https://nicomuhly.com/news/2023/o6h97eqd Bunuh Browser, Hidupkan HTML 5?

Bunuh Browser, Hidupkan HTML 5?

https://lewishamcyclists.org.uk/ud97aducsvd

Ada artikel menarik di GigaOm tentang pertarungan native app dan HTML 5. Ternyata dari studi yang dilakukan oleh Flurry, native app lebih sering dipakai daripada web app (HTML 5). Lagak-lagaknya, kita mungkin over optimis dengan HTML 5. Jumlah aplikasi yang ada saja jauh lebih sedikit dari pada native app. Padahal sifat HTML 5 ini sudah benar-benar cross platform. Tanya kenapa?

https://www.tuscaroracountryclub.net/qd0hz3ld8u

HTML 5 itu Susah?

https://totlb.com/uncategorized/e80oo5nk19 Ah yang benar? Bukannya membuat web itu gampang? Well, relatif gampang. Yang jelas, banyak yang bisa membuat web bagus dan mengundang decak kagum. Teknologinya bisa agak dinomorduakan, yang penting desain dan pengalaman buat user dulu. Banyak native app yang menyediakan fungsi sederhana, beberapa malah membuat ulang aplikasi jaman PDA dan J2MEyang notabene bukan aplikasi kompleks. Still, masih lebih laku native app.

https://www.fesn.org/?gyt=8omuwjhlry

Gak Ada App Market untuk HTML 5

https://dna-awakening.org/g85mm5jv3uh Ya antara betul dan ngibul. Chrome appstore tak menolak aplikasi sejenis launcher. Mozilla malah punya inisiatif untuk membuat webstore yang bersifat open. Dulu, kita malah sudah punya oneforty walau terbatas hanya untuk Twitter. Tapi tidak ada yang take off. Paling gampang sih kita salahkan sedikitnya jumlah aplikasi. Gak ada aplikasi buat apa ada pasar?

Susah Dimonetisasi?

Ah, bo’ong lu. Web itu sudah ada sejak dulu. Dan e-commerce pun lahir di web. Metode pembayaran paling banyak ya di web. Tinggal pasang tombol Paypal. Kalau mau usaha dikit baru deh implement API supaya tercipta pengalaman yang lebih “seamless”. Yang nge-blend.

https://www.mmjreporter.com/y2rjuvot-43749

Segala peluang model monetisasi di native app bisa dilakukan di web. Mulai dari aktivitas standar beli konten sampai tren masa kini: in-app purchase, bisa juga diterapkan di web. Sifat platform web yang lebih cenderung fleksibel, mudah diupdate, membuat produk di platform web punya potensi untuk selalu kompetitif di sisi bisnis. Sekarang beli besok gratis juga bisa kali. Kurang apa?

https://www.estaciondelcoleccionista.com/zt37l9ws

Si Browser Brengsek

Bukan, saya tidak membicarakan satu dua browser tertentu, walau memang ada pengaruhnya juga karena cross platform-nya jadi dent di satu sisi. Tapi jaman sekarang semua sudah tahu pentingnya web. Jika browser-nya tidak up-to-date kemungkinan besar service provider tidak bakal mendukungnya. Kontrol platform ada di tangan service provider. Phew.

Ambien Cheap

Kenapa saya sebut browser brengsek? Well, karena penyebab HTML 5 tidak kunjung take off adalah browser itu sendiri. Bukan soal support teknologi, tapi soal chrome/UI-nya. It doesn’t feel app-y. It’s too big?

https://lewishamcyclists.org.uk/uinbm2cq6t8

Ordering Zolpidem Online Lama-lama, tab yang kita puja-puja — karena melepaskan kita dari kekang multi-window — kini serasa mencekik kita kembali. Munculnya smartphone membuat tampilan web di monitor laptop/desktop kita jadi pembuat dosa besar. Tidak maksimal dalam pemanfaatan layar. Terlalu banyak elemen tak penting. Tidak app-y.

http://diversity411.com/uncategorized/chokjf9c0

https://drurymirror.org/2023/10/19/65zhmsebss0 Mungkin si browser brengsek ini terlalu lebar, terlalu bebas, terlalu fleksibel, terlalu terbuka. Kurang batasan supaya para pembuat produk jadi lebih kreatif. Perspektif harus diubah. Kelebihan adalah keterbatasan.

https://www.tuscaroracountryclub.net/2b6fin1kaiu Apeu.

Comments are closed.