Browsed by
Tag: Blogging

Blogging is Dead, Yet Again

Blogging is Dead, Yet Again

Halaah, blogging itu punya berapa nyawa sih. Dulu dibilang sudah mati, beberapa waktu lalu mati lagi. Sekarang mau mati lagi? Kematian Pertama Facebook memberikan tusukan kematian yang pertama. Notes, membuat kegiatan menulis apapun jadi menyenangkan karena kita bisa langsung pamer dan memaksa teman-teman kita di Facebook untuk membaca. Aku tag kamu di artikelku. Kamu gak bisa marah. Remove saja dari tag ngapain repot. Aktivitas lain seperti update status dan upload foto menjadi penyerap energi. Tidak ada lagi waktu untuk ngopi,…

Read More Read More

Blog Itu Tren Sesa(a)t

Blog Itu Tren Sesa(a)t

Siapa yang tak kenal dengan kalimat itu. Dibilang benar tapi tren blog sudah berjalan sekian tahun di indonesia. Bisa dibilang hampir satu dekade. Itu dari sudut pandang tren budaya. Blog is alive and kicking. Scoble masih ngeblog, Paul Graham masih ngeblog dan proyek-proyek opensource juga masih bertumpu pada blog untuk menginformasikan perkembangan proyek pada pengguna dan peminatnya. Naked Conversation masih tak terbantahkan. Sementara itu, dari sudut personal, Priyadi sudah lama tidak ngeblog. Enda jarang-jarang. Andry? Ah, tak perlu ditanya. Jika…

Read More Read More

Free, Rehash

Free, Rehash

Free diyakini sebagai salah satu metode ampuh dalam memasarkan produk. Tapi bagaimana caranya. Bagaimana supaya Free tidak disalahgunakan oleh customer? Bagaimana supaya Free memberi nilai balik pada produsen? Free Always Has (Virtual) Limit Tetap harus ada batasan. Umumnya batasan yang dipakai adalah storage/bandwidth dan fitur. Batasan ini harus terkait dengan layanan utama yang ditawarkan. Google AppEngine membatasi jumlah pemakaian CPU. Flickr membatasi jumlah foto yang tampil. LastFm membatasi free track sampai 30 lagu. Kursus bahasa jepang online yang dulu pernah…

Read More Read More

Shocking, Nobody Uses Category Anymore!

Shocking, Nobody Uses Category Anymore!

Saya memang tak terlalu ahli dalam mengkategorikan suatu cerita. Bahkan di NavinoT, saya lebih sering menaruh artikel di dalam kategori Web & Internet. Tak salah, tapi tak tepat juga karena semua artikel bersumber dan mengomentari apa yang terjadi di Web & Internet. There’s something not right here. Were NavinoT a Newspaper Kalau saja NavinoT ini sebuah koran atau portal berita, tentunya mudah untuk mengklasifikasikan cerita. Ariel dan Lunmay tentu saja masuk infotainment. Kemacetan akibat Patwal bisa masuk ke Metropolitan. Berita…

Read More Read More

Blogging Bukan Marketing Plan?

Blogging Bukan Marketing Plan?

Sudah persiapannya susah, butuh waktu, pembaca yang diperoleh masih tidak bisa disodori iklan secara langsung. Bukankah lebih baik bila waktu dan biaya yang terbuangpercuma untuk blogging, dialokasikan saja ke banner iklan atau PPC?

Magazine Layout Untuk Blog

Magazine Layout Untuk Blog

Dalam perjalanannya, NavinoT telah menggunakan beberapa tatanan halaman depan. Perubahan demi perubahan, kita juga banyak belajar. Berikut beberapa pertimbangan tentang penggunaan magazine layout.

Not Again: Is Blog Really Dying?

Not Again: Is Blog Really Dying?

Pernyataan “keblinger” sepertinya agak berlebihan. Harus diingat juga bahwa blogger adalah early adopters. Mereka pasti akan mencoba semua hal baru, termasuk di dalamnya adalah microblogging dan social media. Jika memang media baru ini bermanfaat tentu saja mereka akan memakainya, dan bahkan merekomendasikan pada pembacanya.

Ke Mana Harus Mencari Ide?

Ke Mana Harus Mencari Ide?

Kendala umum dalam menulis secara reguler adalah pencarian ide. Bagi yang menulis berdasar mood, ini adalah persolaan besar. Sedang mood atau tidak, tulisan harus tetap dibuat. Jadi di mana kira-kira ide bisa dicari?

HOWTO: Review Produk

HOWTO: Review Produk

Seberapa susah sih review produk? Bukankah tinggal memasang foto, menulis spesifikasi dan mendaftar keunggulan? Jangan salah. Kejelian sangat diperlukan dalam menulis review. Kita harus tahu apa yang sebenarnya benar-benar ingin diketahui oleh pembaca review. Apakah itu battery life, desain case, isi paket, dan lain-lain. Jadi, sebenarnya aktifitas ini gampang-gampang susah.

Sehebat Penjual Voucher

Sehebat Penjual Voucher

Beberapa hari lalu saya melakukan pengisian pulsa elektronik untuk ponsel saya. “Simpati 20 mas”. “Yak”, sahut penjaga kios dengan sigap sambil bersedia menekan tombol di ponselnya. “Kosong lapan satu sekian sekian”. “Oke”. “Berapa mas?”. “Dua dua”. Saya pun membayar dan langsung berlalu, sambil tertegun. Wow, cepat sekali. Saya tak pernah benar-benar menyadari bahwa penjual voucher punya layanan sehebat ini. Kenapa hebat? Fungsi produk yang jelas dan transparan. Beda dengan produk komoditas lain, misal warung makan, rasanya berbeda-beda walaupun menggunakan bahan…

Read More Read More