That one idea
Apakah masih ada yang galau dengan startup? Serasa memiliki urusan yang belum selesai karena belum bikin startup? Bukan untuk jadi biliuner tapi sekedar menghilangkan hal yang membuat tidur tak nyaman. Tak bisa disalahkan. Startup itu ibarat teka-teki. Seringkali membuat kita berpikir: aku juga bisa memecahkannya.
One thing, at its best.
Sialnya, ide tak kunjung datang. Atau banyak ide datang tapi tak ada yang tampak cespleng. Semua ide yang datang hanya memenuhi kriteria “bisa dibikin”, tapi gagal menjawab “apa gunanya”.
Mungkin karena kita berpikir terlalu muluk. Karena ego dan gengsi, malu jika cuma keluar dengan aplikasi yang minim jargon teknologi atau fitur. Yang kita belum sadar, tren “there’s an app for that” sudah mulai menjangkiti dunia layanan web.
Mantranya masih sama: do it better (more effective and efficient), namun kali ini skalanya bisa satu fitur saja. Dan pengguna pun tak akan ragu untuk kembali ke layanan yang sama.
Ingat, semua aktivitas kita hanya berupa perulangan dari deretan aktivitas kecil yang setara dengan satu fitur. Urutan aktivitas tiap orang akan berbeda. Jadi tak usah sok pintar dengan menawarkan sederet aktivitas dalam satu layanan — kecuali deretan itu sudah jadi standar umum.
Create new value.
Ide di belakang instacanvas dan printerous sejalan dengan yang saya bicarakan barusan. Dengan tambahan penting: keberadaan layanan tersebut memberikan nilai baru pada hal yang sebelumnya tak terlalu bernilai.
Social, itu nilai yang diusung sejak awal web 2.0. Kini makna baru yang dikejar adalah personal — what’s in it for me. Narsis sudah dekat dengan tanggal kadaluarsa.
Make is easy, make it dirt cheap.
Karena faktor inilah Moo (semacam kartunama.net) jadi populer — membuat kartunama jadi terlalu mudah dan terlalu murah (well, ongkos kirim selalu mengganjal sih). Saya merasakan “getar” yang sama saat mencoba printerous (noo, ini bukan iklan — hanya contoh). Selain sejalan faktor “Creating new value” dengan mengguna ulang gambar instagram, proses mendaftar sampai checkout pun sangat mudah. Dan harganya (cukup) murah — sementara ongkos kirim masih digratiskan. Alur pemakaian layanan sangat minimalis dan tak menyisakan ruang bagi pengguna untuk mengeluh. Which is awesome — no unnecessary clutter.
It has to pay the bill, bro.
Bikin startup sekedar untuk pembuktian diri atau menjawab penasaran memang tak salah. Tapi tak inginkah kita menjawab teka-teki terbesarnya: “Apakah startup bisa membayar tagihanmu?”? Tidak harus tagihan, tapi something to put your mind and heart at ease. Yang bikin lo merasakan damai. Sometimes, most of the time, it’s all about bills.
Taruh poin ini di daftar paling atas. Jadikan pondasi, lalu bangun infrastruktur teknologi dan operasi di sekitarnya. Jangan dibalik unless you can afford it.
5 thoughts on “That one idea”
Beuh, sampelnya kok Moo,pakai yang lokal dong 😀 neofreko
@agusm neofreko Biuh. Ko iso sampek lali yo? Sebentar, aku koreksi.
@neofreko neofreko haha, kesane jadi tekanan sponsor hahaha. Awas lho mengki dibilang komersil 😀
@agusm hehehe. koyo opo wae tekanan sponsor .. anggap saja aku nabung diskon di tempatmu. Wkwkwkwkkwk :p
Comments are closed.