Apa yang kita inginkan dari WebOS dan Webtop?
Kita mulai dulu dari definisi WebOS. Yang saya maksud dengan Web OS adalah produk-produk seperti ChromeOS, dan Jolicloud. EyeOS dan GHOST tidak termasuk dalam cakupan definisi ini karena dua yang terakhir ini lebih menurut saya lebih pas untuk masuk dalam kategori Web Desktop (Webtop).
Function over Fashion
Tak bisa kita pungkiri. Cloud adalah salah satu trend saat ini. Walau mungkin fasenya sudah masuk bagian graph laggard, ditandai dengan begitu menyatunya cloud dalam keseharian kita. Dengan semboyan sekedar berada di cloud, suatu produk web OS bisa dikatakan lebih condong ke arah fashion. Being fashionable is cool, but what really counts in the end of the day is how much productivity we can achieve. Web OS tidak harus sekedar keren, bisa mengemulasi desktop dalam web namun berat dan ternyata fiturnya tak seberapa. Padahal kompleksitas aktivitas kita makin bertambah tiap harinya. Siapa yang tidak ingin bisa melakukan editing gambar langsung di dalam dashboard WordPress?
Saya bukan fan Webtop karena mereka berusaha reinventing the wheel (jika kita lihat dari perspektif fungsi). Yang saya cari adalah bagaimana cara menggunakan aplikasi secara lebih efektif, dengan nilai tambah cloud-enabled. Memunculkan kembali taskbar, start button, aplikasi word processor baru dan lain-lain bukanlah yang saya cari.
Less Distraction
Siapa yang tidak senang dengan setting minimalis. Saat pertama kali mendapati komputer yang baru diinstall OS kita senang karena tampilannya baru, mengkilat dan banyak hal yang bisa dieksplorasi. Namun tak beberapa lama, kita akan segera menambahkan berbagai perkakas baru karena tidak semua hal yang hendak kita lakukan bisa difasilitasi oleh instalasi awal tersebut. Ujungnya kita akan berhadapan dengan sistem yang kian lambat dan menu yang begitu panjang dan susah di-browse. Di saat seperti itu kita kembali mendambakan instalasi dasar yang hanya berisi yang penting-penting saja.
Chrome browser hits the sweet spot here. Chrome menyajikan browser dengan porsi terbesar pada tab, bahkan area caption window dan menu pun direduksi. Yang tersisa adalah tombol navigasi, bookmark dan kotak URL. Mereduksi menu menjadi dua tombol dan meletakkannya di luar pola F membuat user kian fokus pada halaman web yang sedang dimuat. Di bagian atas window hanya terdapat tab saja, pandangan mata tidak harus dibingungkan oleh hal lain. Kita tidak harus ‘ngoyo’ menempatkan pandangan di antara kotak URL dan warna-warni halaman web. Lepas padangan ke atas, batasnya adalah tepian layar.
New Paradigm, More Productivity
Web OS sepertinya memang membawa paradigma baru dalam pemodelan dekstop. Desktop komputer yang selama ini kita kenal memang dibangun mirip dengan perilaku desktop sesungguhnya. Berkas bisa dipindahkan dengan drag and drog dan ditaruh di mana pun. Mudah memang namun hasilnya tak selalu baik. Seringkali kita kaget dengan desktop yang berantakan dan sama sekali tak pernah kita tengok. Hey, we only works with windows. Kapan terakhir kali Anda lihat wallpaper di desktop?
Seperti yang sempat saya singgung di atas, harusnya yang ditemukan adalah how to do things better. Lepaskan metafora desktop yang selama ini kita pakai. Ambil metafora baru yang disediakan oleh cloud: always on, available everywhere, anytime. Mungkin shell/desktop harus bisa dinamis menyesuaikan dengan aktivitas pengguna. Expand the Photoshop into a fullblown desktop?
Menurutmu, seperti apa Web OS atau Webtop yang ideal?
9 thoughts on “Apa yang kita inginkan dari WebOS dan Webtop?”
kok pertanyaannya kontradiktif sama artikelnya, uda tahu kalo produk itu ada dalam graph laggard, tetep aja nanya webtop/webos yg ideal.
tidak ada webtop/webos yg ideal, karena tiap produk akan mencapai titik jenuh.
setuju mas 😀
Yang masuk laggard adalah tren cloud. Web os dan webtop sendiri masih tergolong barang baru. Tidak terlalu banyak yang memakai dgn alasan memang belum jadi konsep umum. Penyebabnya adalah pendekatan yang salah seperti yang diuraikan dalam artikel di atas.
Oleh karena itu saya bertanya seperti apa harusnya web os dan webtop yg ideal? Yang pendekatannya sesuai dengan kebutuhan kita. Produk ideal memang tak pernah ada karena requirementnya selalu berada di masa depan. Produk yang jenuh tahun ini bisa jadi produk ideal beberapa waktu lalu.
Haha.. saya setuju, memang sekarang jamannya internet. google parnah menekankan betapa pentingnya sebuah web browser dalam komputer.. saya pernah menyimak sebuah berita tentang komputer dengan OS hanya sebuah web browser (cloud OS).
> Mungkin shell/desktop harus bisa dinamis menyesuaikan dengan aktivitas pengguna. Expand the Photoshop into a fullblown desktop?
kalo konsepnya di expand lebih jauh…nanti ga akan ada aplikasi. adobe mungkin cuma bikin brushes, nikon bikin export tools, cubase bikin sequencer, protools bikin recorder, dan semuanya dibalut sama universal shell. sound very linuxey, tapi dikomersialkan
Not really linuxey brother. Bahkan di Linux konsep desktopnya masih seputar how to contain applications. You read my mind there bahwa desktop harusnya jadi canvas. Kemudian kuas dan catnya bisa di-pull sesuai keperluan.
How’s TechEd btw?
linuxey dengan perspektif orang2 bikin packages, yang dileverage oleh package lain. sebenernya ini konsep COM-nya microsoft…lalu menjadi dll hell, gara2 dependensinya rumit, dan bikin susah buat install dan uninstall.
tapi andai building blocks yang serupa bisa dipake di konteks itu. multi tasking menjadi bener2, weaving different aspects into ‘task’
I think we agree even more than we express.
TechEd bagus. you’re talking to one of the top 15 speakers 😉
OOT sedikit..
istilah webOS sekarang udah jadi nama OS baru buatan Palm. Produk smartphone mereka yang pakai WebOS adalah Palm Pre dan Palm Pixie.
webOS itu mirip android yaitu sama2 based on linux. Ngembangin aplikasi di webOS pake MOJO sedangkan porting dr platform lain bisa pakai API yang sudah disediakan.
Kalau googling kata webOS. Kebanyakan akan menampilkan WebOS nya Palm.
Salam
Kita tidak bisa menentukan batasan Web OS atau Webtop yang ideal itu seperti apa. Sebelum kita memahami kebutuhan dasar kita menggunakan Web OS atau Webtop itu seperti apa. Dan sebernarnya semua tergantung dari Individu masing-masing orang. Contohnya saya suka bermain game. Dan Web OS atau Webtop yang ideal buat saya.. ya yang punya banyak game yang bisa saya main kan. Semuanya kembali kembali ke individu dan kebutuhannya.
Comments are closed.