Punk 2.0: Punk Is Not Dead
Punk? Dengan pakaian robek-robek, sepatu boot, rambut mohawk mengancam Anda di bus kota atau kereta? Bukan yang itu. Kultur punk muncul untuk menentang homogenitas. Bukan soal anti kemapanan.
Punk Is Destructive
Saya tidak merujuk pada pola anarkis semacam tawuran. Punk memang analogis dengan perusakan. Perusakan tatanan yang telah stabil. Akibat kultur DIY, semua orang kini menjadi prosumer. Hancur sudah kontrol satu arah yang sekian lama mengungkung kehidupan kita.
Akibat aksi anarkis Linus Torvalds, kita bisa menghemat biaya pengadaan OS. Akibat aksi punk Stallman saya bisa menikmati Unix tanpa bayar. Akibat ulah Steve Jobs, smartphone jadi lebih pandai dan murah. Akibat inisiasi founder Twitter, kita jadi the center of the world. Bukan CNN atau media mainstream lain.
Oh, siapa itu orang-orang sok ekspresif yang kurang kerjaan dan menulis di Wikipedia sampai Encyclopedia kehilangan muka? Punks.
Entrepreneur Is A Punk
Siapa bilang untuk jadi artis harus bisa menyanyi? Bahkan tidak perlu harus jadi manusia. Kucing bisa jadi bintang terkenal lewat lolcats. Siapa bilang jadi seleb harus membintangi sinetron? Tanpa jadi bintang sinetron, “cukup” dengan blog dan tisu, Ndorokakung sudah jadi seleb.
Entrepreneur doesn’t believe boundaries. Entrepreneur selalu lahir akibat usaha breaking through. DIY selalu dianut sebagai prinsip. DIY is punk traits.
Dare to be different, pursuing a unique characteristic. Always in the search of how to do things better, effective, efficient, cheap. Ada yang berhasil dalam waktu singkat, ada juga yang sabar membangun kerajaan besar.
API Is The New Chord. Startup Is The New Band
Ketersediaan dan keterbukaan API memicu kerusakan yang lebih besar. Kita tak perlu mengerti C++ atau manajemen alokasi memori. Sekedar tahu HTML dan Javascript sudah bisa mengantarkan kita ke band keren bergenre startup.
“Here’s one chord. Here’s two more. Now form your own band”.
Kalimat tersebut adalah salah satu propaganda terkenal dalam filosofi DIY punk. Sekarang coba kita lihat yang terjadi di masa kini. Here is Apache. Here are MySQL and PHP. Now go make your own app. Here’s Twitter API. Here’s Google Map and Flickr API. Now go form your own mashup and startup.
Web Punks Sounds Cool
Let’s use it. We have the genes. Let’s not believe anything!
Terinspirasi dari buku The Pirate’s Dilemma
13 thoughts on “Punk 2.0: Punk Is Not Dead”
“Akibat ulah Steve Jobs, smartphone jadi lebih pandai dan murah”
???
Give me a break …
Do you mean iPhone?
Is that true? Oh my ….
Lebih Pandai? Compare to what?
Murah? *speechless*
hahahaha, gue suka banget dengan “cukup dengan blog dan tisu”-nya. Tidak menggambarkan gambaran keseluruhannya sih, tapi sangat kocak 😀
anyway, DIY rules. what a provoking post 😉
Akibat iPhone, ada banyak iPhone clones. Dan berbagai jenis smartphone sejenis juga muncul. Believe it or not, Android, webOS dll terpengaruh oleh iPhone. Pengembangan dan manufaktur dipercepat. Teknologi dieksplorasi lebih jauh. Duit taruhan investasi dinaikkan demi mengejar ketinggalan dan karena percaya bahwa they can do better than iPhone.
Now, everything is smarter and cheaper (than before). Happens way much faster than ever.
@Toni:
Kenyataannya, iPhone tidak lebih smart dibanding Android, WebOS, or even the old Windows Mobile. Prove me wrong (think about true-multitasking, customization, hardware choice, file system access, Flash, etc.). Like it or not, tapi itulah kenyataannya.
iPhone is popular, that is correct. But that does not mean iPhone is smarter than other smartphones, this is pure wrong.
haha webpunks20 keren kedengerannya..
di subkultur punk, DIY ethic memang erat kaitannya dengan ideologi punk,tapi buat webpunks20 sepertinya makna DIY harus sedikit berubah, jaman sekarang punk harus lebih banyak communicate dengan kelompoknya atau bahkan lawannya, biar dia bisa compare kalau ternyata rambut mohawknya masih kelihatan girly, kurang gahar, gak cocok warnanya etc 😛
apa jadinya jika seorang DIY oriented cyberpunk beranggapan PHP adalah serverside interpreted lang terbaik tercepat saat ini selamanya sampai mati 😀
maaf semuanya…
maaf untuk pertanyaan bodoh ngak jelas ini^^, tapi….mmm… DIY?
hehehehe…
@vidyaputra
DIY = Do It Yourself (Bikin Sendiri)
@karman
Yang saya maksud bukan iPhone vs Android. Tapi, iPhone, Android, WebOS, vs generasi smartphone sebelumnya. Like it or not, sebelumnya kita tak pernah percaya bahwa kita bisa membuat smartphone seperti yang ada sekarang ini dan tetap ada yang bisa beli. Harganya saat ini mungkin masih terasa seperti harga personal computer di era kelahirannya. Tapi overtime, it will get no where but cheaper.
Comparing iPhone vs Android etc, is a religious debate I never want to get myself into.
@Toni,
But that was not what you wrote, you clearly wrote “Akibat ulah Steve Jobs …”. People will notice what you meant 🙂
That’s really has different meaning with what you just explained “Yang saya maksud bukan iPhone vs Android. Tapi, iPhone, Android, WebOS, vs generasi smartphone sebelumnya” … Because Steve Jobs does not create Android, WebOS, etc.
Next time, avoid fanboyism statement like that.
By the way, you are a good writer 🙂
@karman
I am a fanboi. But not in Mr. Steve club. And I know, you are not either :p
yup benar sekali.steve jobs is the greatest innovator of the world.he can make a new technology that made all of us use it extensively.and yes screw you adobe. 🙂
asem ik, namaku dibawa-bawa. *lempar tisu ke toni* LOL
Punk dengan DIY-nya… hahahaha gw jadi inget jaman SMP dulu..
bikin musik sendiri, ngejual kaset rekaman sendiri di GOR Saparua (Bandung), walaupun musik2 gw cuma pake 5 chord aja maksimal, dengan keahlian musik yang pas-pasan gw berani ‘ngejual’ musik gw… hehehe.
Ini jg terjadi ma gw sekarang..
dengan kemampuan ber-script-an yang super minim dan sedikit keterampilan design, gw berani ‘ngejual’ karya-karya gw..
Gw pikir gw dah berhenti jadi punker tapi ternyata jiwa punk itu masih mengalir di darah gw…
ya sepertinya gw seorang web punker.. hahahahaha
Comments are closed.