Vertical Cloud Computing

Vertical Cloud Computing

Cloud computing dengan pembagai variasinya, SaaS, PaaS, IaaS sudah cukup sering kita dengar sehari-hari (walau tak sadar). Tapi entah kenapa saat Amazon mengumumkan EB (Elastic Beanstalk) ada sedikit perasaan excited yang tak bisa saya jelaskan penyebabnya.

Cloud Computing

Kita sudah terbiasa dengan e-mail semacam GMail, Live Mail ataupun Yahoo Mail. Google Docs, Zoho Docs dan beberapa variasi lain termasuk Google Apps dengan marketplacenya juga sering kita pakai, tanpa menyadari bahwa kesemuanya adalah layanan berbasis cloud computing.

Apa sih cloud computing? Apa yang membedakannya dengan model computing yang lain? Di artikel ZDNet ini disebutkan ada lima karakteristik cloud computing. Dua yang paling sering kita kenali adalah dynamic computing infrasturucture dan consumption based billing.

Dynamic computing infrastructure berarti kita bisa mendefinisikan secara run-time apa yang kita butuhkan. Suatu saat mungkin kita menyalakan 2 buah instan server untuk database dan web server. Saat kita melakukan launching produk kita kemudian menambahkan 2 buah instan server untuk mengantisipasi lonjakan traffic. Setelah itu 2 instan baru tadi bisa kita matikan kembali.

Consumption based billing tak perlu dijelaskan lagi. Meski tak semua pernah memakai EC2, pasti kita sudah familiar dengan konsep pay as you go-nya. Resource komputasi dihitung dalam satuan kecil sesuai pemakaian. Model semacam ini memungkinkan pengguna untuk melakukan estimasi budget secara akurat.

What is the big fuzz about EB?

Bagian paling menarik dari Elastic Beanstalk, menurut saya, adalah drop and deploy. EB menyediakan layanan “hosting” aplikasi java di atas Tomcat. Sebelumnya kita sudah akrab dengan layanan hosting LAMP atau IIS. Namun tidak ada solusi untuk maslaah High Availability di sana. Hosting umumnya hanya menyediakan storage terbatas, dan memori terbatas. Saat storage, memori atau cpu cycle tak lagi cukup maka kita harus berpindah paket yang mana bisa jadi sangat mahal.

Inti yang membuat cloud computing laku adalah sifat cloud computing yang IT service centric. Seperti slogan Debian, ada banyak tugas yang bisa dikerjakan sys admin selain mengurus server (terjemahan bebas), memang kita tak ingin mengurusi hal yang tak menjadi core business. Jika perusahaan minyak saya berkantor di gedung mewah, saya tak ingin pusing dengan masalah kebersihannya. Saya hanya ingin berurusan dengan minyak, titik.

Sebagai pengembang aplikasi tentunya kita juga tak ingin terlalu disibukkan oleh urusan infrastruktur. Membuat aplikasi sendiri sudah cukup susah apalagi harus mengurus infrastruktur. Infrastruktur harusnya bisa disetel auto-pilot.

Inilah yang berusaha diselesaikan oleh Amazon Elastic Beanstalk.

“You simply upload your application, and Elastic Beanstalk automatically handles the deployment details of capacity provisioning, load balancing, auto-scaling, and application health monitoring”

Voila. Vertical (Specialized) cloud. Autopilot on HA.

Where to go?

Amazon, Google, dan Microsoft punya tawarannya masing-masing terkait solusi data dan komputasi. Tapi solusi-solusi tersebut mengharuskan kita untuk belajar protokol baru. Bukannya belajar itu tidak baik tapi dari segi bisnis berarit diperlukan persyaratan tambahan untuk pindah ke cloud computing. Kita belum bisa secara mudah pada satu detik memindahkan proses bisnis kita ke cloud dan di detik selanjutnya memindahkannya kembali ke dalam data center kita. Either Amazon, Google dan Microsoft harus mencari pendekatan baru soal highly available dan scalable storage dan computing power atau kita sendiri yang mendorong protokol-protokol baru tadi menjadi sebuah standar.

Saya bermimpi dan berharap lebih banyak web app stack (populer) bisa diadopsi dan dibungkus seperti Elastic Beanstalk. Heroku (Rails), PHP Fog (PHP), AppHarbor (.NET), Amazon Elastic Beanstalk (Tomcat), Joyent (Free Node.js) dan entah apalagi setelah ini. Interesting times!

Kalau kamu, apa yang kamu inginkan dari cloud computing? How can it help you? Apa yang ingin kamu outsource ke cloud?

3 thoughts on “Vertical Cloud Computing

  1. Kayaknya hampir semua data saya ada di cloud deh.. jadi sudah cukup terbiasa hanya belum ada keingianan ingin seperti apa.

Comments are closed.

Comments are closed.