore ini hanya bergantung pada platform Twitter yang terbuka. Memang tidak ada benefit mendapatkan dukungan dari pemilik platform, namun ini juga berarti kebebasan yang lebih bagi pemilik Appstore.

Mudah-mudahan saja ada big guy yang melihat kesempatan ini dan kemudian menginisiasi Appstore untuk lintas brand. Efeknya tentu akan positif bagi pemain lokal. Ibaratnya lapangan pekerjaan baru. What do you think?

PS:

Sebenarnya saya masih kurang paham dengan konsep OneForty. Menurut saya, yang lebih bisa laku itu Appstore untuk Tweetdeck dan Seesmic berupa plugin/addon yang akan meng-enhance fungsionalitas. Atau mungkin Appstore untuk browser seperti AMO (Addon.Mozilla.Org) yang sayangnya tak memunculkan potensi komersial.

Photo by Joe Shlabotnik

6 thoughts on “There’s No Appstore For That

  1. Untuk pasar yg sangat besar, aplikasi bagus biasanya larinya justru ke adware. Duitnya dari satu sumber(pengiklan), yg mo pakai aplikasi berapapun ga masalah. Klo apple, meskipun usernya banyak tp tdk cukup banyak utk bisa didanai pengiklan dgn nominal yg layak, jd cocoknya emang dijual eceran, dan appstorenya cocok utk itu. Klo apple ga inisiatif bikin appstore, produknya mungkin bakalan garing krn pada males bikinin aplikasi tambahan. Btw, Apple itu unik. Meniru apple klo ga keseluruhannya, kayaknya jg susah utk jalan. App store nokia ato yg lain nampaknyanya jg ga sesukses apple. Cuman sayangnya Apple kok jadi kepedean krn iPhone laku. iPhone ga bisa muter flash malah adobenya yg dibilang malas. Meski nilai tawar Apple meningkat krn iPhone, harusnya tdk searogan itu. Yah, eksklusif dan unik sih bagus, tapi klo Bang haji roma irama bilang sih…, serba terlalu itu ga baik 😛

  2. “Appstore” untuk aplikasi lintas platform? Untuk yang support Java (MIDP) udah lama ada tuh: http://www.getjar.com sejak tahun 2004. itu yang gue tau, mungkin ada yang lain yang gue ga tau.

    Tiap-tiap operator seluler kita pun sejak lama udah punya portal WAP tempat pelanggan bisa beli (biasanya) games-games untuk handphone dengan cara pembayaran potong pulsa. Itu diitung “appstore” juga ngga?

    versi yang lebih lokal lagi, silakan ke ITC mana aja dan kunjungi toko atau kios yang nyediain satu komputer di depan tokonya (dan biasanya masang lagu ST12/Kangen Band). bisa beli seraup aplikasi dengan harga 10-20ribu. bajakan memang. tapi “appstore” juga kan?

    yang Apple lakukan, dan mereka lakukan dengan sangat baik, hanyalah memoles konsep “appstore” dengan kemasan yang lebih menarik.

    1. Betul, sudah ada beberapa kok appstore yang cross platform. Contoh lain adalah Djuzz, yang baru/akan launch. Mereka ini appstore untuk games di Nokia, Blackberry, dll. Business model mereka lewat online ads, dan untuk content provider, pasang listing di appstore gratis. Sangat bertolak belakang dengan Apple appstore yang bagi revenue 70/30 dan perlu approval lama sebelum apps bisa muncul di listing.

Comments are closed.

Comments are closed.