Monetizing Relevancy
Artikel TheNextWeb tentang revenue dan relevansi benar-benar insightful. Banyak di antara kita yang cemas karena kesulitan menguangkan potensi yang kita punya (monetisasi). Meskipin kecemasan ini ada benarnya namun ada hal lain yang juga tak kalah penting: relevansi.
Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, early adopters bukanlah sebuah segmen pasar yang layak digarap. Perkaranya, early adopters adalah “banci daftar”. Semua hal baru akan dicoba dan gampang tega meninggalkan layanan lama yang tak lagi tampak keren. Dalam semalam, Friendster kembali jadi lahan gersang karena warganya bedol desa ke Facebook. Early adopters juga menyebalkan karena saat pindah tempat akan mengajak semua temannya untuk turut berpindah pula.
Relevan Terhadap Pelanggan
Dari ilustrasi singkat di atas kita bisa melihat bahwa relevansi adalah kunci utama dalam memikat pengguna. Keberadaan pengguna kemudian dieksploitasi untuk kepentingan finansial. Relevansi terhadap pengguna dicapai dan dipertahankan dengan dua hal. Pertama adalah penyelesaian pain point. Kedua adalah lewat gameplay. Pain Point adalah inti dari layanan kita. Pain point adalah relasi langsung antara produk dengan kebutuhan pelanggan. Sementara itu, gameplay membuat layanan kita selalu hip setiap saat. Tetap berguna dan tidak membosankan untuk dipakai.
Relevan Terhadap Advertiser (atau Sumber Dana Lain)
Selain relevan terhadap pelanggan, layanan kita tentunya juga harus relevan terhadap advertiser dan sumber pendanaan lain. Kalau terus-menerus mengikuti kata pelanggan, bisa-bisa kita terjebak kebangkrutan. Pelanggan memang raja, tapi harus diingat bahwa orientasi pelanggan dan pemilik bisnis itu ujungnya berbeda. Pemilik bisnis butuh profit, pelanggan butuh kepuasan. Bisa berjalan sejajar namun tak pernah berada di satu titik.
Menjaga relevansi dengan sumber pendanaan membuat layanan kita tetap bisa bertahan. Beberapa tipe konsumen mungkin tidak akan terpuaskan, tapi sebagian besar lagi tetap akan memakai layanan kita. Di titik ini kita harus memilih konsumen mana yang akan kita puaskan dan mana yang terpaksa kita abaikan. Relevansi terhadap sumber pendanaan harus selaras dengan relevansi dengan pelanggan. Jangan sampai segmen pelanggan tidak kompatibel dengan sumber pendanaan.
Relevant Terhadap Diri Sendiri
Yang ini lebih berhubungan dengan passion, namun tak kalah penting dengan dua relevansi di atas. Komitmen dan passion adalah hal penting dalam menjalankan usaha. Komitmen bisa dipaksakan, namun passion tak akan muncul jika produk yang kita buat tak relevan bagi diri kita sendiri. Relevansi di sini tidak dinilai dari pain point kita sebagai pelanggan namun lebih ditinjau dari nilai produk yang kita anggap penting.
Produk dan startupmu masih relevan?
8 thoughts on “Monetizing Relevancy”
Rsanya ini bisa menjadi ‘masalaha’ tuk para startup juga. Banyak yg idealis suskes bertahan namun banyak juga yang berguguran karena relevansi dengan pasar yang belum siap.
Sementara dari sisi startup dan investor pun ngak kalah 😀
Terkesan rumit yah.. namun sebenarnya justru enjoy-full asalkan memang berjiwa entrepreneur. 🙂
tentang product dan startup: Rasanya bisa dilihat dari mereka para startupers yang mampu bertahan.
Sampai saat ini saya tetap heran dgn valuasi FB. Saya pakai FB di ponsel ga bayar, iklan jg ga muncul, kok perusahaan si Zuckerberg bisa dinilai bertriliunan2 tu gimana ya? Hehe… padahal makin banyak yg ngakses FB via ponsel. Jangan2 ni kayak bisnis daun jenmani versi IT…
@BudiTyas
Setiap update status kita di Facebook bakal diautomatisasi jadi daun jenmani. Investor memang mau inves karena daun ini. Iklan gak butuh :p
@Toni
Menurut saya sih, Fb dihargai tinggi krn potensinya utk dibeli perusahaan lain sbg aset strategis. Untuk Google ato Microsoft misalnya. Klo sbg perusahaan mandiri yg profitable, kayaknya nggak deh. Mungkin klo Fb jadi bikin ponsel dan sukses, baru IPO, valuasinya ttp tinggi, klo ga, paling nilainya terjun bebas :p.
penyebaran facebook memang sangat merata dan kuat ampe masuk ke desa desa di indonesia
Comments are closed.