Blogging is Dead, Yet Again

Blogging is Dead, Yet Again

Halaah, blogging itu punya berapa nyawa sih. Dulu dibilang sudah mati, beberapa waktu lalu mati lagi. Sekarang mau mati lagi?

Kematian Pertama

Facebook memberikan tusukan kematian yang pertama. Notes, membuat kegiatan menulis apapun jadi menyenangkan karena kita bisa langsung pamer dan memaksa teman-teman kita di Facebook untuk membaca. Aku tag kamu di artikelku. Kamu gak bisa marah. Remove saja dari tag ngapain repot.

Aktivitas lain seperti update status dan upload foto menjadi penyerap energi. Tidak ada lagi waktu untuk ngopi, merenung, menganalisa dan menarik garis antar titik sebagai rangkaian kegiatan blogging. Why so serious?

Kematian Kedua

Blogging lalu dibunuh kembali oleh Twitter. Akibat Twitter, lebih banyak lagi orang yang malas menulis di blog. Jauh lebih sederhana untuk menulis 140 karakter di Twitter.

Tidak ada lagi cibiran akibat menulis sesuatu yang “gak jelas” di blog kita. “Aku tadi makan siang ketoprak enak banget”. Tidak ada yang protes akibat RSS readernya terupdate terlalu cepat dengan one-liner. Plus model networkingnya yang lebih simpel dari Facebook, Twitter is way wider and fun to play with. The rule is no rule, kecuali soal reply dan RT di Indonesia 😉

Kematian Ketiga (Voodoo Death)

Steve Rubel dua tahun lalu meninggalkan blog di domainnya dan beralih ke Posterous. Tren baru saat itu adalah Lifestreaming. Dan platform blog yang sudah populer pun belum ada yang cocok untuk memenuhi kebutuhan lifestream.

Per Memorial Day kemarin, Steve Rubel pindah kembali. Kali ini dengan sebuah big bang. Pindah ke Tumblr dan menghapus 2 blog lamanya (scorched earth policy – teknik bumi hangus). OMG! Steve Rubel (of Edelman) menganggap page rank sudah lewat masa. Google is into social signal, ditandai dengan fitur baru di search result yang melibatkan circle of friends. Dan yang terbaru, Google Plus One. Dalam rangka tidak membuat Google bingung, blog lama pun dihapus.

Tumblr dinilai lebih cocok dengan visi Google ke depan karena fitur social sudah built in di dalamnya, eg: reblog. Tidak hanya Steve Rubel. Beberapa orang juga pindah dengan alasan serupa. Kevin Marks bilang ini Voodoo SEO.

Blog Never Die

Mirip kata @danrem soal marketing dalam insiden RestInPeaceSoon. Marketing tidak mati tapi bertransformasi. Esensi tidak berubah tapi ada temuan baru yang menjelaskan lebih lanjut tentang esensi mendasarnya. Seperti halnya blogging, esensinya bukan tentang menulis.

Esensinya adalah berbagi. Media saat itu yang paling ekonomis adalah tulisan. Ramah benwit sehingga idenya bisa menyebar dan diterima banyak orang. Podcast juga bentuk lain dari blogging,esensinya adalah sharing namun bermedia audio. It didn’t take off as successful as blogging karena medianya kurang ramah terhadap banyak orang.

A blog is a web log. Tentang catatan dan gagasan yang kita bagi lewat web. Tidak pernah mati.

Rebirth

Terlepas dari mati tidaknya blogging, ada pertanyaan menarik yang muncul. Domain. Domain dulu kita isi dengan blog. Sebagian bilang untuk bersenang-senang, sisanya bilang untuk personal branding. Tapi ini long time ago, sebelum ada twitter dan facebook yang membuat orang sempat beralis ke lifestream. Dan sebelum ada about.me untuk memajang kartu nama.

Dengan bergesernya media untuk berbagi, posisi domain ada di mana? Apakah tetap sebagai identitas ataukah jadi sekedar tempat untuk entry point sebuah layanan? Any takers?

8 thoughts on “Blogging is Dead, Yet Again

  1. well, sebenarnya tulisan ini hanya salah satu dari sekian banyak perspective karena banyak sekali golongan golongan atau komunitas yang stay ditempat / media yang lama.

    Misalnya Subcriber / Opt-in, fitur lawas ini yang kehilangan WOM nya ternyata tetap digunakan dibandingkan twitter dan facebook yang terlalu banyak noise.

    kemarin sempat membuat survey untuk kampus – tentu tidak mewakili opini umum – “<a href=”http://simplyecho.net/502/gravitasi-pencarian-informasi-masih-didominasi-google.html”>Gravitasi Pencarian Informasi (masih) didominasi Google</a>” namun membuktikan masih banyak crowd yang masih mencintai layanan ‘lawas’ tentu dengan (salah satunya) alasan karna sudah terbiasa.

    Back to topic, bagi agency rasanya bolehlah beberapa step didepan tentu sebagai vorije tentunya siap siap jikalau media terbaru akan hype dikemudian hari

  2. well, sebenarnya tulisan ini hanya salah satu dari sekian banyak perspective karena banyak sekali golongan golongan atau komunitas yang stay ditempat / media yang lama.

    Misalnya Subcriber / Opt-in, fitur lawas ini yang kehilangan WOM nya ternyata tetap digunakan dibandingkan twitter dan facebook yang terlalu banyak noise.

    kemarin sempat membuat survey untuk kampus – tentu tidak mewakili opini umum – “<a href=”http://simplyecho.net/502/gravitasi-pencarian-informasi-masih-didominasi-google.html”>Gravitasi Pencarian Informasi (masih) didominasi Google</a>” namun membuktikan masih banyak crowd yang masih mencintai layanan ‘lawas’ tentu dengan (salah satunya) alasan karna sudah terbiasa.

    Back to topic, bagi agency rasanya bolehlah beberapa step didepan tentu sebagai vorije tentunya siap siap jikalau media terbaru akan hype dikemudian hari

  3. halahhh…

    Bloging yg dead itu kan blogger yg isinya cuma tulisan-tulisan egois yg ga penting,

    yang cuma bicara “Menurut ahli x y z…”

    Klo blog yg isinya bermanfaat mustahil mati.

    Misal blog dari suatu produk :

    misal Web SparkFun bikin produk2 analog n digital buatan sendiri sekaligus jualan komponen2nya, di situsnya juga ada blog ttg produk2nya n lain2.

    Klo notes Facebook itu paling isinya cuma curhatan ttg ‘isi hati bla bla bla’.

    Mana ada notes Facebook yg isinya misal mbahas pemrograman n analog.

    Dan org2 yg komen di notes Facebook cuma komen sambil lalu “Wah kasihan kucingmu mati, selamat ulang tahun, wah baru putus ya… bla bla bla.”

    Ini saatnya org2 indonesia belajar mengabaikan blogger2 luar negeri yg terkenal.

    Belajar untuk tidak hanya mengikuti pendapat mereka.

    Mereka pergi dari x ya monggo…

    Branding pribadi dari blog itu ga penting, yg penting jd expert.

    Org2 yg hanya bicara mengenai kesuksesan org lain.

    Misal : Apple bisa X Y Z, seharusnya kita X Y Z…

    Huhhh…

    Org2 dunia nyata sibuk membangun ilmu, produk dan pasarnya.

    Sedangkan blogger yg membangun branding pribadi sibuk menganalisis kesuksesan org2 dunia nyata.

  4. Saya bertanya-tanya “Kenapa Navino menggunakan livefyre?”

    Apa karena ikut2an blogger lain yg terkenal di negeri org…

    Soalnya livefyre sungguh menyebalkan.

    3 popup sekaligus, dan yg paling saya benci adalah peraturan “livefyre berhak mengirimi Anda email”

    livefyre itu brengsek!!!

    Dia menguasai setiap informasi facebook orang dan berhak mengirimi sampah ke email_ku…

    Saya lebih suka komen yg dulu… cuma harus pake ID Facebook dan ga ada embel2 sampah lainnya.

    Da ga perlu sign up… ini bener2 pemaksaan sign up menyebalkan dr livefyre… cara kotor livefyre untuk mendapat pengguna >.<

    1. Waduh, menyebalkan ya? Kemarin tertarik saja, dinilai cukup bagus makanya dipasang. Pop up-nya yang mana sih? Prasaan belum pernah ketemu pop-up Lifefyre

  5. setuju untuk statement blog never die….

    yang anggap blog “mati” beberapa kali itu kan buat internet newbie aja…

    *sok banget*

    :p

Comments are closed.

Comments are closed.