Android Fragmentation is not a Problem
Adalah kesalahan Steve Jobs yang membawa berkah bagi Samsung. iPad yang tak kunjung masuk secara resmi di Indonesia membuka ceruk tablet yang tak bertuan. Seperti yang kita ketahui bersama, walau digolongkan negara dunia ke tiga, Indonesia ini pasti nomer satu soal barang-barang canggih. Dengan eksepsi Segway, segala jenis gadget canggih pasti akan menemukan pasar di sini. Semua orang pengen jadi yang berbeda, yang ekslusif. Untuk keperluan ini, duit tak jadi masalah. Karena gadget (baru), gw ada.
We Don’t Need Much
Yang benar saja, ternyata Galaxy Tab yang 6 jutaan itu antrinya bak antri sembako? Mungkin ada trik marketing yang terlibat di sana. Tapi bisa diperkirakan banyak orang yang bakal penasaran dan akan mebeli dalam waktu dekat. Kita sebagai konsumen lokal punya keyakinan bahwa yang ramai pasti bagus. Tak ada iPad, Galaxy Tab pun jadi. Yang penting sama mirip dengan talenan. Problem solved.
Yang kita butuhkan adalah aplikasi Facebok dan Twitter. Fitur file sync dan word processor cuma diminati kalangan enterprise. Sisanya hanya butuh Angry Bird.
Android is the New QWERTY Smartphone
Semua orang sudah pegang Android. Tidak dimonopoli lagi oleh kaum lelaki, banyak juga perempuan yang memakai Android. Padahal Android ini sebenarnya geeky minta ampun. Some knows, some don’t. Android adalah iPhone kw. Kita bisa punya Spica yang punya flick interaction dengan berbagai macam apps. Seperti iPhone namun dengan lebih banyak pilihan model dan harga. Di segmen manapun, ada Android yang pas untuk Anda. There’s an Android for that.
Cerita terulang seperti saat segala jenis qwerty phone laku akibat populernya Blackberry di kelas ekonomi tertentu.
In The End, Google Still Win
Dalam banyak inovasi produk yang dilakukan Google, tak banyak yang dijual berdasar nilai produknya. Malah kebanyakan dilepas gratis bagi semua orang. Mesin pencari gratis. Email gratis. Peta gratis. Word processor gratis. Browser gratis, Gila ya? Saya tak begtu ingat persis apa yang dikatakan perwakilan Google saat merilis Chrome di Chrome Party Jakarta beberapa waktu lalu. Yang jelas, Chrome tidak bertujuan mengeruk profit. Tidak secara langsung. Ada hal lain yang dikejar Google dengan melepas semua produk kerennya tanpa memungut biaya.
Dengan alasan sama, betapapun beragam jenis perangkat yang memanfaatkan Android yang beruntung tetap saja Google.
Penutup
Fragmentasi itu justru cocok dan menjadi ciri khas pasar lokal. Lihat saja pasar telco. Segala kenis paket ada pasarnya. Tampaknya susah menjual berbagai produk yang bervariasi itu. Ada resiko yang cukup tinggi dengan menjalankan keputusan membuat varian produk. Tapi nyatanya itu adalah taruhan yang aman. Dan masih valid sampai saat ini.
Kalau kita percaya dengan permasalahan fragmentasi Android, mungkin kita sedang tidak tinggal di Indonesia. Look around peeps.
Gambar diambil dari: http://www.androidcentral.com/samsung-galaxy-tab-hands-video
11 thoughts on “Android Fragmentation is not a Problem”
kekhawatiran bagi mobile developer application dari android fragmentation adalah perbedaan OS android 1.0, 1.1, 2.0 , 2.1 , 2.2 dan seterusnya, perbedaan devices type , besar layar, OEM, hardware masing-masing vendor, jadi tadinya yang harusnya write once , run anywhere, harus porting lagi. tapi sebenarnya kejadian seperti ini `write once, run anywhere` juga terjadi juga sebelumnya di Java Programming, Linux Programming.
tapi bagi konsumer, android fragmentation is not a problem. bagi geeks it still a problem
Singkat kata tulisan mas toni mengingatkan ku akan pembicaraan marketeers kemarin. Pasar Indonesia memang Gila.. tak peduli mahal yg penting punya.. yg penting eksis
iPhone kw??? *emosi* *banting-banting monitor* *print foto toni kasih kumis hitler*
Haha.. sama!! pas baca seperti tertusuk hati ini :p tapi teringat free Angry Bird di Android ya sutra lah tidak apa2 🙂
*ga berkualitas*
Fragmentation untuk konsumen mungkin tdk jadi masalah saat membeli produk, tapi jadi masalah setelah menggunakan dlm jangka waktu tertentu. Susah nyari aplikasi yg bener2 cocok. Google juga aneh,.. masa OS bentar2 ganti versi, kayak winamp aja…
“Yang kita butuhkan adalah aplikasi Facebok dan Twitter. Fitur file sync dan word processor cuma diminati kalangan enterprise. Sisanya hanya butuh Angry Bird.”
INI KEREN!! 😀
Really? Kok kayaknya akan jadi masalah juga ya bagi pengguna untuk mencari aplikasi untuk OS tertentu. Heck, pengguna awam pun saya yakin ga tau OS yang dia miliki sebenarnya OS berapa, kalau sudah begitu bagaimana mau nyari OS yang pas?
Ditambah lagi dengan banyaknya versi hardware dan banyaknya versi OS, bukankah akan lebih sulit bagi developer untuk mengembangkan app-nya?
Belum lagi harga device. Itu samsung tab kalau tidak disubsidi 7 juta bos, disubsidi 6 juta. Harga iPad di Singapore 4,5 juta. Tiket PP Singapore – Jakarta paling 1 juta (kemarin saya dapet 700ribuan). Masih murah beli iPad di Singapore bos.
@Ozzie
Dengan uang yang sama (dengna harga iphone), milih hape android tidaklah susah. Pilih spek tertinggi yang bisa dibeli. Masalah selesai.
Yang suka bikin ribet kan duit gak cukup tapi maunya macem-macem. Bakal lama dan susah itu milihnya 😀
Developer sebenarnya gak perlu pusing. Sebagian besar pengembang pasti tidak memanfaatkan API yang cuma ada di versi OS Android tertentu saja. Yang aneh2 pasti tidak banyak dibanding yang bikin aplikasi lurus2 saja. Apalagi kalo levelnya individu, tak perlu mencari maslaha dengan berusaha membuat aplikasi kompatible dengan semua jenis layar dan cepat di segala processor.
Android, iPad ini sebenarnya tools cuma buat habiskan waktu. Coba tanya yang sudah punya… kira kira dipakai buat apa? paling buat gaya dan buat ngabisin waktu main games samples aja… hehehe
anyway Indonesia memang market yang menggiurkan.
Frakmentasi Android secara umum mungkin bukan masalah besar utk end-user, tapi sebagai app developer, cukup bermasalah. Misalnya versi Android dari app kami, Pinch iMessenger, walaupun sudah dites dan berjalan lancard di Motorola, namun ada masalah yg harus diperbaiki saat dites di handset buatan Samsung, walaupun keduanya sama2 menggunakan Android 2.1.
Like Pinch iMessenger: http://facebook.com/PinchIMessenger
Comments are closed.